Doktrin Pertobatan

Doktrin Pertobatan

Kajian dogmatis tentang dogtrin pertobatan menurut Gereja Khatolik Roma (GKR) dengan Calvinisme beserta relevansinya terhadap GBKP

I. Pendahuluan
Manusia melihat pada kemuliaan Allah dan memandangNya sebagai Allah yang maha pengampun karena sifat maha pengampun yang dimilikiNya maka manusia berbuat dosa tanpa merasa terbeban dan bersalah sebab pada dasarnya sifat Allah akan memberikan pengampunan. Akibatnya banyak orang yang hanya merespon pertobatan hanya sebatas perbaikan kesalahan tanpa berusaha sesungguhnya meninggalkan atau berbalik dari kesalahan itu.

Sering juga kita menemui pandangan lain tentang pertobatan yang diikat dengan kegiatan seremonial. Artinya pertobatan sudah dirasakan atau dilakukan sebatas melaksanakan aksi-aksi seremonial seperti berdoa, ibadah dan hal-hal lain yang bersifat rohani dan gerejani. Pemahaman seperti ini jelas memiliki pengertian yang sempit karena pertobatan dianggap sebatas melakukan kegiatan. Pertobatan dengan mendasar pada kegiatan seperti itu bukanlah cara pertobatan yang sebenarnya. Verkuyl mengatakan pertobatan sejati itu apabila seorang telah yakin bahwa ia telah melukai hati Allah dengan dosa-dosanya dan ia telah menghina kasih sayang Tuhan dan merusak kesetiaannya dan berbalik kepadaNya. Disamping itu harus disadari bahwa pelaksanaan seremonial bukanlah tanda pertobatan tapi sabagai suatu akibat pertobatan tersebut. Pemahaman seperti ini juga sudah ada sejak dahulu sehingga menyebabkan terjadinya kontraversi dalam GKR dengan para Reformator.

Berikut akan dipaparkan bagaimana kajian terhadap kontroversi yang terjadi antara GKR dan aliran reformator (dalam hal ini adalah calvinis) dan bagaimana relevansinya terhadap GBKP.

II Pembahasan
2.1. Etimologi kata pertobatan
Kata Pertobatan berasal dari kata tobat yang berarti berbalik dari yang jahat. Dalam bahasa Ibrani kata pertobatan ini ada 2 kata yang umumnya dipakai untuk menyatakan pertobatan yaitu Nicham, kata ini mengandung arti adanya perasaan yang dalam baik perasaan menderita atau perasaan terlepas. Dalam arti lain kata ini bisa juga dinyatakan menyesal dan penyesalan ini biasanya disertai dengan perubahan dalam rencana dan tindakan (bnd Kej 6:6-7, Kel 32: 14, Hak 2:18). Selain itu kata lain adalah Shubh. Kata ini berarti menyatakan berbalik kembali atau kembali. Kata ini menunjukkan bagaimana Bangsa Israel berbalik kepada Tuhan setelah Israel meninggalkan Dia. Kata ini menjelaskan pertobatan adalah kembali kepada Dia dari dosa yang telah memisahkan manusia dengan Tuhan.

Dalam Bahasa Yunani ada juga beberapa kata yang dipakai untuk menyatakan pertobatan yaitu Metanoia, Kata ini paling umum dipakai untuk menunjukkan pertobatan di dalam Perjanjian Baru. Ini menunjukkan kesadaran dalam hidup manusia. Dalam PB ini menunjukkan kepada suatu perubahan dalam pikiran yang melihat masa lalu dengan lebih bijaksana termasuk juga menyesali segala kekeliruan yang dilakukan dan kemudian mengubah hidup menuju kearah yang lebih baik. Perubahan ini menyangkut secara menyeluruh dalam pikiran yang dalam kepenuhannya menjadi suatu kelahiran kembali secara intelektual dan moral. Hal ini berarti suatu perubahan itu tidak terbatas pada kesadaran intelektual dan teoretis belaka tetapi juga mencakup kesadaran moral dan juga hati nurani. Ketika jiwa seseorang telah diubah ia bukan saja menerima pengetahuan tetapi juga mendapatkan arah yang jelas dari kehidupannya yang ia sadari dan kualitas-kualitas moralnya juga diubahkan. Dalam semua kaitan ini metanoia mencakup suatu permusuhan yang benar-benar disadari dengan hidup dimasa sebelumnya. Jadi pertobatan ini bukan sekedar beralih dari satu arah yang disadari menuju kearah lain, tetapi melakukan hal itu dengan sikap yang jelas membenci arah yang semula. Kata lain adalah Epistrophe, kata ini dalam bahasa Ibraninya sama dengan Shubh, kata ini bukan sekedar menunjukkan arti suatu perubahan dalam pikiran tetapi menekankan kenyataan bahwa hubungan yang baru sudah ditetapkan. Atau dengan kata lain kata ini bisa juga diterjemahkan dengan kembali atau berpaling atau tindakan putar balik atau pertobatan kepada Allah.

Jadi, dari hal di atas dapat dikatakan bahwa pertobatan itu adalah beralih dari sikap dimasa yang lalu menuju kepada arah yang lebih bijaksana dan membenci sikap dimasa yang lalu yang jahat. Atau dengan kata lain pertobatan adalah penyangkalan terhadap suatu hidup yang bertentangan dengan kehendak Allah dan permulaan dari suatu hidup yang berkenaan kepadaNya.

2.2. Pertobatan menurut Alkitab
Dalam Perjanjian Lama yang ditekankan dalam pertobatan adalah untuk Bangsa Israel. Bagi Bangsa Israel pertobatan berarti kembali kepada Allah sesudah tersesat dan sesudah mendurhakaiNya. Hal ini bisa juga kita bandingkan dalam Yesaya 10:21,23 yang kembali yaitu yang bertobat di hadapan Allah adalah sisa-sisa Yakub yang tidak dihukum oleh Tuhan Allah atau orang-orang yang percaya kepada Tuhan Allah. Perjanjian Lama menekankan bahwa cakupan pertobatan melebihi dukacita penyesalan dan perubahan tingkah laku lahiriah. Pertobatan mencakup perendahan diri batiniah perubahan yang sungguh-sungguh merindukan Yahwe (Ul 4:29), disertai pengenalan yang jelas dan baru akan diriNya dan jalanNya (Yes 24:7, bnd 2 Raj 5:15, 2 Taw 33:13) . Sedangkan dalam Perjanjian Baru bertobat berarti membelakangi yang semula disembah lalu menghadap kepada Tuhan Allah dan juga berarti mengubah pikiran atau berganti pikiran. Dalam Injil-injil Synoptik pertobatan merupakan seruan yang disampaikan oleh Yohanes dan diteruskan oleh Yesus. menurut Yesus pertobatan merupakan suatu perubahan radikal bukan hanya dalam prilaku melainkan juga dalam pemikiran. Dalam Kitab Lukas yang merupakan satu kisah pertobatan adalah kisah pertobatan anak bungsu. Dalam tafsiran ini dikatakan ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya hal ini tersirat bahwa selama ini ayahnya telah menunggu kepulangan anaknya yang pergi dari rumah itu. Dan juga dalam hal ini ada tekad dalam diri anak bungsu itu untuk mengubah keadaan hidupnya yang sudah jahat. Dalam tafsiran yang lain ditunjukkan perendahan diri anak bungsu itu. Ia tidak hanya menyadari bahwa ia telah jatuh kedalam dosa tetapi juga bahwa ia tidak layak disebut sebagai anak bapanya. Dalam hal ini ia bersedia merendahkan dirinya dan berusaha kiranya diterima. Tetapi sebelum seluruh pengakuan itu keluar ayahnya telah mengambil dia untuk kembali ke dalam keluarga itu. Jadi dari injil-injil sinoptik menyatakan bahwa pertobatan itu merupakan panggilan Allah dan manusia merespon kepada Tuhan.

Bagi Paulus pertobatan merupakan suatu syarat mutlak jika seseorang ingin hidup secara berkesinambungan dalam persekutuan umat yang ditebus. Ini bukan berarti pertobatan sebagai dasar keselamatan karena bagi Paulus keselamatan itu ada karena pembenaran dari Allah bukan karena perbuatan manusia karena manusia sudah berdosa sehingga apapun yang diperbuatnya selalu menghasilkan yang jahat. Keadaan ini tidak memungkinkan untuk dapat menyelamatkan dirinya tetapi manusia bukannya secara pasif menerima keselamatan itu tapi manusia juga menerima sebagai tanggapan atau merespon anugerah itu. Berita perdamaian itu membangkitkan iman sikap penuh percaya yang menerima kabar tentang Allah yang mendamaikan menyelamatkan dia dari dosa dan maut. Iman dalam arti itulah yang menjadi jalan dan cara manusia memproleh anugerah Allah yang begitu besar.

2.3. Pertobatan dan Iman
Dari segi manusia, pertobatan merupakan jawaban manusia terhadap panggilan Tuhan Allah. Di dalam jawaban itu manusia dengan seluruh pribadinya dan seluruh eksistensinya dikuasai oleh ketaatan kepada kehendak Tuhan Allah. Bertobat merupakan suatu tindakan yang tidak mau berbalik lagi kepada berhala dunia ini dan menghadap Tuhan Allah serta berbakti kepadaNya. Dalam pertobatan ada 3 unsur dasariah yaitu :

1. Insaf, yaitu berarti menyesal. Perasaan yang sedih hati karena dosa-dosanya. Perasaan ini timbul jika seseorang sadar akan hidupnya yang telah melukai Tuhan. Keinsafan ini bisa kita lihat dalam penyesalan Daud. Penyesalan ini bisa terjadi karena pekerjaan Roh Kudus dimana hidup kita yang lama dibongkar yaitu hidup kita dalam dosa dan dibangun hidup yang baru.

2. Membenci dosa, yaitu suatu tindakan yang dilakukan setelah menyadari kesalahan-kesalahan maka orang itu akan membenci segala tindakannya yang lama yang telah melukai Allah. Pada masa ini tindakan dosa yang dulu dianggap bagus kini akan dibenci.

3. Kembali kepada Allah, yaitu orang yang sudah menyadari dosa-dosanya dan juga membencinya maka dia akan rela hatinya untuk menerima peraturan-peraturan dan hukum-hukum Allah. Orang yang sudah bertobat mengetahui bahwa Allah adalah satu-satunya pedoman untuk kebahagiaan hidupnya.

Dari gagasan di atas dapat disebutkan bahwa pertobatan itu merupakan suatu proses untuk menanggalkan manusia yang lama dan memakai manusia yang baru. Manusia yang baru merupakan hidup yang masih terus menerus bertumbuh, diperbaharui atau dengan kata lain hidup dalam proses. Hidup baru dalam proses berarti masih hidup atau jalan bersama dengan hidup yang lama. Makin maju perkembangan manusia baru makin berkuranglah kekuatan manusia yang lama atau cara hidup yang lama itu. Jadi hidup yang baru itu penuh dengan peperangan antara manusia yang lama dan manusia yang baru. Kadang-kadang di dalam peperangan itu orang beriman dapat jatuh yang berarti manusia yang lama menang akan tetapi orang beriman harus bangkit kembali untuk harus bertobat lagi. Inilah yang disebut dengan pertobatan sehari-hari. Pertobatan ini berbeda dengan pertobatan pokok yang dilakukan sekali pada awal hidup yang baru ketika orang mulai membelakangi hidupnya yang lama dan mengharapkan hidup yag baru. Dalam hal ini pertobatan itu bukanlah pekerjaan manusia tetapi pertobatan ini berasal dari Allah. Namun manusia tidak pasif melainkan ia aktif menjawab pekerjaan Allah di dalam dia. Tindakan itu penting sebab tanpa tindakan itu maka tidak ada pertobatan.

Pertobatan itu juga mempunyai hubungan yang erat dengan iman atau percaya. Orang yang beriman adalah orang yang menundukkan akunya oleh Kristus dan Kristus telah menjadi rajanya. Di dalam kepercayaan itu terkandung pembaruan dan kelahiran kembali. Pembaharuan dan kelahiran kembali merupakan soal percaya. percaya berarti mengiyakan dan mengaminkan apa yang Tuhan katakan yaitu bahwa kita satu di dalam kematian dan kebangkitanNya. Jadi beriman adalah cara bereksistensi dari hidup yang baru oleh Roh artinya hidup dalam persekutuan dengan kristus. Hidup dalam iman itu mempunyai beberapa unsur yaitu yang pertama adalah Ketaatan , iman tidak bisa dilepaskan dari ketaatan terhadap injil karena iman adalah menaati isi Injil karena iman itu adalah suatu kepercayaan kepada injil. Pengetahuan, iman merupakan suatu tindakan yang penuh kesadaran berarah serta penuh keyakinan. Adapun yang menjadi isi pengetahuan iman adalah kehendak Tuhan Allah dengan sempurna. Dan kehendak Allah itu tidak diberikan bersamaan dengan iman tetapi harus dicari. Mempercayai, berarti mengandalkan. Sebab iman bukan hanya soal akal melainkan soal seluruh kehidupan manusia. Iman adalah soal hati orang yang beriman mempercayai segala janji dan kuasa Allah, tidak menyandarkan diri kepada perkara duniawi tidak menyandarkan diri kepada taurat serta amal-amal manusia melainkan menyerahkan dirinya secara mutlak kepada kasih karunia Allah. Harapan , iman dihubungkan dengan kepercayaan kepada Kristus, maka iman juga dihubungkan dengan harapan. Harapan sangat penting dalam iman. Harapan membawa kepastian bahwa hidup baru itu akan membawa kepada kemenangan.

Dari pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa iman merupakan tindakan manusia dalam mengulurkan tangannya untuk menerima panggilan Tuhan Allah atau di dalam mengambil berita kegirangan yang ditawarkan oleh Allah sehingga keselamatan merupakan kasih karunia Allah menjadi kenyataan dalam hidupnya. Namun di sisi lain iman itu juga merupakan pemberian Allah sebab kasih karunia Allah yang membaharui segala sesuatu.

2. 4. Doktrin Pertobatan menurut GKR
Dalam GKR, pertobatan termasuk dalam sakramen yang disebut juga dengan pemulihan, pengakuan, pengampunan dan perdamaian. Perdamaian ini tetap diperlukan walaupun orangnya sudah dibaptis karena kehidupan baru yang diterima dalam inisiasi Kristen tidak menghilangkan kecendrungan kepada dosa. Baptisan ini tinggal di dalam orang-orang yang dibaptis supaya dengan rahmat Tuhan mereka membuktikan kekuatan mereka dalam perjuangannya untuk kembali kepada kekudusan dan kehidupan abadi. Pada awalnya dalam Gereja tidak ada upacara pengampunan dosa dan yang ada hanyalah pengucilan. Ada pun yang menjadi dasar adalah Mat 18:15-20. Pokok petunjuk ialah jangan terlampau mudah mengucilkan seseorang, pertama tegurlah dia dibawah empat mata dahulu kalau tidak berhasil sekali lagi tapi dengan satu atau dua saksi jadi lebih resmi. Kalau itu pun tidak berhasil baru dikucilkan. Dalam hal ini belum ada istilah penerimaan kembali. Namun kemudian ada penerimaan kembali dan sakramen tersebut disebut dengan sakramen mengikat dan melepaskan. Disini berlaku nasihat Yesus bahwa orang harus mengampuni sampai tujuh kali tujuh kali (Mat 18 :22) yang berarti tidak ada batasannya untuk mengampuni seseorang. Dengan demikian mulailah adanya sakramen tobat dan ini diteruskan oleh Gereja-Gereja perdana.

Pada tahun 248, Cyprianus dipilih menjadi uskup. Pada masanya dimulaialah disiplin pertobatan. Pada masa itu Kaisar Decius melakukan penghambatan terhadap kekeristenan terutama kepada pemimpinnya. Oleh karena penghambatan itu banyak orang yang murtad tapi banyak pula yang menyesal dan meminta agar diterima kembali oleh gereja. Golongan Conferssors (yaitu golongan orang-orang yang telah menahan segala siksa dengan ketabahan hati) menjadi pembela mereka di hadapan Cyprianus . Golongan ini meminta supaya kelemahan dan dosa saudara-saudara yang memungkiri imannya itu lekas diampuni dengan syarat yang enteng. Cyprianus setuju dengan maksud tersebut bahwa Gereja berhak mengampuni semua orang yang telah jatuh dalam dosa tetapi tentang penerimaan itu ia mempertahankan pendiriannya bahwa uskup saja selaku pengganti rasul berkuasa mengucilkan dan menyambut kembali dan pengampunan itu boleh diberikan sehabis waktu pencobaan yang lama. Dimana orang-orang murtad itu wajib menebus dosanya dengan menjalani hukuman Gereja yang berat supaya pertobatan itu nyata dan terang. Dalam disiplin pertobatan ini, orang-orang yang murtad itu, pembunuh, penzinah masuk dalam kelompok peniten . Mereka dipisahkan dari umat dan mereka hanya dapat diterima kembali sesudah masa doa dan puasa. Pertobatan ini hanya berlangsung sekali saja seumur hidupnya. Ada pun yang menjadi landasan dalam hal ini adalah Ibrani 6:4-6 “ Mereka yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, namun yang murtad lagi tidak mungkin dibaharui lagi hingga bertobat (bnd 10 :26-29; 12 :15- 17). Dengan demikian laku tapa yang dilakukan seringkali amat berat dan lama. Sakramen ini dilakukan secara terbuka dan dipinpin oleh seorang uskup. Dan dalam sakramen ini dibatasi pada dosa-dosa yang memberi sandungan misalnya pembunuhan, perzinahan, merampok dan murtad.

Pada abad yang ke-6 cara pengampunan yang baru diperkenalkan oleh seorang rahib dari Irlandia. Pertobatan ini disebut dengan pertobatan tarip. Praktek ini dilakukan dengan pengalaman dosa pribadi dan para penitent dapat melakukannya berulang-ulang. Ini merupakan pengganti pertobatan yang panjang maka orang yang menerima pengakuan akan memberi tugas pertobatan khusus seperti pantang memakan makanan tertentu. Dan rahib mengumpulkan denda-denda dosa itu dalam buku yang disebut paenintentielies sebagai bantuan bagi para penerima pengakuan dosa. Hal yang istimewa dalam sakramen ini dilayani oleh seorang imam dan untuk dosa pribadi juga bisa diterima lebih dari satu kali. Dan saat inilah dimulai tarip menurut dosa seseorang dan selanjutnya laku tapa bukan menjadi pokok dalam pertobatan tetapi hanya sebagai syarat saja bahkan dalam pertobatan, ketika orang mengaku dosa saja sudah cukup. Sejak saat itu yang menjadi pelaku utama bukanlah orang yang bertobat tetapi imam yang memberi absolusi sebagai tanda pengampunan dosa.

Pada abad ke 10 praktek ini semakin berkembang karena praktek ini jelas memenuhi kebutuhan pastoral. Pada konsili Lateran 1215 dikeluarkan dekrit bahwa setiap orang Kristen yang telah melakukan dosa wajib mengakukan dosanya dalam 1 tahun kepada imam. Pengakuan dosa ini dengan mulut dihadapan imam yang memberi absolusi (kelepasan dari dosa) atas nama Tuhan. Hal ini terjadi karena ia mendapat kuasa anak kunci itu dari tangan Tuhan sendiri menurut mat 16:19. Dengan demikian maka penitensi yang berat dan lama perlahan-lahan diringankan. Teologi Thomas Aquinas juga ikut menentukan pandangan teologi pada umumnya sejak abad 13. Dosa diampuni Allah kalau orang sungguh bertobat dan bertekad melakukannya. Konsili Florence (1439) merumuskan bahwa tobat, pengakuan dan penitensia merupakan tanda atau materi.

Pada abad pertengahan itu iman dipandang pertama-tama menaati kuasa Gereja dengan sungguh-sungguh. Banyak orang yang bertobat karena takut hukuman-hukuman yang ngeri. Dan dalam hal ini banyak orang yang ingin menebus dosanya dengan melakukan penitensia. Iman terutama harus dilaksanakan dalam praktek-praktek amalan-amalan. Supaya berkenan kepada Allah manusia harus berusaha menyatakan amalnya di samping rahmat. Adapun jenis amalan itu adalah puasa, sedekah,doa,perkunjungan ke tempat-tempat suci, sumbangan ke Gereja, membangun gedung gereja atau capel, menyiksa diri masuk biara dan lainya. Dan memberi sedekah dianggap sebagai amalan yang besar pahalanya.
Dari praktek pengakuan dosa dan pengampunan dosa itu oleh absolusi dari imam haruslah dibuktikan kesungguhannya melalui penyesalan dengan menahlukkan diri kepada rupa-rupa hukuman atau usaha penitensia tersebut. Dari praktek ini muncullah indulgensia yakni penghapusan siksa.

Indulgensia ini pada awalnya bisa didapatkan melalui amalan namun kemudian hari ini bisa dibeli dengan uang.Doktrin ini diakui secara resmi pada tahun1343. Ajaran ini direformasi oleh para reformator terutama Martin Luther sehingga pada tahun 1556 dibuatlah Konsili Trente untuk meneguhkan ajarannya. Dalam konsili ini ditetapkan bahwa sakramen pertobatan mempunyai 2 unsur hakiki yaitu:

1. Kegiatan manusia yang bertobat dibawah kuasa Roh Kudus yakni Penyesalan, Pengakuan dan Penitensia.

2. Kegiatan Allah oleh pelayanan Gereja yakni mengampuni dosa dan mengerjakan perdamaian para pendosa.

Dalam pertobatan ini ada 3 langkah yakni dalam hati ada penyesalan, dalam mulut ada pengakuan dan dalam tindakan ada penyilihan/penitensia.
Penyesalan, dalam konsili Trente dinyatakan penyesalan ini adalah kesedihan jiwa, kejijikan terhadap dosa yang telah dilakukan. Bentuk penyesalan ini juga adalah niat untuk tidak berdosa lagi. Konsili ini membedakan antar 2 macam penyesalan yaitu Penyesalan sempurna (contritio) yaitu sesal karena cinta kepada Allah yang dicintai di atas segala sesuatu. Dan yang kedua adalah penyesalan yang tidak sempurna (attritio) yaitu sesal yang tumbuh dari renungan mengenai kejijikan dosa atau dari rasa takut akan hukuman abadi atau siksa-siksa lain yang mengancam pendosa.

Pengakuan, melalui pengakuan itu orang melihat dengan jujur dosa-dosa dan menerima tanggung jawab atas dosa itu. Dengan demikian, ia membuka diri kembali untuk Allah dan untuk persekutuan Gereja sehingga dimungkinkanlah masa depan yang baru. Pengakuan di depan imam amat dianjurkan karena mengaku dosa secara teratur merupakan kecondongan kita yang jahat untuak memberi diri disembuhkan oleh Kristus untuk bertumbuh dalam hidup rohani dan unatuk berbelaskasihan terhadap sesama.

Penyilihan/Penitensi, ini merupakan denda dalam bentuk doa dan perbuatan laku-tapa,ziarah atau karya amal tertentu yang ditetapkan oleh bapa pengakuan dan disanggupi oleh orang yang mengakukan dosanya. Penitensia dimaksudkan untuk menguatkan orang dalam perjuangannya melawan kecendrungan akan yang jahat dan untuk menghapus hukuman dosa. Pelaksanaan penitensi dapat dipandang sebagai tanda bukti kesungguhan bertobat untuk menempuh hidup baru. Dalam konsili Trente ditentukan bahwa penetensi yang harus dibuat oleh penitent, bapa pengakuan harus memperhatikan keadaan pribadi si penitent dan sedapat mungkin penitensi harus sesuai dengan berat dan kodrat dosa yang dilakukan.

Pada masa ini salah satu yang terpenting dalam konsili Terente itu adalah Decretum de Iustificatine (Ketetapan Pembenaran). Hal ini termasuk mempengaruhi mereka dalam pemahaman tentang pertobatan yaitu bagi mereka kebenaran itu adalah didorong oleh anugerah Allah dan percaya apa yang diungkapkan dan dijanjikan oleh Allah. Mereka mendapat iman karena mendengar dan tergerak bebas menuju apa yang diungkapkan dan dijanjikan Allah. Dan selama 400 tahun konsili ini yang mendominasi GKR dalam segala doktrin termasuk didalamnya tentang pertobatan.

Pada Konsili Vatikan II, masalah sakramen tobat kembali ditinjau. Dalam Konsili ini kembali nama istilah yang dipakai adalah sakramen tobat karena yang terpenting dalam hal ini adalah orang yang bertobat (LG 28). Dalam Liturgi tobat dikatakan bahwa orang yang datang ke sakramen tobat pertama kali harus berpaling kepada Allah dengan segenap hati dan yang harus dilakukan dalam sakramen tobat adalah pengakuan dan penintensia. Dan hendaknya ia juga menyatakan pertobatannya dengan laku tapa dan matiraga secara sukarela. Dalam hal ini dapat dibantu oleh Indulgensia. Dalam pertobatan ini yang pokok bukanlah dosa melainkan orangnya yang sebagai pendosa memohon belas kasihan Tuhan, Allah senantiasa menawarkan rahmatnya kepada pendosa tetapi manusia mau menerimanya.

2. 5 Doktrin Pertobatan menurut Calvinis
Calvin setuju dengan pandangan Luther tentang pembenaran oleh iman. Iman mempersatukan orang percaya dengan Kristus di dalam suatu kesatuan mistis. Persatuan dengan Kristus ini mempunyai dampak rangkap dua yang disebut dengan anugerah ganda. Pertama, persatuan antara orang percaya dengan Kristus membawa secara langsung pembenaran dirinya. Melalui Kristus orang percaya dinyatakan menjadi benar dalam pandangan Allah. Kedua, oleh karena persatuan orang percaya dengan Kristus maka orang percaya tersebut mulai melakukan proses menjadi seperti Kristus melalui lahir kembali. Pertobatan itu adalah benar-benar membalikkan kehidupan kita kepada Allah dengan digerakkan oleh rasa takut yang tulus dan sungguh-sungguh akan Dia. Calvin menyatakan bahwa baik pembenaran maupun kelahiran kembali merupakan hasil dari persatuan orang percaya dengan Kristus melalui iman. Tetapi menurutnya akar dari pembenaran itu adalah Predestinasi dan yang menjadi buahnya adalah pengudusan.

Ajaran Predetinasi ini adalah berbicara tentang Allah yang memilih. Ajaran ini sudah ada sejak zaman Agustinus yang memandang ini menunjuk pada tindakan Allah dalam memberikan anugerahNya kepada beberapa orang. Hal ini menggambarkan keputusan Illahi yang khusus ketika Allah mengaruniakan anugerahNya kepada orang-orang yang diselamatkan. Pemilihan yang menurut Calvin ini berarti bahwa Allah bertindak ke luar dan mengarahkan kasihNya kepada dunia dan kepada kita manusia. Allah yang memilih itu dinyatakan dalam Yesus Kristus. Di dalam kedatangan Yesus Kristus maka Allah datang untuk memilih manusia. Pemilihan oleh Allah ini berarti Kristuslah yang memilih manusia. Ia menjadi manusia seperti kita untuk menanggung hukuman Allah atas dosa kita. Di dalam Dia kita manusia menjadi milikNya oleh karena percaya kepada Allah turut dipilih oleh percaya kita menyadari bahwa segala sesuatu yang hendak diberikan oleh Allah kepaa kita adalah bersifat anugerah. Jadi dengan demikian iman itu adalah hasil pemilihan bukan sebaliknya.

Predestinasi adalah dasar pembenaran dan menjadikan usaha untuk membenarkan diri adalah sia-sia. Calvin sebenarnya setuju dengan pandangan Luther yang mengatakan bahwa keselamatan hanya tergantung kepada kehendak Allah untuk menyelamatkan manusia dan setelah dinyatakan oleh Kristus Yesus. Iman yang membenarkan bukanlah usaha manusia tetapi anugerah Allah yang diberikan kepada orang-orang yang telah dipilihNya.

Bagi Calvin kemampuan manusia untuk bertobat itu hanyalah dengan kekuatan Allah. Allah memulai pekerjaan baik di dalam diri manusia dengan menimbulkan dalam hati kita rasa kasih, rindu dan semangat akan kebenaran. Atau dnegan kata lain dengan membentuk hati kita dan mengarahkannya ke kebenaran dan memperkuat hati kita untuk bertekun. Seperti apa yang tertulis dalam Yeheskiel 36:26-27 “ Kamu akan Kuberikan hati yang baru dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. RohKu akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapanKu dan tetap berpegang pada peraturanKu dan melakukannya”. Jadi menurut Calvin juga tidak ada daya manusia untuk bertobat dan segala kemauan manusia untuk bertobat itu juga berasal dari Allah.

Inti Teologi Calvin adalah Kemuliaan Allah artinya segala sesuatu tujuannya untuk kemulian Allah. Berhubungan dengan penekanan ini, Calvin mementingkan kelahiran kembali (regeneration) atau Pengudusan yang harus menyertai pembenaran orang-orang berdosa. Manusia yang dibenarkan wajib menampakkan imannya dalam perbuatan-perbuatan yang berkenan kepada Allah. Pengudusan ini terjadi ketika orang percaya itu telah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah maka perkembangan pengudusan sudah pasti. Roh Kudus akan mematikan perbuatan-perbuatan daging, mengerjakan di dalam diri orang percaya tersebut ketaatan kepada firman Allah, menghasilkan buah-buah roh serta memakainya dalam pelayanan kepada Tuhan. Bertambah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan juruslamat kita Yesus Kristus, bertambah-tambah dalam kasih kepada orang lain dan terhadap semua orang, menyucikan diri dari segala pencemaran jasmani dan rohani.

Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa manusia yang dibenarkan wajib menampakkan imannya dalam perbuatan-perbuatan yang berkenan kepada Allah. Namun dalam hal ini, Calvin mengatakan bahwa keselamatan di dapat bukanlah dari pengudusan sebab Calvin yakin bahwa perbuatan-perbuatan yang paling baik sekalipun dilakukan oleh orang percaya tidak dapat membebaskan mereka dari dosa. Pembenaran rangkap itu membuat bahwa bukan hanya orang berdosa dibenarkan yaitu dianggap benar juga oleh Allah bukan karena kualitasnya sendiri (yang tetap tidak memenuhi nilai standart) tetapi karena Kristus.

Dalam pasal-pasal ajaran Dordrecht pertobatan itu adalah sebagaimana sejak semula orang-orang kepunyaan yang telah dipilihNya dalam Kristus, demikian juga mereka dipanggilNya dengan ampuh dalam hidup ini. Dia mengaruniakan kepada mereka iman dan pertobatan dan setelah melepaskan mereka dari kuasa kegelapan memindahkan mereka ke dalam kerajaan AnakNya. Maksudnya agar mereka memasyurkan perbuatan-perbuatanNya yang besar yang telah memanggil mereka keluar dari kegelapan menuju terangNya yang ajaib. Dengan demikian maka pertobatan itu merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada orang-orang yang dipilihNya, Allah yang melaksanakan perkenananNya di dalam orang-orang pilihanNya itu. Dia tidak hanya menerangi pikran mereka oleh Roh sedemikian rupa sehingga mereka memahami dengan baik dan menilai hal-hal yang berasal dari Roh Kudus. Dia bahkan juga masuk sampai ke batin manusia dan dengan keampuhan Roh Kudus yang sama itu yang mengerjakan kelahiran kembali, hati yang tertutup dibukaNya, apa yang keras dilunakkanNya yang tadinya mati dihidupkannya yang jahat dijadikannya baik. Dalam hal ini kelahiran kembali itu juga tidak bekerja di dalam manusia seolah-olah ia adalah sebongkah batu atau kayu, dan karunia itu tidak memusnahkan kehendak manusia dan sifat-sifat kehendak itu dan tidak memaksakan manusia berlawanan dengan kehendaknya. Tetapi karunia Illahi itu menghidupkan kehendak secara rohani menyembuhkannya, memperbaikinya, menundukkan secara lembut. Maka dimana dahulu kedegilan dan perlawanan daging merajalela sekarang oleh Roh mulai berkuasa ketaatan yang rela dan tulus.

Dalam pengakuan iman Wetsminster tentang pertobatan ini dinyatakan dalam Bab XV tentang penyesalan. Dalam hal ini dijelaskan bahwa penyesalan ini adalah anugerah injili. Olehnya orang berdosa yang melihat dan menyadari betapa bahayanya dosa sehingga ia berbalik dari semua dosa ini dan berpaling kepada Allah dan berusaha serta berupaya hendak berjalan bersama Dia dalam semua jalan perintah-perintahNya. Penyesalan bukanlah cara melunasi dosa atau salah satu sebab pengampunannya, karena pengampunan itu adalah tindakan rahmat Allah yang bebas di dalam Kristus. Namun penyesalan itu begitu perlu bagi semua orang berdosa sehingga tanpa itu tidak seorangpun dapat mengharapkan pengampunan.

Sedangkan pengudusan itu dalam pengakuan iman Westminster bab XIII tentang pengudusan itu adalah mereka yang dipanggil dengan ampuh dan dilahirkan kembali diciptakan hati yang baru dan roh yang baru dan mereka dikuduskan sungguh-sungguh dan secara perorangan oleh kematian dan kebangkitan Kristus melalui firman dan RohNya yang diam dalam mereka. Pengudusan ini bersifat menyeluruh namun tidak sempurna dalam hidup ini sebab di dalam semua bagiannya masih tinggal beberapa sisa kerusakan. Dari itu lahirlah peperangan yang terus menerus dan yang tidak dapat diakhiri dengan perdamaian, sebab keinginan daging berlawanan dengan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging, Namun karena Roh Kristus yang menguduskan terus menerus menyediakan ketaatan baru maka bagian yang telah dilahirkan kembali menang.

2. 6 Ringkasan tentang kontraversi doktrin pertobatan
Pandangan tentang pertobatan itu adalah penyesalan dan berbalik kepada Allah merupakan pengakuan gereja-gereja namun yang menjadi permasalahan adalah peranan manusia dan peranan Allah dalam pertobatan itu. Perbedaan pandangan tentang pertobatan ini juga karena mempunyai pengaruh tentang pemahaman siapa manusia dan bagaimana keadaannya ketika jatuh kedalam dosa. Bagi GKR ketika manusia itu jatuh ke dalm dosa manusia itu hanya sakit dan dapat disembuhkan melalui sakramen-sakramen. Karena manusia itu hanya sakit maka secara otomatis dia masih bisa datang kepada Allah seperti orang sakit masih bisa datang kepada dokter. Jadi ada daya manusia untuk mendapat kesembuhan itu. Pemahaman tentang manusia ini mempengaruhi pemahaman mereka tentang doktrin pertobatan dalam Konsili Trente dikatakan bahwa manusia mendapat pembenaran karena didorong dan dibantu oleh anugerah Allah, mereka mendapat iman karena mendengar dan tergerak bebas menuju Allah dan percaya apa yang diungkapkan dan dijanjikan Allah. Dari keputusan ini juga berlanjut kepada Konsili Vatikan dan tetap saja dalam konsili ini juga dinyatakan bahwa pertobatan itu merupakan inisiatif manusia tersebut.

Calvin yang tidak menyetujui pandangan Khatolik tersebut mengatakan bahwa ketika manusia jatuh kedalam dosa maka manusia tersebut benar-benar telah rusak dan sungguh tidak ada daya manusia untuk berbuat apa-apa untuk datang kepada Tuhan. Jadi dalam hal ini orang-orang akan dibenarkan oleh Allah. Pembenaran tidak berarti membuat manusia menjadi baik tetapi lebih kepada dianggap benar atau dibebaskan. Pembenaran oleh iman berarti bahwa aku sudah yakin akan diterima bukan karena aku hidup baik tetapi karena Kristus yang mati untuk aku. Kita memperoleh kepastian di hadapan Allah berdasarkan salib Yesus Kristus. Ini berarti pula bahwa kita dapat beranjak pada perbuatan-perbuatan baik bukan demi memperoleh persetujuan dan penerimaan Allah tetapi karena telah menerima kita. Calvin mengatakan bahwa akar pembenaran itu adalah predestinasi dan buahnya adalah pengudusan.

III Implikasi Kontraversi Doktin Pertobatan dalam GBKP
Teologi GBKP itu berdasarkan dari Calvin yaitu untuk kemuliaan nama Allah. Dalam konfesi GBKP teologi GBKP tentang ibadah dijelaskan bahwa sebagai manusia yang telah diselamatkan Allah, haruslah kehidupan orang-orang Kristen sebagai ungkapan rasa bersyukur yang dinampakkan dalam pikiran, ucapan dan tindakan-tindakannya. Landasan untuk hal ini terdapat dalam Roma 12:1. Jadi orang yang telah diselamatkan akan menunjukkan dengan cara mempersembahkan hidupnya untuk kemuliaan Allah. Persembahan yang dimaksudkan adalah orang Kristen mempersembahkan diri, pekerjaan dan keluarga utuh penuh kepada Allah. Dan setiap orang Kristen haruslah berani memberi dalam bentuk materi dari keadaan kekurangannya bukan kelebihannya agar terhindar dari masalah kekhawatiran dan mampu memuliakan Allah di segala keadaannya (2 Kor 8 :1-5). Dan setiap orang Kristen haruslah mempunyai pengharapan dalam kehidupannya karena Allah mepunyai rencana atas tiap-tiap orang pilihanNya sehingga mampu bersukacita senantiasa. Dalam PBIK (Pemahaman Iman Bersama Kristen Di Indonesia) Bab IV tentang penyelamatan dikatakan bahwa penyelamatan manusia itu dilakukan oleh Allah melalui Yesus Kristus. Di dalam Kristus Allah mendamaikan dunia dengan diriNya, dalam Kristus manusia beroleh pengampunan dari Allah dan diselamatkan dari kebinasaan. Orang-orang yang percaya dan dibaptis dalam nama Yesus Kristus dibaptiskan di dalam kematiaNya dan dibangkitkan bersama-sama dengan Dia ke dalam kehidupan yang baru.

Konsep keselamatan dalam katekisasi GBKP dikatakan bahwa kerusakan manusia akibat dosa sangat parah sehingga tidak mungkin melakukan kebaikan dari dirinya sendiri dan tidak mungkin mampu menyelamatkan dirinya sendiri dengan berbuat baik. Hanya dengan pertolongan dari Tuhan sajalah manusia dapat diselamatkan. Dengan imannya manusia menyambut anugerah. Dan merubah manusia yang jahat menjadi baik adalah pertolongan Roh Kudus jadi tujuan hidup bukan lagi mencari keselamatan sebab keselamatan sudah ditentukan. Tuhan menentukan pilihan siapa yang akan diselamatkan dalam arti bahwa kedaulatan Tuhan sajalah yang menentukan pilihan siapa yang akan diselamatkan. Untuk dapat meyakinkan seseorang bahwa ia tergolong kepada manusia yang sudah diselamatkan ia maka ia harus hidup melawan dosa. Ia harus menunjukkan kepada dunia dalam kesaksian hidupnya bahwa ia adalah orang terpilih untuk diselamatkan. Dari Theologi di atas maka dibuat tata laksana disiplin Gererja GBKP yang dibuat dengan tujuan guna ketertiban dan kekudusan umat Tuhan demi kemuliaan namaNya.

Dalam tata Gereja dibuat bertujuan agar warga jemaat atau pelayan khusus baik perorangan maupun sebagai persekutuan yang dikenankan disiplin tersebut menyadari kesalahannya dan bertobat akibat perbuatannya yang telah menjadi batu sandungan bagi warga mau jemaat dan masyarakat. Jika yang dikenakan disiplin Gereja kemudian menyesal dan bertobat maka penerimaan kembali keanggotaan dapat dilakukan dengan cara

1. Yang dikenakan disiplin Gereja dapat dipulihkan kembali apabila menyatakan penyesalan secara tertulis atau lisan dan menyatakan pertobatannya dengan tingkah laku.

2. Penerimaan kembali keanggotaan dilaksanakan dalam kebaktian minggu dan jemaat dimana dia dikenakan disiplin serta tidak ada keberatan dari jemaat.
Dalam pertobatan ini dorongan dari jemaat masih berlaku dimana jemaat itu diingatkan, jika tidak berhasil maka diadakan penggembalaan khusus baru kemudian jika itu juga tidak berhasil maka diadakanlah pengucilan.

Dari pemaparan di atas dapat dinyatakan bahwa keselamatan itu bukanlah hasil dari pertobatan melainkan pertobatan merupakan hasil dari anugerah keselamatan. Menurut GBKP pertobatan itu merupakan anugerah Allah dan direspon dengan iman. Dan perbuatan baik merupakan buah dari orang-orang yang telah diselamatkan bukan sebagai jalan untuk mendapatkan keselamatan.

IV Daftar Pustaka
Abineno, J.L.Ch., Pokok-Pokok Penting dari Iman Kristen, Jakarta : BPK-GM, 1989
Berkhof, Louis, Teologi Sistematika 4, Surabaya: Momentum, 2006
Brathcher,Robert, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas, Jakarta : LAI,2005
Calvin Yohanes , Institutio, Jakarta : BPK-GM, 2004
Dister,Nico Syukur ,Teologi Sistematika 2, Yogyakarta : Kanisius,2004
De Jonge Christian , Apa itu Calvinisme, Jakarta : BPK-GM, 2006
Guthrie, Donald, Teologi PB 2,Jakarta : BPK-GM,1995
Hadiwijono,Harun, Iman Kristen, Jakarta : BPK-GM,2006
Heuken,A., Ensiklopedia Gereja IV Ph-To, Jakarta : Cipta Loka Caraka, 1994
Heuken,A.,Ensiklopedi Gereja VI N-Ph, Jakarta : Cipta Loka Caraka,2005
Lane Tony, Runtut Pijar, Jakarta : BPK-GM, 2005
Mc Grath Alister E. , Sejarah Pemikiran Reformasi,Jakarta : BPK-GM,2006
Marshall,I.H., Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Mat-Wah., Nilakanda : Jakarta,1979
Niftrik,G.C.van dan B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK-GM,2006
P. Rausch, Thomas, Katolisime,Yogyakarrta : Kanisius,2004
Rausch Thomas P., Katolisime,Yogyakarrta : Kanisius,2004
Thiessen Henry C. ,Teologi Sistematika, Malang : Gandum Mas, 1993
Torrance,J.B., Pertobatan dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Masiah-Z, J.D. Douglas (ed), Jakarta: YKBK/OMF,2007
Van den End,Th., Surat Roma, Jakarta : BPK-GM,1997
Van den End,Th., Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme, Jakarta : BPK-GM, 2004
Verkuyl,J., Aku Percaya, Jakarta: BPK-GM,2001
Iman Khatolik , Yogyakarta : Kanisius, 2007
Tata Gereja GBKP 2005-2015, Kabanjahe : Moderamen GBKP,2005
Buku Katekisasi GBKP,Kabanjahe : Moderamen GBKP,2007

TINJAUAN TERHADAP PENGAJARAN SAKSI YEHUWA

TINJAUAN TERHADAP PENGAJARAN SAKSI YEHUWA

PENDAHULUAN
Banyak ajaran yang ada di dalam setiap gereja, dan ajaran itu berbeda-beda baik dalam memahami pengajarannya, yang tujuannya hanya satu yaitu untuk mengagungkan Allah yang Maha Kudus itu. Dalam hal pengajaran itu sering muncul orang-orang yang menganutnya sering mengatakan bahwa agamanyalah yang paling benar dan unggul. Dan hanya melalui ajaran merekalah yang dapat menyelamatkan. Dalam tugas kali ini bukanlah bermaksud untuk memperbandingkan ajaran kita dengan ajaran saksi Yehuwa tetapi yang mau dilihat disini adalah bagaimanakan ajaran Saksi Yehuwa ini secara teologi sistematika. Semoga pemaparan ini berguna bagi kita semua.

Pengertian Saksi Yehuwa
Saksi Yehuwa (lnggris: Jehovah‘s Witnesses) itulah yang mereka sandang. Nama itu mempunyai makna yang deskriptif, menunjukkan bahwa mereka memberikan kesaksian tentang Yehuwa, keilahian-Nya, dan maksud tujuan-Nya. Allah, Tuhan dan Pencipta seperti halnya Presiden, Raja dan Jenderal adalah gelar dan dapat oleh beberapa tokoh sekaligus. Akan tetapi, Yehuwa adalah nama pribadi dan menuju kepada Allah Yang Maha Kuasa dan pencipta alam semesta. Nama Yehuwa (YAHWEH) , dimuat hampir 7.000 kali dalam salman ash kitab-kitab Ibrani. Kebanyakan Alkitab tidak memuat nama itu, saksi Yehuwa menggantinya dengan sebutan Allah atau Tuhan. Beberapa terjemahan modern menggunakan nama Yehuwa atau Yahweh. Oleh karena itu, Terjemahan Dunia Baru menuliskan Yesaya 42:8: “Akulah Yehuwa. Itulah nama-Ku”. Saksi Yehuwa dalam kekristenan bersifat inilenaris (mengacu kepada kerajaan seribu tahun) dan apokaliptik. Nama sekte ini diambil Yesaya 43:10: “Kamu inilah saksi-saksi-Ku” menurut ajaran sekte in mereka adalah keturunan Habel.

Latar Belakang Munculnya Saksi Yehuwa
Saksi Yehuwa bermula lebih dan seratus tahun yang lalu. Pada awal tahun 1870-an, terbentuklah sebuah kelompok belajar Alkitab yang sederhana di Allegheny, Pennsylvania, AS, yang sekarang menjadi bagian dan Pittsburgh. Charles Taze Russell adalah pelopor utama kelompok belajar tersebut. Pada bulan juli 1879, terbitlah edisi pertama majalah Zion’s Watch and Herald of Chirst’s Present. Pada tahun 1880, sejumlah sidang telah terbentuk di negara-negara bagian sekitarnya yang berpangkal dan kelompok belajar Alkitab yang beranggotakan sedikit orang ini. Pada tahun 1881, dibentuk Zion’s Watch Tower Tract Society dan pada tahun 1884, organisasi itu dijadikan badan hukum, dengan Russell sebagai presidennya. Nama lembaga itu kemudian berganti menjadi Wacth Tower Bible and Tract Society (Lembaga Alkitab dan Risalah Menara Pengawal). Banyak anggotanya memberikan kesaksian dari rumah ke rumah menawarkan bacaan-bacaan Alkitab. Lima puluh orang melakukan pekerjaan ini dengan sepenuh waktu pada tahun 1888-sekarang, pemberitaan sepenuh waktu di seluruh dunia rata-rata berjumlah 700.000 orang.

Pada tahun 1909, pekerjaan lembaga ini mulai bertaraf internasional dan kantor pusatnya di pindahkan ke lokasinya yang sekarang di Brooklyn, New York. Khotbah-khotbah tercetak dimuat dalam surat-surat kabar dan pada tahun 1913, dan telah dicetak kedalam empat bahasa di ribuan surat kabar di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa.

Pada dasamya, Saksi Yehuwa adalah orang-orang biasa. Nama yang sering mereka gunakan adalah perkumpulan siswa-siswa Alkitab atau menara pengawal (Terjemahan dan the Watch Tower, singkatan dan nama resmi organisasi aliran ini di Amerika Serikat dan juga nama majalahnya). Sekarang aliran ini, melalui jaringan organisasi The Watch Tower Bible and Truct Society yang berpusat di Bethel, Brooklyn New York, gerakan ini sedikit banyaknya berkaitan dengan atau bermula dan aliran ajaran-ajaran adventis. Pokok-pokok ajarannya pun banyak yang mirip dengan ajaran Adventis. Presiden pertama Saksi Yehuwa C. T. Russell meninggal pada tahun 1916 dan digantikan oleh Joseph F. Rutheford pada tahun berikutnya. Ketika Joseph menjabat sebagai presiden yang baru, banyak perubahan yang terjadi. Diantaranya, Majalah pendamping The Watch Tower (Menara Pengawal), yaitu The Golden Age (Zaman keemasan), diperkenalkan. (sekarang disebut Awake!/Sedarlah.). Pada tahun 1931 orang-orang Kristen ini menggunakan nama Saksi Yehuwa.

Tokoh-tokoh Dalam Berdirinya Saksi Yehuwa
Tokoh-tokoh saksi Yehuwa ada 3 orang dari Amerika dan merekalah yang memperkenalkan tentang Saksi Yehuwa di Amerika, diantaranya adalah:

Charles Taze Russell (1852-1916)
Charles Taze Russell lahir di kota Pittsburgh, negara bagian Pennsylvania pada tahun 1852. Charles dan orang tuanya adalah anggota gereja yang giat. Pada usia muda, Ia mulai tertarik akan soal-soal theologia. Ketika Charles berumur belasan tahun, ia meninggalkan gereja mengaku sebagai orang yang tidak beragama. Hal yang membuat pikirannya susah adalah doktrin adanya neraka dan hukuman bagi orang-orang jahat. Charles belajar berbagai macam agama dan dalam tiap kepercayaan itu Ia menemukan suatu kepuasan. Pada tahun 1879 Charles mulai menerbitkan majalah Menara Pengawal, yang masih beredar hingga saat ini. Beberapa tahun kemudian ia mengorganisir gerakannya secara resmi.

Pada tahun 1912 seorang pendeta gereja Baptis bangsa Kanada menerbitkan surat selebaran yang menyerang ajaran Charles. Charles lalu menuntut pendeta Baptis itu. Namun, hakim akhirnya membenarkan isi dan makna terbitan itu. Tak mengherankan bahwa ada säksi Yehuwa sendiri tidak mengatur hukuman mereka dengan Charles. Mereka menolak nama julukan yang dulunya diberikan kepada aliran mereka, yaitu “Russellisme”. Charles dan penganut-penganutnya berkali-kali meramalkan bahwa dunia akan berakhir pada tahun 1914. Ketika ramalan ini meleset, gerakan ini hampir punah. Jumlah peredaran terbitan-terbitan mereka berkurang dan 71 juta eksemplar dalam tahun 1914 menjadi 30 juta dalam tahun 1916. Meski kecewa dan bingung atas kegagalan atas ramalannya, ia masih tetap bergiat. Dalam tahun 1916 itu juga, Charles meninggal pada waktu naik kereta api, sedang berpergian untuk menyebarkan doktrin-doktrinnya.

Joseph Franklin Rutherford
Joseph dilahirkan didaerah pertanian, di negara bagian Missouri pada tahun 1869. Setelah tamat dan perguruan tinggi, Rutherford berguru pala seorang sarjana hukum yang tersohor. Kemudian ia menjadi seorang penulis pengadilan, lalu advokat dan akhirnya menjadi seorang hakim. Karena jabatannya itu, ia tetap digelari orang: “Hakim Rutherford” sepanjang umurnya. Pada tahun 1894, Rutherford membeli tiga buku karangan C. T. Russell dan beberapa tahun kemudian, ia sempat berkenalan secara pribadi dengan pengarang itu. Pada tahun 1906, baik Rutherford maupun istrinya membaktikan diri mereka kepada gerakan Russellisme. Tahun berikutnya Russell menunjuk Rutherford sebagai seorang penceramah yang dikirim kesana-kemari dan dalam tahun-tahun itu juga. Rutherford sering diminta untuk membela Iangganannya didepan meja hijau dan Ia berhasil baik sebagai bidatnya yang dikenal pandai berpidato. Hanya dua bulan setelah kematian Russell, Rutherford ditunjuk sebagai penggantinya. Masa itu adalah masa yang gelap bagi gerakannya. Banyak anggota yang mundur setelah gagalnya ramalan hari kiamat pada tahun 1914, serta meninggalnya orang yang telah meramalkannya. Lagi pula Rutherford menolak pemberian hormat kepada bendera negara atau kewajiban masuk militer.

Dalam suasana tegang selama perang dunia I, ia dengan beberapa rekannya dipenjarakan. Setelah dibebaskan pada tahun 1919, Rutherford lebih giat lagi dalam menyebarkan doktrin-doktrin Russell, ditambahi dengan ajaran-ajarannya sendiri. Selama 25 tahun sebagai ketua gerakan, ia sudah menghasilkan rata-rata sebuah buku tiap tahun. Selain banyak surat selebaran dan artikel majalah, ia pun mendirikan majalah populer Sedarlah! sebagai pelengkap Menara Pengawal. Dalam pertemuan antar bangsa dan aliran Rutherford yang diselenggarakan pada tahun 1931, untuk pertama kalinya bidat itu mulai memakai nama “Saksi Yehuwa.” Nama itu berdasarkan nubuat dalam Yesaya 43:10-12, menurut anggapan mereka telah digenapi dengan adanya gerakan mereka.

Nathan Homer Knorr
Nathan Knorr dilahirkan di negara bagian Pennsylvania, di kota Bethlehem pada tahun 1905. Ketika belajar di SMA, untuk pertama kalinya ia mengenal ajaran saksi Yehuwa. Nathan tidak meneruskan pendidikannya di sekolah tinggi. Akan tetapi ia diterima sebagai pekerja di penerbitan gerakan saksi Yehuwa di kota New York yang kemudian naik pangkat. Pada tahun 1932, ketika ia berumur 27 tahun Knott menjadi direktur penerbitan tersebut. Ia pun mulai berpengaruh sekali dalam usaha-usaha saksi Yehuwa di seluruh dunia. Ketika J. F. Rutherford meninggal dunia pada tahun 1942, Knott langsung menggantikannya. Masa kepeinimpinan yang panjang dan Nathan Knott ditandai pertumbuhan yang sangat pesat serta penatanan organisasi secara kokoh.

Ada dua prestasi dalam masa jabatan Nathan Knott, diantaranya:

  1. Mulal tahun 1945, Knott mengajar bahwa transfusi darah tidak sesual dengan firman Tuhan. Hal ini membuktikannya dengan beberapa ayat dalam Perjanjian Lama. Karena memasukkan darah ketubuh, melalui mulut atau pembuluh darah melanggar hukum Allah. (Kej. 9:3, 4; Im. 17:14; Kis. 15:28, 29).
  2. Pada tahun 1950, saksi Yehuwa menerbitkan Alkitab terjemahannya sendiri dan kitab Perjanjian Baru dengan versi yang disebut New World Translation. Perjanjian Lama diterbitkan 10 tahun kemudian.

Ajaran dan Peraturan Saksi Yehuwa
Adapun yang menjadi ajaran dalam saksi Yehuwa antara lain:

a. Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus
Allah Bapa dan Putera Allah (Yesus Kristus) adalah dua pribadi dan Roh yang secara hakiki berbeda dan terpisah satu sama lain. Allah Bapa, Yehuwa, sang Pencipta, lebih tinggi dari sang Putera. Yesus Kristus adalah saksi dan pelayan utama dari Yehuwa, dan setiap saksi adalah pelayan yang mengikuti teladan Kristus. Roh Kudus bukanlah pribadi ke-Allah-an yang tersendiri, melainkan kuasa, daya atau pengaruh dari Allah Bapa. Sang Putera itu dinamakan “mikhael” atau “Logos” (Firman). Saksi Yehuwa percaya bahwa semua yang tertulis dalam Alkitab, diilhami oleh Allah dan berguna. Saksi Yehuwa percaya akan Yesus tetapi menurut mereka Yesus Kristus bukan Allah melainkan anak Allah, manusia yang sempurna. (Sebagai tambahan, pada saat Ia dibaptis, ada suara dari surga yang menyatakan: “lnilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada Nyalah Aku berkenan (Mat. 3:17).” Itu adalah suara Allah. Jelaslah, Yesus adalah Putra Allah, bukan Allah sendiri, seperti anggapan beberapa orang. Akan tetapi, Yesus adalah seorang manusia anak Allah, bahkan sama halnya seperti manusia pertama yaitu Adam. Ia telah mati di tiang siksaan. Ia menjadi pengantar perdamaian antara manusia dan Allah. Saksi Yehuwa sangat menekankan kedatangan Kristus yang sudah dekat. Dan saksi Yehuwa percaya bahwa Allah lebih besar dari pada Yesus. Pada buku saksi Yehuwa “mendekatlah kepada YEHUWA” pada pasal 2:5, yakni tanpa bantuan, kita sebagai pendosa tidak akan pernah dapat dekat dengan Allah (Mzm. 5:4), “tetapi Allah merekomendasikan kasihnya sendiri kepada kita kedalam hal, sementara kita masih berdosa, Kristus mati bagi kita” tulis rasul Paulus (Rom. 5:8), Ya, Yehuwa mengatur agar Yesus “memberikan jiwanya sebagai tebusan untuk menukar bagi banyak orang”. Matius 20:28 iman kita akan korban tebusan tersebut memungkinkan kita dekat dengan Allah. Karena Allahlah yang “pertama-tama mengasihi kita”, Ia membubuh dasar bagi kita untuk memuai persahabatan denganNya 1 Yohanes 4:19.

Alkitab menjelaskan bahwa Roh Kudus adalah tenaga yang digunakan untuk melaksanakan kehendak-Nya. Roh Kudus sangat berhubungan dengan kuasa Allah. Saksi-saksi Yehuwa menjelaskan Roh Kudus merupakan sarana yang melaluinya Yehuwa mengerahkan kuasa-Nya. Kata Yunani yang diterjemahkan menjadi “Roh” adalah “pneu’ma”, yang juga mengandung gagasan kuasa yang tidak kelihatan. Menurut Expository Dictionary of New Testament Words karya Vine, kata “pneu’ma” umumnya berarti añgin, juga nafas. Jadi dapat dikatakan roh seperti angin, tidak kelihatan, nonmateri dan penuh kuasa. Sehingga dapat dikatakan Roh Kudus bukan suatu pribadi.

b. Alkitab
Alkitab adalah hadiah dari Allah yang kita syukuri dimana Alkitab berisi prinsip-prinsip yang dapat diandalkan untuk membantu didalam problem dan kekhawatiran dalam mengatasi kehidupan. Alkitab merupakan hadiah yang menghangatkan hati karena menyingkapkan sesuatu tentang pembemberiannya, Allah Yehuwa. Dimana Ia memberikan kita buku agar kita mengenal Dia dengan baik, jadi Alkitab dapat membantu kita mendekatkan diri kepada Yehuwa.

c. Sejarah
Sejarah alam semesta ini terdiri dari tiga babak besar, diantaranya:

  1. Dunia masa lalu, yakni sebelum kejatuhan Adam serta keturunannya ke dalam dosa, yang terakhir dengan peristiwa air bah.
  2. Dunia masa kini, yang disebut juga dengan ‘zaman kekafiran’, yang terutama berlangsung sejak Nebukadnezer menduduki Yerusalem pada tahun 607 sM, dan akan berakhir dengan Perang Harmagedon.
  3. Dunia masa depan, yang dimulai dengan Kerajaan Seribu Tahun, disusul dengan kehidupan kekal di bumi (selain yang juga berlangsung di sorga bagi 144.000 orang pilihan).

d. Penebusan atau Keselamatan Menurut Saksi Yehuwa
Keselamatan adalah dari Allah melalui korban tebusan Yesus dan kehidupan merupakan pemberian Allah melalui Putra-Nya (1 Yoh. 4:9, 14) dan keselamatan itu hanya melalui Korban Yesus (Kis. 4:12), dan untuk memperoleh keselamatan itu harus kerja keras untuk memperolehnya (Luk. 13:23,24 dan 1 Tim. 4:10).

Tebusan adalah sarana Yehuwa untuk membebaskan atau menyelamatkan, umat manusia dari dosa dan kematian. Dimana Yehuwa telah menciptakan adam dan memberinya kehidupan yang sempurna tetapi kemudian kehidupan yang sempurna itu hilang ketika Adam jatuh ke dalam dosa. Jadi mustahil dosa manusia ditebus dengan kehidupan yang tidak sempurna. Sehingga Yehuwa mengutus Kristus ke bumi untuk mencurahkan darah kehidupannya sebagai tebusan agar semua orang dapat mempunyai kedudukan yang benar dihadapan Allah dan mendapat hidup kekal dalam system yang baru. misi sang Mesias (Kristus) adalah menyediakan diri-Nya sebagai tebusan, dan untuk itu ia harus sama dengan manusia berdosa yang hendak ditebus. Ia menyerahkan hidupnya bukan hanya sekedar untuk membatalkan dosa orang percaya, melainkan juga membebaskan manusia dari kutuk maut dengan memberi jaminan bahwa setiap orang akan beroleh kesempatan penuh selama satu milenium untuk menerirna injil dan percaya padanya.

e. Kedatangan Kristus Ke-dua Kali dan Inillennium
Kedatangan Kristus ke-dua kali ke bumi akan didahului oleh Perang Harmagedon di bumi. Tetapi peristiwa itu didahului oleh perang antara Mikhael dan Iblis. Setelah kalah, iblis “sang naga” dijatuhkan dan dipenjarakan di bumi. Setelah itu berlangsunglah Kerajaan Seribu Tahun di bumi, alias “Zaman Akhir Dunia ini”, dimana Kristus memerintah sebagai raja, didampingi 144.000 orang-orang pilihan yang nantinya juga mewarisi Sorga. Pada waktu itu injil akan diberitakan kepada segala bangsa dan bahasa, dan orang-orang jahat akan dipisahkan dari umat Allah. Diantara umat Allah itu termasuklah “jutaan orang yang tidak mati pada zaman ini”, tetapi tidak semua termasuk dalam kelompok 144.000 itu. Ke-144.000 itu dipilih dengan cara sebagai berikut:
 Roh Allah memberi kesaksian tentang mereka ini bahwa mereka termasuk ke dalam kelompok istimewa ini. Pada kedatangan Kristus ke-dua kali itu elite ini akan dibangkitkan dalam tubuh rohani (tanpa daging, tulang dan darah), dan akan membantu Kristus memerintah alam semesta. Orang-orang lain yang mendapat keuntungan dan penebusan Kristus, diluar kelompok elite itu namun masih termasuk dalam “kelompok Yonadab”, akan dibangkitkan dengan tubuh jasmani dan sehat yang telah disempurnakan (jadi tetap terdiri dari daging, tulang dan darah), dan akan mewanisi bumi ini setelah bumi dipulihkan keadaan menjadi seperti Firdaus yang hilang dulu.

f. Kebangkitan dan penghakiman
Yehuwa membangkitkan Yesus tetapi bukan untuk hidup sebagai manusia lagi. Tetapi Yesus hidup lagi sebagai pribadi roh yang perkasa. Yesus adalah pribadi yang paling pertama menerima kebangkitan yang mulia ini tetapi dia bukan yang terakhir. Jadi, ada harapan kebangkitan dan tidak perlu takut akan kematian. Tetapi tidak setiap orang yang hidup akan dibangkitkan. Yesus akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, tapi Yehuwa hakim yang terakhir, Ia tidak akan membangkitkan orang-orang yang fasik dan tidak mau berubah.

g. Baptisan dan Perjamuan/Sakramen
Kedua upacara ini tidak disebut sakramen, namun dilaksanakan dengan teratur. Baptisan yang dipakai adalah baptisan sama seperti Yesus saat Yesus dibaptis di sungai Yordan. Yakni dengan baptisan diselamkan oleh Yesus, yakni seluruh tubuh dibabtis dan diselamkan. Baptisan selam ini dilakukan 4 kali setahun dan yang membabtis adalah penatua yang bertugas. Sebelum dibabtis mereka harus diajar terlebih dahulu, yang sesuai dengan Matius 28: 19-20 “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Yakni setelah mereka diajari dan dibimbing, serta telah mempunyai pengetahuan barulah mereka dibaptis. Baptisan ini adalah dari pribadi seseorag dan tidak ada paksaan. Mereka tidak percaya akan baptisan percik. Dan baptisan ini dilakukan di sungai, danau, laut atau tempat mandi buatan.

Baptisan bukanlah pembasuhan dari dosa, karena hal itu hanya melalui iman kepada Yesus Kristus. Jadi baptisan adalah demonstrasi terbuka, yang mempersaksikan bahwa seseorang telah menjalankan pengabdian yang khidmat kepada Allah Jehova dan sekarang sedang mempersembahkan dirinya kepada kehendaknya. Jadi baptisan bukanlah perkara sepele. Sebelum seseorang menerima baptisan yang sah, ia harus mendengar firman, memeluknya dengan sepenuh hati, bertobat dari dosa, dan mengakui perlunya keselamatan melalui Kristus. Kendati rumusan dalam Matius 28:19, tidak dipahaini dalam pengertian Trinitarian, namun setiap Saksi Yehova dibabtis di dalam Bapa, Putera dan Roh Kudus.

Perjamuan mengenang kematian Kristus dilangsungkan pada tanggal 14 bulan Nisan menurut kalender Yahudi (biasanya jatuh pada tanggal yang sama dengan jumat Agung). Semua orang boleh menghadirinya, namun hanya mereka yang termasuk anggota tubuh Kristus yakni yang termasuk dalam bilangan 144.000 dan yang sudah menerima baptisan roh, yang boleh ambil bagian dalam roti dan anggur sebagai lambang kematian Kristus dan pengabdian kepada Allah. Jadi walaupun seseorang sudah menjadi seseorang saksi Jehova, kalau tidak atau belum termasuk ke dalam bilangan itu, ia tidak diperkenankan menerima roti dan anggur. Dan perjamuan merupakan pengenangan.
Baptisan dilaksanakan dengan cara penyelaman dan dapat dilaksanakan oleh setiap anggota laki-laki saksi Yehuwa, serta perjamuan kudus di rayakan setahun sekali sebagai peringatan paskah Yahudi.

Peraturan Saksi Yehuwa
Adapun peraturan saksi Yehuwa yaitu:

1. Beribadah kepada Allah
Yehuwa memberi kesempatan untuk hidup abadi kepada semua orang di bumi. Tetapi, untuk dapat hidup kekal di Firdaus, kita sekarang harus bèribadat kepada Allah dengan cara yang benar dan menempuh kehidupan yang diperkenan olehNya. Yehuwa tidak ingin seorangpun dibinasakan. ltulah sebabnya Ia memberi kesempatan kepada orang-orang dimanapun untuk belajar tentang Dia. Maka, sesungguhnya cara kita beribadat kepada Allah dapat menentukan hidup mati kita.

2. Pertemuan-pertemuan Kristen
Pertemuan-pertemuan Kristen merupakan saat-saat yang membahagiakan karena disanalah anda dapat beribadat kepada Allah dengan cara yang Ia perkenankan. Pada pertemuan-pertemuan itu, seperti bergaul dengan saksi Yehuwa lainnya yang membicarakan tentang kebenaran Allah.

3. Berdoa kepada Yehuwa
Satu alasan penting kita harus berdoa kepada Yehuwa ialah karena Ia mengundang kita untuk berdoa. Doa yang teratur kepada Yehuwa merupakan cara untuk mempererat hubungan kita dengan-Nya. Dengan berdoa, anda dapat menyatakan apapun yang ada dalam pikiran dan batin anda kepada Bapa surgawi anda.

4. Larangan dan Pantangan
Orang-orang saksi Yehuwa dilarang merokok, meininum alkohol, transfusi darah, menjadi pegawai negeri, dan memberi penghormatan kepada bendera. Mereka juga anti pemerintah, dan lembaga-lembaga keagamaan. Oleh karena itu, mereka dibenci dan di hambat dimana-mana. Umat saksi Yehuwa juga dilarang merayakan hari-hari raya tradisional dan popular, termasuk Natal dan Paskah.

Inti Kepercayaan Saksi Yebuwa
Kepercayaan Dasar Alkitab Kepercayaan Dasar Alkitabiahnyaa
Alkitab adalah firman Allah dan kebenaran 2 Timotius 3:16,17
2 Petrus 1:20,21 Yohanes 17:17.

Neraka adalah kuburan umum umat manusia Ayub 14:13. Nama Allah adalah Yehuwa Matius 15:3; Kolose 2:8 Hanya suatu kawanan kecil sejumlah 144.000 orang yang pergi ke surga dan memerintah bersama Kristus Lukas 12:32; 1 Korintus 15: 40-53

Kristus adalah putera Allah dan lebih rendah dari pada Allah Mazmur 83:18; Yes 26:4; 42:8, Keluar 6:3 Sidang Kristus dibangun di atas Kristus sendiri Efesus 2:20; Yesaya 28:16; Matius 21:42

Kristus adalah ciptaan Allah yang pertama Matius 3:17; Yohanes 8:42; 14:28; 20:17 1 Korintus 11:3; 15:28 Doa harus ditunjukkan hanya kepada Yehuwa dengan perantaraan Kristus Yohanes 14:6, 13, 14; 1 Timotius 2:5

Kristus mati di tiang siksaan, bukan di salib Galatia 3:13; Kisah 5:30 Patung-patung tidak boleh digunakan dalam ibadat Keluaran 20:4,5; Imamat 26:1; 1 Korintus 10:14; Mazmur 115:4-8
Indoktrinasi Saksi Yehuwa

Saksi Yehuwa menggunakan tujuh langkah indoktrinasi, atau rentetan pengajaran dan latihan-latihan yang bertujuan menjangkau dan menyakinkan penganut-penganut baru.

1. Menjual Bahan Cetakan
Saksi-saksi Yehuwa bukan hanya sekedar menjual bahan cetakan, akan tetapi para penjual itu siap sedia untuk mengadakan diskusi dengan pembeli mengenai doktrin-doktrin mereka, dan untuk menyanggah ajaran-ajaran Kristen yang mereka anggap tidak sesuai. Buku terbitan dan saksi Yehuwa lebih dikenal dengan nama Menara Pengawal dan Sedarlah!

2. Kunjungan Kepada Pembeli
Peimimpin-peimimpin daerah dan aliran saksi Yehuwa membuat catatan yang teliti mengenai semua majalah dan buku yang telah dibeli orang. Lalu para pembeli itu dikunjungi, dengan harapan bahwa mereka akan membeli bahan cetakan yang lain. Sementara itu, penjual selalu siap sedia untuk menjawab seluruh pertanyaan pembeli, dengan menggunakan ayat-ayat Alkitab sebagai bukti.

3. Pelajaran di Rumah
Saksi Yehuwa menantikan kesempatan untuk datang ke rumah, demi menolong pembeli memahami bahan cetakan yang telah dibelinya. Mereka menyakinkan orang bahwa mereka sudah terlatih dan sanggup menolong orang untuk menjelaskan mengenai isi bacaan tersebut.

4. Pelajaran Sedaerah
Sesudah pelajaran diberikan secara pribadi di rumah, maka calon itu dipimpin selangkah lebih maju, yakni mengikuti pelajaran indoktrinasi sedaerah. Sampai disini masih belum ada tekanan terhadap calon anggota itu, agar ia hadir di sebuah “Balai Kerajaan” (nama gereja atau tempat pertemuan saksi Yehuwa). Dengan hati-hati, calon tersebut dipimpin bertahap sampai ia mengalami pencucian otak dan indoktrinasi.

5. Undangan ke Balai Kerajaan
Setiap calon dibawa ke Balai Kerajaan. Selain mendapat pelajaran Alkitab, disitu juga diberikan pelajaran tentang doktrin dan organisasi saksi Yehuwa. Disana dijelaskan kepada dia tentang pekerjaan gerakan itu serta tanggung jawabnya sendiri jika ia menjadi anggota.

6. Calon Itu Diutus Sebagai Penjual
Setiap calon diutus dengan didampingi oleh seorang anggota yang terlatih dan dapat dipercaya saksi Yehuwa tidak membedakan antara kaum pendeta dengan kaun, awam.

7. Calon Itu Dibaptiskan ke Dalam Theokrasi
Saksi Yehuwa menggunakan istilah theokrasi (wilayah kekuasaan Ilahi). Mereka beranggapan, bahwa theokrasi atau kerajaan Allah itu tidak lain adalah organisasi mereka sendiri.

Perkembangan Saksi Yehuwa
Ketika pelopor utama C.T. Russell meninggal pada tahun 1916, yang kemudian digantikan oleh Joseph F. Rutherford banyak perubahan yang terjadi dengan diperkenalkannya majalah pendamping Watch Tower (Menara Pengawal) yaitu Awake (Sedarlah!) yang dibuat lebih dan 20.000.000 eksemplar Iebih dari 80 bahasa. Pada tahun 1920-an dan 1930-an Radio digunakan secara luas. Kemudian pada tahun 1933, saksi Yehuwa telah menggunakan 403 stasiun Radio untuk memancarluaskan khotbah-khotbah Alkitab. Kemudian, peranan Radio lambat laun digantikan dengan melakukan kunjungan-kunjungan dari rumah ke rumah oleh saksi Yehuwa dengan menggunakan Fonograf Portabel dan rekaman khotbah-khotbah Alkitab.

Aliran saksi Yehuwa pada sekitar dasawarsa 1960-an dan 1970-an di Indonesia sempat sangat popular. Namun sejak SK Jaksa Agung RI No. Kep. 129/JAI12/1976 tanggal 7 Desember 1976, dikeluarkan sejak belasan tahun yang lalu, aliran ini secara resmi telah dilarang pemerintah karena telah menyebarluaskan ajaran sesat yang menimbulkan keresahan dan gangguan dalam masyarakat dan bisa merusak kehidupan beragama di Indonesia.

Akan tetapi, dalam kenyataanya penganut aliran ini sudah hadir di Indonesia dengan menyebut sebagai Yayasan Penginjilan atau Persekutuan Doa tertentu. Dan kemudian disahkan oleh Mantan Presiden RI Abdul Rahman Wahid sebagai agama resmi hingga saat ini.

Tinjauan Ajaran Saksi Yehuwa Berdasarkan Alkitab
Saksi Yehuwa mengajarkan bahwa Yesus hanyalah seorang manusia, Yesus bukan Tuhan. Jika dilihat dari Alkitab tentang Yesus dari Yohanes 10:30 ” Aku dan Bapa adalah satu” dan Yohanes 5:23 ” supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia” berdasarkan Alkitab, Yesus adalah Tuhan yang datang menjadi manusia, yakni dalam Yohanes 1:14 ” Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”

Dan kemudian tentang Roh Kudus, Saksi Yehuwa mengajarkan bahwa Roh Kudus bukanlah “pribadi Tuhan” tetapi bagi mereka Roh Kudus hanyalah kekuatan. Namun dalam alkitab menjelaskan bahwa Roh Kudus adalah Roh yang akan mengajarkan kita, Ia adalah Roh pengajar, dan Roh Kudus adalah Roh Tuhan sendiri, Yohanes 14:26 “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu. ”. Roh Kudus adalah Allah, salah satu pribadi Allah, sebagaimana Allah Bapa, dan Allah Anakpun adalah pribadi. Roh Kudus adalah Allah yang disembah, yang dikasihi dan dipuji bersama-sama dengan Bapa dan Anak yang mempunyai kodrat ilahi (Mat. 28:18; 2 Kor. 13:14; Ef.4:4-6).

Mengenai sakramen dalam alkitab tidak ada secara eksplisit mencantumkan mengenai sakramen, tetapi pelaksanaan sakramen yang dilakukan sekarang ini adalah dari amanat Tuhan Yesus, pada waktu perjamuan dengan murid-muridNya (Mat. 26:26), yakni ketika Yesus memecahkan roti dan memberikan kepada murid-muridNya dan sambil berkata “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu. (Luk. 22:19-20) dan sakramen tersebut dilakukan adalah sebagai peringatan akan Dia. Dan baptisan yang dilakukan Yesus oleh Yohanes pembabtis adalah perintah langsung dari Yesus sendiri, (Mat.21:25), sampai pada kematian dan kebangkitan hingga saat Yesus naik ke surga amanat itu tetap ada (Mat. 28:19). Dan kedua sakramen ini merupakan tanda dan materai akan anugerah yang telah diberikan dan dijajikan kepada kita.

Keselamatan adalah anugerah semata (Yoh.3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal). Dan kita diselamatkan bukan karena perbuatan kita, dan perbuatan manusia itu bukanlah menjamin seseorang itu selamat. Karena perbuatan baik adalah jawaban manusia atas anugerah Allah. Sebagai respon manusia itu iman itu harus dikumandangkan sehingga iman itu mempunyai makna, karena iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati (Yak. 2:17).

Mengenai kedatangan Yesus yang kedua kalinya bahwa Yesus yang adalah pemberita mengenai kerjaan Allah yang telah datang, dan yang akan datang. Ciri khas pemberitaan Yesus yang dialektik antara masa depan dan masa kini. Pada satu pihak kerajaan Allah dianggap telah dekat (Mark 1:15 kata-Nya: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!”) dan akan datang pada masa depan (1 Kor. 15:12), tetapi dilain pihak, kerajaan Allah dianggap telah datang dan telah nampak dalam sejarah manusia dan dunia ini, Allah telah menyembuhkan dan mengusir setan, dan juga kerajaan Allah itu sudah ada diantara kita, (Yoh. 5:24; Mat. 12:28, Luk. 17-21)

KESIMPULAN
Menurut saksi Yehowa, Allah Bapa dan Putera Allah (Yesus Kristus) adalah dua pribadi dan Roh yang secara hakiki berbeda dan terpisah satu sama lain. Allah Bapa, Yehuwa, sang Pencipta, lebih tinggi dari sang Putera. Yesus Kristus adalah saksi dan pelayan utama dari Yehuwa, dan setiap saksi adalah pelayan yang mengikuti teladan Kristus. Roh Kudus bukanlah pribadi ke-Allah-an yang tersendiri, melainkan kuasa, daya atau pengaruh dari Allah Bapa. Saksi Yehuwa percaya bahwa semua yang tertulis dalam Alkitab, diilhami oleh Allah dan berguna. Saksi Yehuwa percaya akan Yesus tetapi menurut mereka Yesus Kristus bukan Allah melainkan anak Allah, manusia yang sempurna. (Sebagai tambahan, pada saat Ia dibaptis, ada suara dari surga yang menyatakan: “lnilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada Nyalah Aku berkenan (Mat. 3:17).” Itu adalah suara Allah. Jelaslah, Yesus adalah Putra Allah, bukan Allah sendiri, seperti anggapan beberapa orang. Akan tetapi, Yesus adalah seorang manusia anak Allah, bahkan sama halnya seperti manusia pertama yaitu Adam. Ia telah mati di tiang siksaan. Ia menjadi pengantar perdamaian antara manusia dan Allah.

Keselamatan adalah dari Allah melalui korban tebusan Yesus dan kehidupan merupakan pemberian Allah melalui Putra-Nya (1 Yoh. 4:9, 14) dan keselamatan itu hanya melalui Korban Yesus (Kis. 4:12), dan untuk memperoleh keselamatan itu harus kerja keras untuk memperolehnya (Luk. 13:23,24 dan 1 Tim. 4:10).

Tebusan adalah sarana Yehuwa untuk membebaskan atau menyelamatkan, umat manusia dari dosa dan kematian. Kedatangan Kristus ke-dua kali ke bumi akan didahului oleh Perang Harmagedon di bumi. Tetapi peristiwa itu didahului oleh perang antara Mikhael dan Iblis. Setelah kalah, iblis “sang naga” dijatuhkan dan dipenjarakan di bumi. Setelah itu berlangsunglah Kerajaan Seribu Tahun di bumi, alias “Zaman Akhir Dunia ini”, dimana Kristus memerintah sebagai raja, didampingi 144.000 orang-orang pilihan yang nantinya juga mewarisi Sorga. Pada waktu itu injil akan diberitakan kepada segala bangsa dan bahasa, dan orang-orang jahat akan dipisahkan dari umat Allah. Diantara umat Allah itu termasuklah “jutaan orang yang tidak mati pada zaman ini”, tetapi tidak semua termasuk dalam kelompok 144.000.

Yakni dengan baptisan diselamkan oleh Yesus, yakni seluruh tubuh dibabtis dan diselamkan. Baptisan selam ini dilakukan 4 kali setahun dan yang membabtis adalah penatua yang bertugas. Sebelum dibabtis mereka harus diajar terlebih dahulu, yang sesuai dengan Matius 28: 19-20. Yakni setelah mereka diajari dan dibimbing, serta telah mempunyai pengetahuan barulah mereka dibaptis. Baptisan ini adalah dari pribadi seseorag dan tidak ada paksaan. Mereka tidak percaya akan baptisan percik. Dan baptisan ini dilakukan di sungai, danau, laut atau tempat mandi buatan.

Baptisan bukanlah pembasuhan dari dosa, karena hal itu hanya melalui iman kepada Yesus Kristus. Jadi baptisan adalah demonstrasi terbuka, yang mempersaksikan bahwa seseorang telah menjalankan pengabdian yang khidmat kepada Allah Jehova dan sekarang sedang mempersembahkan dirinya kepada kehendaknya. Jadi baptisan bukanlah perkara sepele. Sebelum seseorang menerima baptisan yang sah, ia harus mendengar firman, memeluknya dengan sepenuh hati, bertobat dari dosa, dan mengakui perlunya keselamatan melalui Kristus. Kendati rumusan dalam Matius 28:19, tidak dipahaini dalam pengertian Trinitarian, namun setiap Saksi Yehova dibabtis di dalam Bapa, Putera dan Roh Kudus.

Perjamuan mengenang kematian Kristus dilangsungkan pada tanggal 14 bulan Nisan menurut kalender Yahudi (biasanya jatuh pada tanggal yang sama dengan jumat Agung). Semua orang boleh menghadirinya, namun hanya mereka yang termasuk anggota tubuh Kristus yakni yang termasuk dalam bilangan 144.000 dan yang sudah menerima baptisan roh, yang boleh ambil bagian dalam roti dan anggur sebagai lambang kematian Kristus dan pengabdian kepada Allah. Jadi walaupun seseorang sudah menjadi seseorang saksi Jehova, kalau tidak atau belum termasuk ke dalam bilangan itu, ia tidak diperkenankan menerima roti dan anggur. Dan perjamuan merupakan pengenangan.

KEPUSTAKAAN
…, Mendekatlah Kepada Yehuwa, Jakarta: Perkumpulan Siswa-siswa Alkitab, 2002
…, Apa Itu Roh Kudus, Jakarta: Perkumpulan Siswa-siswa Alkitab, 2009
…, Apa Yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan?, Jakarta:Saksi-saksi Yehuwa Indonesia, 2006
…, Apa Yang Dipercayai Saksi-saksi Yehuwa, Jakarta: Perkumpulan Siswa-siswa Alkitab, 2006
…, Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru, Jakarta: Saksi-saksi Yehuwa Indosesia
…, Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa, Jakarta: Perkumpulan Siswa-siswa Alkitab, 2009
…, Saksi-saksi Yehua, Siapakah Mereka? Apa Yang Mereka Percayai?, Jakarta: Perkumpulan Siswa-siswa Alkitab, 2006
…, Tokoh Terbesar Sepanjang Masa, Jakarta: Perkumpulan Siswa-siswa Alkitab, 1991
Aritonang, Jan. S., Berbagai Aliran Di dalam dan Di Sekitar Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2009
Soedarmo, R.., Kamus Istilah Teologi, Jakarta: BPK-GM, 2008
Wellem, F. D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2009
Website
http: //www. Sarapan pagi. Org//saksi-yehova-yehuwa-vt2058.Html (Diakses tanggal 28 Oktober 2011)
http://www.indoforum.org.blok.php?b=779 (Di akses pada tanggal 28 Oktober 2011)

Tinjauan Tentang ajaran keselamatan

AJARAN KESELAMATAN

Penulisan ini adalah untuk berusaha mengenal Teologia yang menjadi dasar dari kepercayaan Gereja protestan. Maka dalam tulisan ini akan saya diuraikan Teololgia dasar dan implikasi praksis dari aliran kekristenan dan implikasinya dalam praksis gerejawi.

I. Lutheran
Gereja ini pada awlanya dikenal dengan Gereja Protestan sebab telah melakukan protes ataukebenaran yang dipercainya. Disebut dengan aliran reformasi karena membaharui gereja danbukan mendirikan gereja. Pembaharuan itu dimulai sejak Martin Luther menempelkan 95dalinya di Wittenberg tahun 1517. Kemudian ajaran Luther resmi menjadi ajaran Gereja Lutheranisme, dengan Toelogi dasarnya : Manusia adalah berdosa, tidak mempunyai kehendak bebas, dan tidak mempunyai kemampuan moral. Ia dibenarkan hanya oleh anugrah Allah bukan oleh jasa. Bukan oleh kemampan tapi oleh iman, sesuai dengan kesaksian Alkitab.

Manusia dibenarkan (Justifictio) tidak berarti membuat benar tetapi dianggap benar. Maka dengan demikian ada pengubahan statusserta dikuduskan, sebab apa yang Alllah sudah terima tentu diubahNya.
Pandangan Luther tentang Gereja adalah sebagai badan yang rohani yang tidak memerlukan kekuasan dunia untuk memaksakam doktrinya. Tetapi gereja juga taunduk kepada negara karaena gereja hidup dalam dunia. Pandangan ini dijelaskan pada ajaran tentang dua kerajaan yaitu ciptaan dan penebusan. Dalam mengatasi tuntutan yang berbeda dari dua kerajaan itu Luther Luther menekankan ajaran “ The Sacred Secularity “ (Kesalehan sekularitas) ajaran ini berarti waqlaupun orang kristen bekerja pada tas perintah kaisar , pekerjaan itu dapat ia lakukan untuk orang lain yang sdigerakkan oleh kasih. Maka dengan itu Martin Luther menghubungkan hukum kasih (injil) dengan hukum alam.
Pendapat Luther ini dipertegas dengan ajaran “ Vocatio “ dimana dalam pandangan ini vocatio bukan lagi panggilan memenuhi kehidupan biarawan, yang sebelumnya dianggap kehidpan yang lebih tinggi dari kehidupan biasa. Tetapi Vocatio diartikan adalah usaha mendatangakan kebaikan kepada manusia pada umumnya. Jadi sungguhpun Luther menekankan Sola fide, Sola gratia dan sola scriptura, ia juga menekankan kesalehan sekularitas yaitu keterpanggilan untuk bekerja demi kebaikan dunia.

II. Johannes Calvin
Mulai bekerja di Bessel (Swiss) thn 1935 setelah menyelesaikan tulisannya Intitutio ccristinae Relegions ( Pengajaran agama kristen ) pada akhir thn 1535 dan menjadi pendeta reformasi pada thn 1536 – 1538 di Geneva dan ketika ia berselsih paham dengan majelis jemaat ia pindah ke Strasburg thn 1538 – 1541 dan meninggal pada thn 1564 di Geneva.

Ajarannya sama dengan Martin Luther, tetapi Calvin lebih menekankan kelahiran kembali ( Regenarisasi ) tetapi tetap erat terkakait dengan pembenaran. Menurutnya manusia didakwa sebagai pendosa dihadapan Allah dan tidak dapat membela dirinya untuk diampuni. Teetapi Allah sebagai hakim agung manusia, membenarkan dan menyatakan manusia tidak bersalah, namun orang yang dibenarkan itu perlu pembinaan supaya ia dapat hidup sempurna, walaupun kesempurnaan itu tidak dapat di dunia , dan untuk mencapai hidup yang sempurna harus terjadi dalam dunia dimana tempat ia terpanggil. Kalau luther memahami Vocatio sebagai kesalehan sekular maka Calvin menghubungkannya dengan keselamatan sebab ia menganggap kerajinan sebagai tanda keselamatan sedang kemalasan adalah sebagai tanda penolakan, maka dengan itu Calvin menekankan ajaran Reformasi terarah kepada kehidupan baik, baik di gereja maupun di masyarakat.

III. Anabaptis
Gerakan ini berkembang di Zurich yang menentang baptisan anak dan mempraktekkan baptisan ulang. Kata Anababtis berarti baptis ulang, salah satu pemimpinnya adalah Felix Manz dihukum mati ditenggelamkan .Kemudian gerakan ini berkembang dibawah pimpinan MennoSimon yang mempolakan kehidupan damai seperti khotbah Yesus di Bukit, semua anggota jemaat adalah sederajat dan anggota anabaptis tidak boleh berhubungan dengan yang bukan anggota mereka.

Ciri khas dari gerakan ini adalah menolak ajaran Predistinasi, memisahkan gereja dengan negara , persekutuan dengan jemaat atas dassar suka rela , ketangguhan dal;am etik dan spiritual, baptisan dengan selam, menolak kesalehan dogmatik, meniolak paham komunisme dan menghendaki penataan kehidupan secara koperasi tanpa perbedaan kelas.

IV. Pietisme
Ajaran mereka berpusat kepada kesalehan pribadi, mementang pandapat para ortodok dan menganggap cukup apabila gereja telah mempunyai kebenaran Alkitab. Tujuan mereka adalah mengkristenkan hati, memperaktekkan kehidupan yang menolak dunia (asketes) dan menganggap kegiatan ekonomi tidak mempunyai nilai intrinsik. Ada beberapa ciri umum dari pietisme yaitu :
• Natural Pietatis
Menekankan manusia baru atau regenarisasi (Lahir baru) ynag menekankan kelahiran baru adalah anugerah Allah semata, tetapi anugerah itu tidak diterima oleh manusia lama. Oleh sebab itu manusia harus menjadi manusia baru. Aliran ini juga menolak sikap yang setenhah – setengahdalam hubungan dengan Tuhan jadi harus ada perubahan totaldari yang lama menuju yang baru.

  • Collegia pietatis
    Menekankan hakikat kekristenan ditemukan dalam hubungan pribadi antara individu dengan Allah dan tidak menyukai hubungan formalitas dengan Allah serta sangat setuju dengan dalam kebebasan dalam berhubungan dengan Allah. Aliran ini menyatakan mansia baru tidak pernah terpisah dari persekutuan dimana merupakan tempat manusia dapat mengikat rantai kasih satu sama lain dan persekutuan inilah yang disebut dengan collegia Pietatis.
  • Praksis Pietatis
    Kelompok ini menekankan hal – hal yang praktis dalam kehidupan sehari – hari, tidak mementingkan dogama dan sangat mementingkan etika yaitu praktek tentang apa yang diprintahkan oleh Tuhan.
    • Reformation Pietatis
    Pembaharuan yang dibuat secara keseluruhan dan bukan hanya di gereja tetaoi juga didalam dunia tang dimulai dalam bidang moral. Menurut mereka pembaharuan adalah suatu kebutuhan yang apabila ditunda dunia akan semakin bertamabah parah.
  •  Methodisme
    Pada umumnya tujuannya sama denga pietisme dan menitik beratkan jalan keselamatan adalah pada perasaan kepastian keselamatan melalui darah Kristus. Keselamartan dari neraka tidak akan didapat dengan keyakinan yang lamban, tetapi oleh dengan perubahana yang radikal yaitu bergerak dari perassaan keterkutukan kepada pengampunan dan damai.
    Jhon wesley meyakini bahwa orang yang telah dilahirkan kembali dapat mencapai tingkat kesempurnaan hidup. Yang membedakan dengan baptis adalah Methodist tidak membabtis ulang tetapi secara dasariah sangat menekankan pertobatan orang dewasa, dengan memakai sistim pelatihan anggota dengan pembagian kartu anggota, dan anggota tidak cukup menerima kewibawaan alkitab yang bersifat lahiriah tetapi harus mengalaminya secara pribadi.

Tinjauan
Dari uraian diatas maka Luther dan calvin berpegang pada ajaran solafide, solagracia dan solascriptura. Dengan demikian mereka mengajarkan keselamatan itu terjadi atas anugrah Tuhan yang membenarkan dan menguduskan. Dimana pembenaran dan pengudusan itu tidak terbatas kepada kesalehan batin tetapi melampauinya.

Sedangkan aliaran Baptis, pietis dan methodist terarah kepada pembangunan kesalahan batin manusia dan karena itu mereka sangat anti akan kebudayaan. Walaupun mereka menekankan pelayanan kasih namun mereka tidak menyentuh masalah fundamental masyarakat, jadi pelayanan mereka hanya menciptakan manusia batin yang mengasihi tetapi membiarkan ketidakadilan merajalela dimasyarakat. Sekarang ini mereka telah menerima kebudayan tetapi hal itu tidak didasari oleh kesadaran teologis melaimkan hanya untuk beradaptasi terhadap realita dunia, mereka sebenarnya tergolongh kepada “ Other worldnes “ bukan dunia disisni dan sekarang.

Daftar kepustakaan
1. Jonge,christian,de, Apa itu calvinisme, Jakarta : BPK G. Mulia, 1990
2. Lane,Tony,Runtut Pijar,Jakarta : BPK G. Mulia, 1990
3. Lohse, Bernhard, Pengantar sejarah Dogmatik kristen, Jakarta, BPK G.Mulia 1989
4. Aritonang,Jan,S. Berbagai aliran didalam dan disekitar Gereja, jakarta: BPK G. Mulia 2004.
5. Wellem,FD.,Kamus sejarah Gereja,Jakarta:BPK G.Mulia 2006
6. Drewes,BF.,dan Julianus Mojau. Apa itu teologi?, jakarta BPK G. Mulia 2006

Suplemen PJJ GBKP. Mzm 128 : 1 – 6 T “Keluarga Si Sempabu”

PJJ 19 – 25 April 2014
Ogen : Mzm 128 : 1 – 6
Tema : “Keluarga Si Sempabu”

Cara sipaling utama guna mencapai keluarga si sempabu menurut Mzm 128 enda, eme alu “Erkemalangen man Tuhan”. Perintah ras pedah si la banci itawar.

Janah adi lit jabu si lenga “Sempabu” mulihlah kempak Dibata, dingen jadiken Dibata sebage sumber kegeluhen ibas jabu, sebab jabu si erkemalangen man Tuhan :

  • I pasu – pasu Dibata kerina ulih latihna, ija kerina ulih latih e banci inikmati alu ras – ras dingen meriah ukur. Ibas kebalikenna maka lit ka nge kalak si melala ulih latihna tapi la ternikmati alu meriah ukur.
  • Sangap nggeluh, katawari pe ndatken kesangapen si erbahanca meriah ukur, sebab ndeharana bali ras anggur simeramis buahna dingen anak – anakna bali ras tunas batang saitun simerim. Jadi alu bage kesangapen e ngatakenca lalit sura – sura si la tersehi.
  • Dibata mereken ulih ibas kita erkemalangen man baNa, jenari si idah me “Kesangapen” ibas kidekah umur geluhta eme ibas cawir metua dingen ngidah kempu – kempu sebage lambang keriahen.

Dage jadikenlah jabu si dem pengertin ibas kata Dibata, dingen peturahlah hubungen si dem pengertin ibas kerina anggota jabu, gelah jabuta tuhu – tuhu sempabu.

Foto Israel Heryantony S Milala.

JUDAS YANG MANA … ?

JUDAS YANG MANA…?
Dipetik dari buku Dari Judas ke Tugu ke Kemiskinan.
Kumpulan tulisan Pdt. Prof. Dr. Manahara Hutagalung
Disunting oleh Salomo Simanungkalit

Ketika masih bekerja sebagai profesor di Institute for Ecumenical Research di Prancis, saya berjumpa dengan dan tertarik pada satu tulisan pendek Robert Selle dalam majalah Lutheran Witness edisi Maret 1982 berjudul “What kind of Judas are you?” Sekembali di Indonesia dan bekerja sebagai tenaga ahli teologia di Kantor Pusat GKPI, pada Minggu menjelang Paskah, di tengah persiapan khotbah saya dihadapkan pada penderitaan serta penyaliban Tuhan Yesus dan peran orang-orang sekitar Yesus. Termasuk di situ Judas Iskariot. Judas-Judas lainnya terdapat dalam Perjanjian Baru.

Sebenarnya saya merencanakan menulis buku dengan judul “Judas-Judas Modern pada Masa Kini”, tetapi yang dapat dikerjakan pada saat ini ialah karangan kecil ini. Penelitian mengenai sifat dan kepribadian enam orang yang bernama Judas dalam Perjanjian Baru bersumber dari Alkitab; keterangan dan tafsiran nas banyak digali dari ensiklopedia, kamus Alkitab, dan buku-buku tafsiran lainnya. Semoga karangan pendek ini mendorong Saudara-saudari lebih tekun membaca Alkitab serta lebih mengenal kegembiraan dan derita Tuhan Yesus melihat para Judas di sekeliling-Nya. Harapan kami ialah kita sendiri mengadakan introspeksi-introspeksi adakah kita yang hidup dalam zaman modern ini mirip dengan salah satu Judas seperti disebut dalam Perjanjian Baru? Judas yang mana kita: Saudara, Saudari, saya?I. Judas yang Mana Saudara?
Maaf beribu kali maaf jika pertanyaan di atas membangkitkan suatu perasaan kurang enak bagi pembaca. Besar kemungkinan Saudara seorang yang benar-benar berbaik budi dan terpandang di tengah masyarakat dan lingkungan keagamaan. Tidak, sekali-kali tak ada maksud menyinggung nama baik Saudara atau mencemoohkannya. Memang nama Judas sekarang sudah agak berbau kurang sedap sebab khalayak ramai mengaitkan nama itu hanya dengan pribadi seorang Judas Iskariot, yang mengkhianati Yesus dengan ‘ciuman manisnya’ dan menjual Juruselamat dengan harga tiga puluh potong perak saja.

Memang nama Judas Iskariot lebih dikenal di antara beberapa yang bernama Judas yang disebut juga dalam Perjanjian Baru. Sebenarnya ada lima lagi orang bernama Judas yang disebut dalam Perjanjian Baru dan perlu lebih dikenal, perlu dihadapkan pribadi-pribadinya dengan Judas Iskariot. Memang di dunia ini rupanya seorang pengkhianat seperti Judas Iskariot yang “judes” lebih lekas terkenal daripada orang-orang seperti Judas dari Galilea, Judas dari Damsyik, Judas adik Tuhan Yesus, Judas anak Yakobus, murid Yesus, Judas Barsabas, yang semuanya tertulis dalam Perjanjian Baru.

Nama Judas dan kaitannya dengan pengertian ‘judes’ sebenarnya tidak perlu menguasai lapangan pengertian dan interpretasi tentang nama Judas. Cukup banyak Judas lainnya dalam Perjanjian Baru yang pantas menjadi tiruan baik.

Memang pada zaman ini, terlebih di kalangan orang-orang Kristen, para ibu dan bapak emoh memberikan nama Judas kepada putra-putrinya yang baru lahir. Bayangkanlah keadaan di dalam gereja pada waktu pembaptisan apabila pendeta dengan nyaring mengatakan, “Dalam Nama Allah Bapa… saya baptiskan engkau Judas.” Pasti heboh dan ribut. Namun, sebenarnya tidak perlu terjadi hal yang demikian. Tahukah Saudara bahwa pada zaman Yesus hidup di dunia ini, “Judas” adalah nama terkenal yang disukai masyarakat? Lihatlah, bacalah, bukankah paling sedikit enam orang dalam Perjanjian Baru bernama Judas?

Waktu itu banyak ibu rumah tangga bangga memberi nama Judas bagi putranya. Dalam keluarga Yosef dan Maria, satu anak bernama Judas. Jadi, adik kandung Yesus bernama Judas (Matius 13: 55). Pejuang nasionalis yang disebut dalam Perjanjian Baru ialah Judas dari Galilea, seorang pemimpin revolusi, pejuang kemerdekaan melawan tentara dan pendudukan Romawi. Mungkin Saudara seorang pejuang kemerdekaan meski tidak bernama Judas.

Judas yang lain ialah seorang murid Yesus. Ia bernama Judas anak Yakobus atau Judas bin Yakobus. Bersama-sama dengan Judas Iskariot dan murid-murid lainnya, mereka mengikuti Jesus, mendengar khotbah-Nya dan ajaran-Nya. Baik Judas bin Yakobus maupun Judas Iskariot sama-sama mempunyai talenta dan panggilan, sama-sama mempunyai potensi kuat menerima dan percaya pada kasih setia Allah Bapa, yang menjadi manusia dalam Yesus Kristus. Namun, yang satu percaya, yang lain tidak, yaitu Judas Iskariot, jadi pengkhianat. Judas bin Yakobus tetap setia. Dialah seorang yang dengan suatu pertanyaan teologis berkata kepada Yesus, ‘”Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada dunia?” (Yohanes 14: 22). Mungkin Saudara mirip dengan Judas bin Yakobus? Judas tipe inikah Saudara? Kan tidak usah malu memakai nama Judas seperti ini?

Sayang seribu kali sayang kemudian nama Judas Iskariot menjadi dominan: nafas serta hawa berbau sekitar pribadi Judas tersebut mengisi dan menguasai ruang penilaian dan asosiasi pemikiran tentang nama Judas.

Judas lainnya ialah Judas dari Damsyik. Alamatnya: Jalan Lurus, Damsyik, Siria. Sayang, nomor tidak disebut (lihat Kisah Para Rasul 9: 11), tetapi ia cukup terkenal sebab di rumahnya, Saulus (Paulus) pernah menginap sewaktu Saulus menjadi buta dalam perjalanan ke Damsyik. Ia seorang yang suka memberi tumpangan membantu kawan yang sedang menderita. Tidak banyak keterangan tentang Judas ini, tetapi ia bermurah hati. Mungkin seperti Saudara juga.

Nah, lihatlah, kan nama “Judas” tidak selalu berkaitan dengan seorang pengkhianat, pencuri seperti Judas Iskariot, bukan?

Dan jangan kita lupakan Judas Barsabas, seorang utusan sinode di Yerusalem, yang banyak berjasa dalam memperdamaikan dan menenteramkan situasi gawat di Jemaat Antiokhia. Ia seorang yang tekun dan setia. Mirip dia dengan Saudara?

Judas Iskariot tentu sudah Saudara kenal. Ia yang paling banyak disebut dalam Perjanjian Baru di antara orang-orang yang bernama Judas. Sekarang pun paling sedikit tiga kali setahun namanya disebut-sebut secara langsung atau tidak di gereja-gereja di Indonesia: pada masa Paskah, pada formula atau liturgi Perjamuan Kudus nama Judas Iskariot secara tidak langsung diingatkan kepada kita dalam sebutan bahwa Yesus “pada malam di mana Dia dikhianati mengambil roti…”

Judas Iskariot termasuk murid Yesus yang jatuh dari kerasulannya (Kisah Para Rasul 1: 15-26). Selain menjadi model pemberi “ciuman maut”, Judas pernah membeli sebidang tanah dengan upah kejahatannya, tetapi akhirnya ia harus menebus pengkhianatannya terhadap Tuhannya. Ia jatuh tertelungkup dan perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya tertumpah (Kisah Para Rasul 1: 18). Ngeri dan mengerikan!

Baiklah kita perteliti satu demi satu pribadi-pribadi enam orang yang bernama Judas di Perjanjian Baru. Sayang, foto mereka saya tidak peroleh. Namun, setelah membacanya nanti, mungkin Saudara memperoleh gambaran yang lebih jelas. Mungkin Saudara dapat melihat ciri-ciri khasnya atau identitas masing-masing Judas tersebut. Mungkin ada yang mirip dengan teman Saudara sekerja, teman Saudara seperjuangan, mungkin ada yang mirip dengan Saudara sendiri. Mungkin ada peran Judas modern dalam zaman kebolehan teknologi dan perubahan nilai-nilai moralitas sekarang ini.

1. Judas dari Galilea
(Kisah Para Rasul 5: 37)

Nama Judas, seorang dari Galilea, disebut hanya satu kali saja dalam Perjanjian Baru, tetapi keterangan tersebut keluar dari “seorang ahli Taurat yang sangat dihormati oleh orang banyak” (Kisah Para Rasul 5: 34) bernama Gamaliel, anggota Mahkamah Agama di Yerusalem. Judas dari Galilea muncul sebagai seorang pejuang revolusi pada waktu pendaftaran atau sensus diadakan semasa Kirenius menjadi wali-negara (Lukas 2:2 ; Kisah Para Rasul 5: 37). Menurut Josephus, penulis sejarah yang termasyhur itu, Judas dari Galilea dilahirkan di Desa Gemala dan pemberontakannya terhadap tentara pendudukan (Roma) terjadi sekitar tahun 6 Setelah Kristus.

Kirenius yang pada waktu itu wali-negara militer di daerah Siria menumpas pemberontakan itu dan tewaslah pejuang nasionalis yang bernama Judas itu bersama para pengikutnya (Kisah Para Rasul 5: 37). Mungkinkah semangat perjuangan Judas dan pengikut-pengikut juga digerakkan oleh pengertian bahwa di Betlehem telah lahir seorang bayi, yang akan menjadi seorang Pelepas, Juruselamat seperti diteriakkan oleh malaikat itu “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Lukas 2: 11)?

Kita tidak tahu apakah masih ada keterangan lebih lanjut mengenai Judas ini: kita tidak mendapat informasi lebih lanjut mengenai pribadinya, hubungan kekeluargaannya, maupun keyakinan-keyakinan keagamaannya. Namun, sebagai seorang Yahudi nasionalis, maka agama dan kesadaran politiknya tentu erat berhubungan. Besar kemungkinan bahwa menurut dia, problema-problema yang dihadapi bangsanya pada waktu itu dapat diterobos melalui politik pengerahan massa dan perjuangan senjata. Ia percaya akan kekuatan dan taktik perjuangan massa pengikutnya. Sayangnya, ia tewas dalam pemberontakan terhadap penjajah negerinya sendiri pada waktu pendudukan oleh tentara Roma tanpa mengenal kelepasan yang dibawa Kristus.

Dari sejarah kita ketahui bahwa gerakan massa sangat penting dalam memperjuangkan cita-cita guna kemerdekaan serta melepaskan diri dari penjajahan dan penderitaan rakyatnya. Bagaimana menumpas penjajahan dari akibat dosa dengan semua tipu-muslihatnya dan penderitaan yang datang dari ketidakadilan dan pemerkosaan hak-hak asasi manusia? Yesus mengatakan, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup” (Yohanes 14: 6). Berita kesukaan atau Injil itu juga bergumul dan berkaitan dengan pembebasan. Yesus sendiri dalam rumah ibadat di Yerusalem menyitir atau menyebutkan apa yang tertulis dalam Yesaya 61: 1. Ia mengatakan, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin… pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Lukas 4: 18-19). Mungkin Saudara-saudari seorang pejuang, seorang veteran Kristen: Roh apa yang bertindak dalam perjuangan Saudara-saudari? Roh Kebolehan, Roh Kejagoan, Roh Ingin Berkuasa, atau Roh Tuhan? Untuk melayani, kepemimpinan bukan terutama melekat kepada oknum yang bernama pemimpin dan slogan-slogan yang hebat, tetapi kepada pelayanan teladan serta hasil perbuatan yang membawa keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat.

Orang-orang Kristen sering digambarkan sebagai laskar Kristen, pejuang-pejuang untuk prinsip-prinsip seperti terdapat dalam hidup dan ajaran Kristus. Saudara tentu termasuk di dalamnya?

Dalam zaman modern ini orang banyak berpendapat bahwa jawaban terhadap tantangan-tantangan penderitaan dan bahaya-bahaya ialah melalui pendidikan, ilmu, teknologi, aksi-aksi politik memperjuangkan hak-hak asasi manusia, dan mungkin sekali dengan tindakan-tindakan revolusi. Bagaimana pendapat Saudara? Aksi-aksi sosial Saudara lahir dari keyakinan apa? Sebagai seorang pemeluk agama, bagaimana keikutsertaan Saudara dalam aksi-aksi sosial? Apakah aktivitas-aktivitas Saudara sebagai seorang Kristen ditentukan oleh keyakinan-keyakinan menurut rasio dan pemikiran saja, menurut pendapat dan kehendak sendiri, atau didorong oleh iman pada Tuhan dan kerelaan mendengar bimbingan Roh Kudus, dan mempergunakan pendidikan? Ilmu dan teknologi serta cara-cara bertindak dalam sinar iman, pengharapan, dan kasih? Benarkah Yesus menjadi Penebus dan Juruselamat bagi Saudara?

Ada sesuatu yang penting kita perhatikan dari ucapan Gamaliel, anggota Mahkamah Agama itu, sekitar perbandingan tindakan Judas dan tindakan Apostel Petrus serta rasul-rasul lainnya. Gamaliel meminta supaya jangan mengambil tindakan dengan tergesa-gesa supaya gerakan-gerakan baru yang timbul dalam masyarakat jangan apriori dikutuk dari semula, tetapi dipelajari dengan sungguh-sungguh dalam bimbingan ajaran Tuhan. Gamaliel pada prinsipnya mengajarkan juga bahwa gerakan-gerakan dan aktivitas akan sukses jika berasal dan bersandar pada hikmah-bijaksana dari Tuhan.

Jika Saudara ada mirip dengan Judas dari Galilea, maka kematiannya dan komentar Gamaliel tersebut ada manfaatnya bagi Saudara-saudari. Ini baru satu tipe Judas saja dan masih perlu dibandingkan dengan tipe Judas-Judas yang berikutnya.

“Berbahagialah bangsa, yang Allahnya ialah TUHAN.” (Mazmur 33: 12)
“Berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!” (Yesaya 30: 18)

2. Judas dari Damsyik (Damaskus)
(Kisah Para Rasul 9: 11)

Siapa Judas dari Damsyik ini? Namanya dengan tiba-tiba muncul di tengah ribuan nama-nama lain dalam Kitab Suci, tanpa pernah tertulis satu kata pun yang pernah ia tuturkan. Anehnya, alamatnya “Jalan Lurus, Damsyik”, satu-satunya alamat orang yang lengkap dengan jalan tempat tinggalnya di Alkitab, sekalipun tidak dibubuhi dengan nomor rumahnya.

Dari berita tentang Saulus (Paulus) yang berencana dan bertekad mengancam dan membunuh murid-murid Yesus (Kisah Para Rasul 9: 11), rencana yang kandas dalam perjalanannya dekat kota Damsyik, kita mengetahui bahwa Judas dari Damsyik inilah yang memberi tumpangan kepada Saulus setelah Saulus buta kena pancar cahaya dari langit oleh tindakan Tuhan.

Mengapa Judas dari Damsyik ini memberi pondokan kepada Saulus (Paulus)? Tentu Saulus sudah terkenal sebagai seorang Farisi yang fanatik. Kedatangannya ke Damsyik ialah dengan membawa surat kuasa dari Imam Besar di Yerusalem yang ditujukan kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik supaya ia diperkenankan menangkap laki-laki dan perempuan Kristen di Damsyik dan membawa mereka ke Yerusalem. Mungkinkah Judas dari Damsyik sahabat karib Saulus? Atau, teman sekolah di perguruan tinggi agama di Yerusalem? Atau, Judas ini sebenarnya seorang pengusaha penginapan atau hotel yang agak lumayan sehingga seorang “pembesar” agama seperti Saulus dibawa kawan-kawannya menginap di sana? Atau, rumah Judas di Jalan Lurus itu sudah sejak semula dalam rencana Saulus dan kawan-kawannya untuk tempat menginap?

Bagaimanapun nyata bahwa Judas cukup berperikemanusiaan dengan memberi tumpangan kepada kenalan atau orang yang sedang mendapat kemalangan seperti Saulus yang menjadi buta itu. Memang kita tidak tahu motif sebenarnya di balik perbuatannya itu dan kita tidak tahu apakah dia kemudian menjadi pengikut Kristus seperti Paulus. Paulus sendiri tak pernah menyebut-nyebut nama Judas dari Damsyik.

Di rumah Judas terjadi mujizat sebab dengan tumpangan tangan Ananias yang disuruh Tuhan, Saulus mendapat penglihatannya kembali. Di rumah Judas ini pula Saulus atau Paulus dipenuhi Roh Kudus. Paulus lalu dibaptis di sana juga (Kisah Para Rasul 9: 18-19). Namun, sedikit pun kita tidak tahu selanjutnya apakah Judas ini seorang pengikut Yesus atau tidak. Identitasnya sebagai pengikut Kristus kurang jelas kita ketahui. Aneh, penuh teka-teki.

Ah, Judas dari Damsyik telah lama mengembuskan nafas terakhir. Ia telah meninggal dunia. Bagaimanapun susah sekali menyelidiki keganjilan atau rahasianya itu. Namun, Saudara kan masih hidup? Keluarlah dari keanehan itu, berikanlah identitasmu yang sebenarnya. Hidupmu dan kepribadianmu dapat berkembang dan kesaksian serta pendirianmu lebih terang di tengah-tengah manusia sekelilingmu. Kesaksian tentang Kristus meminta motivasi yang jelas, bukan teka-teki. Bukan kesamar-samaran. Identitas keyakinan dan kepercayaanmu mungkin perlu lebih jelas di tengah perbuatan-perbuatan yang baik itu.

Judas dari Damsyik suka memberi tumpangan. Bagaimana dengan Saudara? Dalam zaman modern ini memang terdapat banyak perubahan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari yang disebabkan pengaruh kejahatan atau kriminalitas. Kesukaan atau kerelaan menerima tamu–penumpangan/hospitality—adalah kebajikan yang umum bagi masyarakat kita. Namun, dengan timbulnya sekian banyak pencurian, pembongkaran, serta tamu-tamu yang tidak diundang, kita menjadi sangat waswas memberi tumpangan atau menerima tamu-tamu yang kurang jelas dikenal. Yesaya 60: 11 mengatakan, “Pintu-pintu gerbangmu akan terbuka senantiasa, baik siang maupun malam tidak akan tertutup.” Semakin banyak pintu gerbang yang sudah tertutup siang dan malam. Malahan ada lagi tertulis “Awas anjing galak”, padahal seekor anjing pun tidak pernah dimiliki oleh keluarga tersebut. Memang kita harus hati-hati dalam zaman modern ini, tetapi ingatlah kata Yesus dalam Matius 25: 35 “…ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan.” Ciri-ciri khas menjadi pelayan gereja Tuhan, termasuk kebajikan, suka memberikan tumpangan, hospitality, seperti dalam Titus 1: 8.

3. Judas, Adik Yesus Kristus
(Matius 13: 55; Markus 3: 21,31; Markus 6:3; Yohanes 7: 5; Kisah Para Rasul 1: 14; 1 Korintus 9: 5; Judas 1)

Banyak teori teologia dan argumentasi yang penuh dikemukakan mengenai “saudara-saudara pria dan saudara wanita Tuhan Yesus”. Adakah saudara-saudaranya yang disebut dalam Matius 13: 55 dan Markus 6: 3 benar-benar adik-adik Yesus, ataukah Yosef sudah pernah kawin sebelumnya dan mempunyai anak-anak sebelum menikah dengan Maria?

Motif-motif pemikiran apa yang mengarahkan pikiran serta tafsiran demikian? Ada gereja yang menafsirkan bahwa Maria tetap perawan dan tidak pernah mempunyai anak selain Yesus, yang benihnya adalah dari Roh Kudus. Inikah tafsiran dogma di Gereja Roma Katolik? Doktrin Gereja Orthodox bagian Timur berpendapat bahwa “saudara-saudara Yesus” adalah anak-anak Yosef dari perkawinan sebelumnya?

Menurut keterangan yang pernah saya baca, mungkin Gereja Roma Katolik menganggap bahwa saudara-saudara Yesus seperti disebut dalam Matius dan Markus ialah anak-anak dari Saudari Maria sendiri, yaitu anak-anak dari Maria istri Kleopas (lihat Yohanes 19: 25). Dalam Alkitab tiada tertulis hal-hal seperti itu dan gereja-gereja Protestan menerima dengan sederhana dan tulus kata-kata yang ada dalam nats-nats yang menerangkan bahwa benar-benar ada saudara-saudari Yesus. ”Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Judas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita?” (Matius 13: 55-56). Namun, marilah kita kembali kepada Judas, adik Tuhan Yesus. Judas sebagai adik Yesus tentu dekat sekali dengan abangnya. Pasti dia sering digendong oleh Yesus dan setelah bertambah besar sering bermain-main dengan Yesus.

Memang setelah Yesus mulai dengan tugas-tugasnya, Ia lebih sering bersama-sama dengan murid-muridNya dan kurang bersama-sama dengan Bapa Ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya. Mungkin ada banyak hal yang tidak dapat dimengerti Yosef dan Maria dan saudara-saudara Yesus. Sebagai anak tertua, mungkin sekali Yesus diharapkan lebih banyak berbuat membantu mencari nafkah sehari-hari keluarga Yosef, bapak-Nya.

Memang menurut kesaksian Kitab Suci, adik-adik Yesus—termasuk Judas—lamban sekali menerima kesaksian Yesus sebagai Mesias, sebagai Anak Allah, Tuhan, dan Juruselamat. “Sebab saudara-saudara-Nya sendiripun tidak percaya kepada-Nya”, demikian Yohanes 7: 5. Namun, ternyata kemudian bahwa Judas menjadi pengikut Yesus yang setia. Setelah Yesus naik ke surga, Judas bersama-sama dengan para rasul tekun menanti-nanti dan dengan setia memanjatkan doa bersama ibu-Nya dan para rasul (Kisah Para Rasul 1: 13). Menurut beberapa keterangan dan interpretasi, Judas menjadi pemimpin di jemaat yang ada di Yerusalem dan mungkin sekali beliaulah yang menulis Surat Judas. Ia menambahkan dirinya “hamba Yesus” dan saudara dari Yakobus.

Judas ini, sebagai adik Yesus, begitu erat dengan Yesus sendiri, lambat sekali percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Namun, akhirnya ia mengakui dirinya hamba Yesus pengikut setia Tuhan. Apakah janggal bagi Saudara mengerti mengapa ia sebagai adik Yesus begitu lamban sadar dan insaf? Sebenarnya keadaan demikian tidak begitu mengherankan jika dibandingkan dengan keadaan-keadaan masa kini. Mungkin sekali Saudara dan saya tepat seperti Judas ini. Mungkin ada yang dilahirkan sebagai anak pendeta atau guru jemaat atau penatua atau anak bibelvrou, tetapi nakal sekali dan hanya setelah lebih tua sadar dan menjadi anggota teladan di jemaat dan kehidupan sehari-hari.

Mungkin semua kita seperti Judas ini. Setelah dibaptiskan, kita menjadi anggota dalam keluarga anak-anak Allah, tetapi bertahun-tahun atau berpuluh tahun kemudian baharu kita yakin akan status kita. Sering kita mengakui diri sendiri seperti saudara-saudari dalam Yesus Kristus, tetapi sedikit banyak kelakuan kita ada miripnya dengan cara-cara Judas Iskariot: mencium Yesus untuk menyerahkan-Nya kepada musuh.

Judas adik Yesus akhirnya percaya. Ia menjadi pelayan setia dalam jemaat Yesus Kristus. Sekalipun surat yang dikirimnya tidak begitu terkenal dan teologianya tidak begitu “hebat”, ia menjadi pengikut aktif dan setia. Jika perjalanan dalam sejarah hidup, Saudara menyerupai Judas ini, teruskanlah berpegang teguh pada iman dan pelayananmu. Judas dalam ayat-ayat terakhir dari suratnya menulis, “Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dialah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa… sekarang dan sampai selama-lamanya.” Itulah pedoman dan pegangan hidup Judas adik Yesus dan Saudara!

4. Judas, Anak Yakobus, Seorang Murid Yesus
(Lukas 6: 16; Yohanes 14: 22; Kisah Para Rasul 1: 13).

Judas bin Yakobus ini tentu sekali sangat cemas bahwa ia senama dengan Judas Iskariot, pengkhianat itu. Mereka bersama-sama termasuk sebagai murid Yesus dan sama-sama mendapat panggilan Yesus: “Ikutlah Aku!” Judas bin Yakobus tetap setia mengikuti Tuhan-nya, tetapi murid yang serupa namanya mencemarkan nama baik korps murid-murid Yesus. Judas bin Yakobus ini mungkin sering pusing karena orang-orang lain biasa salah sangka bahwa ia yang mengkhianati Jesus. Mungkinkah itu sebabnya bahwa nama aslinya tidak disebut-sebut dalam Injil Matius dan Markus? Atau Judas bin Yakobus ini mempunyai nama lain, yaitu Tadeus, seperti disebut dalam urutan kedua belas murid Tuhan dalam Markus 3: 18? Apakah karena sering terjadi kekeliruan tentang nama dan orang-orangnya sehingga Injil Yohanes—dalam menerangkan bahwa Judas (bin Yakobus) yang bertanya kepada Yesus dan bukan Judas (Iskariot)—perlu memberi catatan: “Judas, yang bukan Iskariot,…” (Yohanes 14: 22).

Memang Judas bin Yakobus ini rupa-rupanya seorang pendiam dan tidak banyak kita ketahui tentang dirinya. Ia tidak mempunyai jabatan penting seperti Judas Iskariot yang adalah pemegang kas dan pengurus diakonia. Ia bukan seorang pemberani dan seorang yang lekas bertindak seperti Petrus. Ia bukan seperti Matius (Levi) yang menulis Injil Matius itu, tetapi juga bukan seperti Thomas yang sering ragu-ragu itu.

Ciri-ciri Judas, anak Yakobus murid Yesus, pendiam tetapi setia. Satu-satunya ucapan murid Yesus ini yang tertulis dalam Alkitab ialah pertanyaan kepada Yesus, “Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada dunia?” Dari pertanyaan itu dapat diambil kesimpulan bahwa Judas bin Yakobus ini juga sebetulnya mengharapkan supaya Yesus bertindak terus seperti Raja, Mesias yang diharap-harapkan bangsanya itu. Namun, Judas bin Yakobus ini tetap setia. Setelah Yesus naik ke surga, ia bersama-sama beberapa rasul dan Maria, Ibu Yesus, dan saudara-saudara Yesus bertekun dan sehati dalam doa bersama (Kisah Para Rasul 1: 13).

Apakah Judas ini gambaran Saudara? Seorang pendiam yang menghitung dirinya bukan sebagai seorang yang penting. Mungkin Saudara selalu berdiri di bawah “bayangan” orang-orang yang cerdas saja dan tidak disebut-sebut di surat-kabar atau radio atau televisi. Saudara-saudari mungkin sukar mengerti kata-kata teologia yang hebat-hebat itu dan dengan susah payah mencoba mengartikan nas kitab suci yang Saudara baca itu. Mungkin Saudara tidak mempunyai pendidikan tinggi dan bukan seorang yang pandai berpidato. Namun, Saudara setia pada ajaran Yesus dan tekun berdoa kepada-Nya, bukan? Bukankah itu yang penting? Bukankah itu suatu karunia besar untuk mencoba mengikuti jejak Yesus serta tekun memohon kepada-Nya berkat, bimbingan, dan pertolongan.

Berbahagialah engkau jika identitas kepribadianmu seperti Judas bin Yakobus ini. Tuhan tidak meminta supaya kita hebat dalam pangkat atau jabatan atau menjadi jago pidato. Yang perlu ialah setia dan dapat dipercayai dalam jabatan-jabatan kita yang kecil sekali itu pun, dan hidup sebagai hamba dan penata-layan Tuhan. Apostel Paulus berkata, “Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai” (1 Korintus 4: 2). “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak” (Matius 5: 37). Dalam pelayanan gereja janganlah berbelit-belit main sandiwara atau bekerja ala politikus. Tahukah saudara bahwa poly sebenarnya berarti ‘banyak’ dan tikus adalah ‘tikus’. Politikus? Setialah kepada Tuhanmu!

5. Judas Barsabas
(Kisah Para Rasul 15: 22-33)

Gereja di Antiokhia pada waktu Paulus di sana sedang menghadapi kesulitan-kesulitan yang bisa membawa perpecahan dalam jemaat di sana. Beberapa orang telah datang dari Yudea ke Antiokhia dan menjajarkan bahwa adat-istiadat mengenai sunat harus dilaksanakan di jemaat itu; kalau tidak, maka mereka tidak beroleh keselamatan. Adat-istiadat orang-orang Yahudi hendak dipertahankan. Paulus dan Barsabas dengan keras melawan ajaran tersebut. Akhirnya diputuskan supaya kedua-duanya dan utusan-utusan lain dari Jemaat Antiokhia pergi ke Yerusalem untuk membicarakan persoalan itu dengan para rasul dan penatua.

Dalam sidang di Yerusalem diputuskan supaya mengirim surat penggembalaan kepada jemaat di Antiokhia dan dalam sidang sinode tersebut dipilih dua orang utusan untuk membawa serta menerangkan putusan tersebut. Salah satu dari utusan yang terpilih itu ialah Judas dan yang kedua ialah Silas. Mereka ini dengan rahmat Tuhan dapat memulihkan kesatuan dan jemaat pun bersukaria dalam penghiburan yang dibawa Judas dan Silas. Mereka berhasil pula meneguhkan hati para anggota jemaat.

Setelah beberapa lama tinggal di Antiokhia dan tugas-tugasnya selesai, Judas yang disebut Barsabas kembali ke Yerusalem, diiringi dan dilepaskan dalam damai oleh anggota-anggota jemaat. Bukankah suatu kehormatan yang besar terpilih dan bertindak seperti Judas alias Barsabas ini? Mungkin Saudara-saudari pernah terpilih untuk suatu tugas yang khusus dengan mendapat kepercayaan dari masyarakat atau suatu sidang, atau suatu badan. Mungkin Saudara-saudari mendapat misi atau penugasan untuk bertindak sebagai juru damai atau sebagai sebagai penginjil, sebagai bibelvrou, sebagai guru jemaat, sebagai guru Sekolah Minggu, sebagai anggota majelis, sebagai seorang pendeta, sebagai kepala seksi, sebagai pemimpin, sebagai ketua suatu proyek. Apa hasilnya? Terciptakah kerukunan, pulihkah kesatuan, dan terhiburkah orang-orang yang Saudara-saudari layani?

Tahukah Saudara-saudari bahwa tugas-tugas kecil pun dapat membawa kebahagiaan dan penghiburan bagi orang-orang yang kita layani? Kita semua sebagai anggota Imamat Am Yang Percaya turut terpanggil. Saudara-saudari adalah pelayan, petugas yang dipercayakan Tuhan untuk mengobati, membawa kesembuhan, membawa penghiburan, inspirasi, meneguhkan iman dan pengharapan. Maukah Saudara-saudari bertindak seperti Judas alias Barsabas? Namamu tak usah diubah menjadi Judas Barsabas, tetapi alangkah baiknya identitas pelayan seperti seorang Judas Barsabas. Judas seperti inikah engkau?

6. Judas Iskariot
(Matius 10:4; 26: 14-50; 27: 3-10; Markus 3: 19; 14: 10-15; Lukas 6: 16; 22: 3-49; Yohanes 12: 4-6; 13: 2-29; 17: 12; 18: 2-5; Kisah Para Rasul 1: 16-25).

Kita tentu kenal benar akan tipe manusia ini. Dalam Injil yang ditulis oleh Matius, Markus, dan Lukas, terdapat nama dua belas murid Yesus. Mereka ditetapkanNya untuk “menyertai Dia” dan untuk “diutus-Nya memberitakan Injil” dan diberi-Nya kuasa untuk “mengusir setan” (Markus 3: 14-15). Di dalam urutan nama-nama, maka nama Judas Iskariot selalu disebut paling akhir dan biasanya kepada nama tersebut selalu ditambah suatu keterangan khusus mengenai diri Judas.
Umpamanya:
-Matius 10: 4, Judas Iskariot “yang mengkhianati Dia.”
-Markus 3: 19, Judas Iskariot “yang mengkhianati Dia.”
-Lukas 6: 16, Judas Iskariot “yang kemudian menjadi pengkhianat.”
-pun dalam Yohanes 18: 2, Judas disebut sebagai orang “yang mengkhianati Yesus.”

Kalau diteliti lebih lanjut, maka Judas itu disebut anak Simon Iskariot (Yohanes 6: 71; Yohanes 13: 2, 26). Ada beberapa ahli Alkitab yang menerangkan bahwa “Is-Keriot” dalam bahasa Ibrani sebenarnya harus diartikan ‘orang dari Keriot’. Dengan demikian, Judas berasal dari desa atau kota Keriot di daerah Moab (lihat Yeremia 48: 24, 41). Namun, lebih tepat kiranya Judas dilihat sebagai seorang yang berasal dari suku dan daerah Yehuda, dari kota Keriot–Hezron sebagaimana disebut dalam Yosua 15: 25. Kota tersebut dekat Hebron, di selatan Yerusalem.

Di kalangan murid-murid Yesus, Judas bertindak sebagai bendahara atau “pemegang kas” (Yohanes 13: 29), tetapi dalam ayat yang lain Judas disebut sebagai seorang “pencuri” (Yohanes 12: 6), yang sering mengambil uang yang disimpan dalam kas dan berpura-pura sebagai orang yang memperhatikan orang-orang miskin. Memang sering banyak pencobaan datang dari uang.

Pada tahun 1963 saya bercakap-cakap dengan seorang tua-tua. Kami membicarakan tentang etika dan arti ‘uang’. Mengenai uang, orang tua-tua tersebut dengan spontan mengatakan sebuah teka-teki: “Habang so marimbulu (terbang tak punya sayap), manginsir so marpat (bergerak tanpa kaki), ibana ma na umburju (ia yang paling baik), hape jahat jala jungkat (tetapi jahat dan nakal).” Itulah uang! Uang dapat terbang begitu saja sekalipun tak bersayap, ia pindah dari kantong orang ke kantong orang lain tanpa ada kaki. Alangkah “baik” orang lain itu jika ia memberikan uang kepada kita. Namun, bisa juga pemberian itu “untuk maksud baik atau yang jahat”. Di samping penggunaannya untuk soal-soal yang baik, uang juga bisa membawa banyak perbuatan jahat, kenakalan, godaan-godaan.

Judas Iskariot bertindak sebagai bendahara kumpulan Yesus dan murid-muridNya, tetapi sebenarnya ia juga “mencuri” dari keuangan itu dengan berpura-pura sebagai penolong bagi orang-orang yang miskin. Judas ini berpura-pura berpegang teguh kepada pola hidup sederhana dan pembelaan terhadap kepentingan orang-orang miskin. Enam hari sebelum Paskah, Maria Magdalena mengurapi kaki Yesus dengan minyak narwastu murni. Judas Iskariot berlagak hendak membela pola hidup sederhana dan kepentingan orang-orang miskin dengan mengatakan, “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” (Yohanes 12: 5). Padahal, ia tidak memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan ia seorang pencuri yang sering mengambil uang dari kas yang dipegangnya, demikian menurut Yohanes 12: 6. Anda pernah menjadi “pemegang kuasa” uang untuk bantuan sosial gereja atau umum? Jangan menjadi tipe Judas Iskariot!

Saudara golongan orang Kristen yang baik dan mempunyai kedudukan terhormat? Judas Iskariot pun pernah demikian. Ia termasuk dekat sekali dengan Yesus sebagai murid-Nya untuk “menyertai Dia”, untuk pekabaran Injil, dan berkuasa (Markus 3: 14-15). Namun, dekat dengan Yesus belum selalu berarti menerima dan percaya kepada Dia! Judas Iskariot dekat sekali pada Jesus. Selama kira-kira tiga tahun Judas secara badaniah dekat sekali dengan Yesus. Selama tiga tahun ia melihat arti “Firman itu menjadi manusia.” Juga pada malam terakhir, sebelum Yesus ditangkap, Judas bersama-sama dengan Yesus dan Yesus menun- jukkan cinta-kasih-Nya kepada Judas.

Pada waktu membasuh kaki murid-murid-Nya, Yesus juga membasuh kaki yang kotor dari Judas Iskariot dan kemudian mengeringkannya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya (Yohanes 13: 5). Judas juga turut dalam “Perjamuan Malam” dan menerima roti dan anggur yang telah diberkati (Matius 26: 17-25; Markus 14: 12-21). Judas bersama-sama Yesus pada saat penetapan perjamuan kudus itu (Matius 26: 26-29), yang begitu penting artinya bagi Gereja Tuhan. Secara kehadiran fisik atau badaniah, Judas Iskariot termasuk tokoh “penting” yang turut dalam penetapan perjamuan kudus dan turut minum anggur dan makan roti.

Mungkin salah satu dari Saudara-saudari tetap turut dalam perjuangan-perjuangan besar dalam sejarah perjuangan masyarakat, gereja, nusa dan bangsa. Apakah sesungguhnya arti kehadiranmu? Terulangkah arti tragedi yang terjadi pada malam perjamuan kudus itu “… lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku, ada bersama dengan Aku di meja ini!” (Lukas 22: 21). Pengkhianatan Judas tetap disebut-sebut dalam setiap liturgi perjamuan kudus sampai pada hari ini sejak dari zaman Apostel Paulus: “pada malam waktu Ia diserahkan (baca: dikhianati, SMH), mengambil roti dan… mengucapkan syukur atasnya…” (1 Korintus 11: 23-24). Formula perjamuan kudus tetap memperingatkan kita pada pengkhianatan Judas Iskariot. Jauhkan diri dari Judas-isme!

Sebenarnya tiga puluh potong perak (lihat Matius 27: 3) tidak mungkin menutup pintu sorga bagi Judas sekalipun dosanya begitu besar. Yesus sendiri telah menghapuskan dosa-dosa yang lebih besar daripada itu. Di antara dosa dan pengampunan berdiri panggilan Kasih Yesus Kristus untuk pertobatan untuk percaya kepada Yesus Kristus, Anak Allah, Tuhan dan Juruselamat dunia. Sayang, Judas tak sampai kepada pertobatan dan penerimaan iman. Ia pernah menyesal, mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu, mengaku bahwa ia telah berdosa, mengaku Yesus tak bersalah, tetapi ia tidak bertobat dan tidak menyerah kepada Hakim Yang Adil dan Penuh Kasih Sayang itu! Judas mati bunuh diri sendiri. Ia menjadi hakim sendiri bagi dirinya. Ia tidak mempunyai pengharapan (Matius 27: 3-10). Datanglah, datanglah kepada Yesus sebelum terlambat.

Seorang murid Yesus yang bernama Petrus pernah juga berkhianat terhadap Yesus, tetapi ia bertobat, menangis tersedu-sedu (Markus 14: 72), dan tetap mengikuti Yesus sehingga pada hari kebangkitan Tuhan Yesus, seorang malaikat Tuhan memberi pesan supaya hal tersebut diberitahukan kepada Petrus (Markus 16: 7), malahan menurut Injil Lukas 24: 34, Yesus menampakkan diri-Nya kepada Petrus. Jika saya atau Saudara-saudari adalah seseorang seperti Judas Iskariot, sudah pernah mengkhianati Injil dengan seribu satu macam cara: datanglah, bertobatlah, percayalah kepada Yesus.

Jika Saudara sudah mengadakan korupsi dalam pikiran maupun perbuatan, jika Saudara sudah sering mengkhianati kawan-kawan sekerja, jika dengan bibirmu sudah sering menghasut dalam kebohongan, dan tanganmu kotor oleh perbuatan-perbuatan jahat, jika kamu dengan dukacita atas dosamu mau bertobat, datanglah kepada Yesus, Ia masih menunggu. Jika kamu telah bertobat dan meminta keampunan, maka Allah demi Yesus Kristus dalam penebusan darah-Nya di Golgota mau dan suka menerima Saudara. Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, mengasihi engkau dan Dia berlari-lari datang menemui engkau dengan tangan terbuka memeluk engkau dan berkata, “Anakku ini telah hilang, tetapi sekarang ia ditemukan kembali.”

Bagi seseorang yang mirip dengan Judas Iskariot, masih terbuka pengampunan. Tentu Saudara bukan seperti Judas, atau…?

7. Judas yang Mana Saudara?

Siapa dari keenam Judas yang disebut dalam Kitab Suci mirip dengan pribadi Saudara sendiri? Dalam membaca tulisan yang serba pendek dan sederhana ini, Saudara tercengang melihat ciri-ciri kepribadian para Judas itu terulang lagi dalam peran para Judas modern, Judas abad XX ini? Kepada mereka yang banyak persamaan dengan Judas bin Yakobus (yang juga disebut sebagai Judas saudara Yakobus –lihat Surat Judas 1: 1), pedoman dan tujuan serta panggilan hidup: “Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaanNya, Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan Kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya” (Judas 1: 24-25).

Sebaliknya bagi para Judas Iskariot zaman modern, ciri-ciri khas dalam “memperdagangkan” status dan jabatannya ialah terulangnya kata-kata Judas Iskariot kepada imam-iman kepala: “Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” (Matius 26: 15). Bukankah ini korupsi besar-besaran?

Pernahkah Saudara mendengar tentang “4-K”? Beberapa tahun yang lalu pernah kami tuliskan dalam salah satu harian formula “empat K” ini: “Korupsi tidak dapat dikoreksi dengan korektor-korektor yang sekaligus adalah koruptor!” Itulah formula “4-K”.

Saudara tentu masih ingat bahwa Judas Iskariot telah membeli sebidang tanah dengan upah kejahatannya itu dan tanah itu disebut orang “Hakai Dama” yang artinya ialah ‘Tanah Darah’: memperoleh tanah dengan pemerasan darah orang lain (lihat Kisah Para Rasul 1: 18-19). Tak mungkin saudara seperti Judas Iskariot, itu dapat kami yakini. Namun, sekiranya pun ada titik-titik persamaan Saudara dengan Judas Iskariot, ingatlah Yesus, Anak Allah, Tuhan dan Juruselamat, tetap berseru, “Judas, datanglah kepada-Ku, saya tetap mengasihi engkau.” Datanglah kepada Tuhan Juruselamat sebelum terlambat!

II. Beberapa Masalah Etis

1. Nama Judas adalah suatu transformasi ke dalam bahasa Yunani, yang berasal dari nama “Judah” dalam Ibrani dan yang sebenarnya berarti ‘supaya Ia (Allah) dimasyhurkan’. Salah satu ciri pemberian nama di kalangan orang-orang Yahudi pada masa itu ialah pemberian nama sesuai dengan kealiman, pengharapan, dan ucapan terima kasih atas kelahiran sang bayi. Dilihat dari sudut demikian, maka dapat kita bayangkan kekecewaan atau kebanggaan para orang tua enam Judas sebagaimana diuraikan dalam bagian pertama.

Nama adalah suatu tanda pengenal, identitas, seseorang. Bagaimana orang-orang Kristen, pengikut Kristus, di tengah status dan peran masing-masing baik di tengah masya- rakat, gereja, pemerintahan, maupun perusahaan? Terulangkah pemakaian nama Judas ini dalam segi-segi negatifnya? Nama Judas yang dalam arti sebenarnya ‘memuji Allah’ sekarang sudah menjadi semacam penghinaan, seorang yang judes, pencuri, pengkhianat. Hanya satu Judas di tengah enam orang yang bernama Judas yang demikian, tetapi semua pemakai nama Judas dipengaruhi dan direndahkan. Mungkinkah karena seorang Kristen berbuat curang, maka semua orang Kristen kena cap?

Bagaimana dengan orang-orang Kristen yang berbuat jahat? Bagaimana dengan orang- orang Batak–maaf cakap—menjadi pencopet, tukang berkelahi di Jakarta? Semuakah orang Batak benar demikian? Di sinilah harus ada rasa tanggung jawab dalam perbuatan kita. Pemakaian tanda pengenal: (nama) penting dibarengi oleh tata perbuatan dan motif-motif perbuatan yang sesuai dengannya. Problema etis pada zaman ini ialah bahwa etikette atau tanda pengenal seseorang atau barang sering tidak sesuai dengan nama barang atau orang itu. Dapatkan ini digolongkan sebagai pemalsuan. Bukankah ini problema etis?

2. Masalah yang berikut ialah persoalan sekilas mengenai prasangka, pra-anggapan, prasangka antara sesama manusia.

Nama Judas telah demikian kuat mengisi dan menguasai ruang pengertian yang berbau Judas Iskariot sehingga nama tersebut menjadi semacam sebutan untuk menghina seseorang. Seseorang dipanggil “Judas”, maka pemikiran khalayak ramai akan berkisar pada pengertian bahwa orang yang dimaksud seorang yang judes, curang, pengkhianat, mirip dengan peran dan perangai Judas Iskariot. Dengan sebutan itu, maka kepribadian seseorang telah dicap, telah dilukai, telah dihukum sebelum diadili.

Prasangka bersumber dari mentalitas yang condong atau cenderung memberikan suatu penilaian yang jelek terhadap orang lain tanpa penelitian yang mendalam, atau pengenalan yang lebih luas. Sikap yang demikian banyak membawa pertentangan dan kebencian antar- perorangan, kelompok, ras, malah juga antargolongan beragama. Tiap-tiap manusia mempunyai kepribadian: seseorang tidak dapat dinilai begitu saja berdasarkan bentuk nama-rupa atau bentuk-bentuk dan sifat lahiriah. Kalau dahulu banyak prasangka antar- golongan atau antarsuku seperti di Indonesia, maka dengan komunikasi yang lebih mendalam, pergaulan yang lebih akrab serta penilaian yang lebih jujur, maka kesatuan dan persatuan di antara suku-suku di Indonesia telah lebih nyata. Hal demikian perlu juga direnungkan dan dihayati di tengah gereja-gereja yang beraneka ragam nama dan strukturnya, dan juga di antara golongan-golongan agama yang berlainan.

3. Masalah yang ketiga berkisar pada peran Judas dari Galilea dan besar kemungkinan mengena juga pada Judas bin Yakobus, seorang murid Yesus. Sebagaimana telah disebut, Judas dari Galilea adalah seorang nasionalis, fanatik dalam nasionalisme: agamani dan patriotisme yang meluap-luap bercampur-baur.

Judas dari Galilea dan kawan-kawannya adalah golongan Zealotes atau kumpulan revo- lusioner yang fanatik [lihat J. Hastings (ed) dalam Dictionary of the Bible (1951) dan Encyclopedia of Religion and Ethics Vol 9 (1955)]. Fanatisme ditandai oleh suatu antusiasisme atau dukungan yang berlebih-lebihan, dibarengi dengan ketaatan yang menyala-nyala kepada seseorang terhadap golongan, pandangan, atau faham tertentu atau suatu ideologi. Biasanya fanatisme lekas menjalar kepada kebencian terhadap perorangan dan golongan-golongan yang tidak sepaham dan menjadi problema etika yang mendalam. Keanekaragaman atau pluralitas tidak seharusnya menjadi pertentangan, tetapi secara positif dapat memperkaya kesatuan dalam keanekaragaman suku. Nasionalisme yang terdapat pada paham Judas Galilea tidak perlu selalu menjadi ciri yang negatif.

Nasionalisme secara umum timbul dari suatu perasaan keterikatan dan kebersatuan di tengah orang-orang yang mempunyai kebudayaan yang sama, hidup dalam suatu daerah tertentu, dan mempunyai kebersamaan cita-cita serta keyakinan-keyakinan tentang tujuan hidup. Giuseppe Mazzini, seorang patriot Italia (22 Juni 1805–10 Maret 1872), seorang ahli hukum, menyebut hubungan “darah, bumi, dan sejarah” sebagai salah satu dasar nasio- nalisme. Kita mengakui ikatan-ikatan secara kodrat-alam yang timbul dari ikatan darah, bumi, bahasa (kebudayaan), dan sejarah sebagai sesuatu yang normal. Yang menjadi problema etika ialah jika norma-norma yang timbul dari sumber-sumber bumi dan darah diangkat menjadi nilai-nilai normatif yang tertinggi.

Banyak bahaya bisa timbul jika kebangsaan atau ideologi negara atau kebangsaan menjadi norma-norma tertinggi dan seakan-akan menjadi agama [bandingkan dengan J. Verkuyl dalam Etika Kristen: Ras, Bangsa dan Gereja, dan Negara (1976) hlm. 138-140)]. Kalau nasionalisme bercampur aduk dengan hukum-hukum atau paham-paham atau keyakinan berdasarkan suatu agama, dan struktur serta ideologi negara hendak dipaksakan menurut paham agamani, maka demokrasi menjadi terancam. Gereja/agama hendaklah tetap gereja; dan negara tetap negara. Gereja ada di dunia, tetapi bukan dari dunia. Gereja hendaklah bekerja dalam penatalayanan pembenaran Tuhan Gereja yang hidup dari Injil dan hukum Allah berperan sebagai nabi untuk memberi kesaksian dan peringatan-peringatan kepada negara dan masyarakat; bertindak sebagai pembawa rekonsiliasi atau perdamaian sebagai iman, dan nasihat-nasihat keimanan; mendoakan pemerintah, serta melayani dalam terang iman, pengharapan, dan kasih.

4. Masalah lain yang juga penting di tengah ciri-ciri peran Judas Galilea ialah makna nasihat yang terdapat dalam ucapan Gamaliel, seorang ahli Taurat anggota Mahkamah Agung, ialah kesabaran.

Gamaliel membandingkan tindakan Judas Galilea dan akibatnya dengan tindakan yang diambil oleh Petrus dan apostel lainnya (Kisah Para Rasul 5: 23-40). Gamaliel menasihatkan Mahkamah Agung Yahudi supaya bertindak dengan kesabaran terhadap para apostel dengan mengatakan, “Biarkanlah mereka (apostel, SMH) sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari pada Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini.”

Sebagai orang yang fanatik nasionalisme religius, Judas tidak sabar menunggu cara pelaksanaan penyelamatan atau pembebasan oleh Yesus Kristus. Sebagai seorang Yahudi, tentu ia menantikan Mesias itu, tetapi ia tidak sabar menunggu. Kesabaran atau hupomene (patientia –Latin) dalam etika Kristen adalah sangat positif: menurunkan serta mendorong daya karakter. Kesabaran membawa daya tahan dalam memikul derita dan kesukaran-kesukaran. Secara etika Kristen kesabaran selalu berhubungan dengan penyerahan diri kepada Tuhan dan berharap serta menunggu akan pertolongan dan kepenuhan janji Tuhan. Kesabaran bukan apatheia atau menunggu dengan apatis. Kesabaran Kristen adalah aktif –dalam ora et labora. Dalam Roma 5: 4 Paulus menyebutkan kesabaran sebagai ketabahan, ketekunan, yang menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan.

Banyak gerakan baru, juga dalam kehidupan gerejani, yang apriori terus ditentang dan dicap buruk oleh orang-orang. Mungkin nasihat Gamaliel perlu kita perhatikan dengan saksama. Dari Yesaya 30: 18 kita dengar, “Berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!”

5. Salah satu nilai kebajikan yang diungkapkan Judas dari Damsyik atau menjadi relevan kepada situasi kita sekarang ini ialah hospitality atau kesukaan dan kesediaan menerima tamu atau memberi penumpangan, pemondokan, atau makanan. Nilai moralitas ini adalah ciri khas bangsa kita sekalipun moralitas yang demikian lebih bersandar kepada nilai-nilai yang datang dari kebudayaan bangsa kita. Namun, kebudayaan pada dasarnya mengandung keyakinan- keyakinan yang diidealkan, idealized ways of behaviour.

Kebudayaan menerjemahkan dan memberi ekspresi keyakinan-keyakinan ini yang dituangkan menjadi suatu bentuk pola tatasusila–sosial. Bersama dengan Paul Tillich memang dapat dikatakan bahwa sebenarnya nilai-nilai keyakinan sebagai ekspresi keprihatinan asasi adalah pemberi arti-hakikat kebudayaan, dan yang dinamakan kebuda- yaan sebenarnya ialah bentuk-bentuk menyeluruh pernyataan sifat-sifat keprihatinan agama atau kepercayaan [P. Tillich dalam The Theology of Culture (1959), hlm. 42]. Dalam kerangka inilah kita lihat nilai yang mendalam mengenai hospitality atau kesudian menerima tamu—memberi tumpangan. Salah satu syarat bagi penilik jemaat atau penatua ialah “suka memberikan tumpangan” (Titus 1: 8). Petrus menekankan bahwa salah satu ciri hidup orang Kristen ialah memberi tumpangan pada seseorang akan yang lain dengan tidak bersungut-sungut (1 Petrus 4: 9).

Mengenai penghakiman terakhir, Yesus sendiri menghunjuk arti yang dalam mengenai hospitality, tumpangan, dengan mengatakan, “Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberikan Aku tumpangan” (Matius 25: 35). Di rumah Judas dari Damsyik yang suka memberi tumpangan terjadi mujizat Tuhan dan Paulus yang buta menjadi melihat. Zakheus yang sudi memberi tumpangan kepada Yesus memperoleh keselamatan (Lukas 19: 1-10).

Nilai etis suka memberi tumpangan/menerima tamu sudah banyak berubah pada masa kini. Apa sebabnya? Didorong oleh tekanan ekonomikah? Disebabkan perubahan nilai-nilai moralitaskah di tengah kehidupan ketika semua pelayanan harus dibayar secara tunai dengan uang atau materi? Atau, didorong oleh suatu iklim ketakutan dan kekhawatiran di tengah kehidupan: merasa kurang aman baik terhadap keamanan pribadi maupun keamanan milik? Nilai-nilai budaya dan prinsip kehidupan banyak berubah di tengah tantangan-tantangan lingkungan hidup.

6. Masih banyak yang dapat kita gali mengenai masalah etis dalam peran para Judas. Peran seorang Judas Barsabas mengarahkan kita kepada kesetiaan pelaksanaan tugas.

Kesetiaan dapat kita rumuskan sebagai keteguhan serta kestabilan hati dalan kasih sayang kepada seseorang, kepada janji, pelaksanaan tugas-tugas yang telah di-ya-kan.’ Di dalamnya terdapat juga perlawanan terhadap segala macam percobaan-percobaan atau kecurangan. Nilai tinggi normatif mengenai kesetiaan ialah bahwa Tuhan Allah sendiri ialah “yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia” (Ulangan 7: 9). Allah yang setia dengan tiada kecurangan (Ulangan 32: 4). Banyak nas lain seperti 1 Korintus 1: 9; 2 Tesalonika 3: 3 menyatakan bahwa Allah adalah setia.

Yesus Kristus ialah Saksi yang Setia (Wahyu 1: 5). Panggilan kepada kita ialah tetap setia sebagai hamba yang setia (Matius 24: 45-51) dan supaya kita setia sampai mati serta mendapat karunia mahkota kehidupan yang kekal (Wahyu 2: 10). Yesus, dan kemudian Judas adik Tuhan Yesus, semuanya memberikan bukti-bukti kesetiaan sebagai pengikut Kristus. Bagaimanakah kita orang-orang Kristen dalam kehidupan sehari-hari dan jabatan-jabatan kita?

7. Kita dihadapkan pula dengan peran Judas Iskariot.
Nama Judas sebenarnya berarti ‘supaya Allah dimasyhurkan’. Memang ada juga suatu interpretasi yang mengatakan bahwa Judas seakan-akan menghadapkan Tuhan kepada suatu fait accompli untuk bertindak sebagai pelepas umat-Nya dari kekuasaan Roma, dan membentuk kerajaan di dunia ini. Judas seakan-akan memaksakan caranya sendiri. Etika tujuankah yang bersarang dalam hati dan jiwanya? Tujuan menyucikan rencana dan carakah?

Judas Iskariot memperhitungkan dan menilai perbuatan terhadap Yesus dengan perhitungan pemasukan uang. Ekspresi cinta-kasih Maria yang mengurapi kaki Yesus dengan minyak narwastu menjadi penghamburan uang bagi kalkulasi materialistis berakar dalam Judas Iskariot (Yohanes 12: 1-8). Kita dihadapkan juga kepada jabatan bendaharawan para apostel. Namun, ia ternyata seorang pencuri, koruptor, sekalipun dalam ucapan-ucapannya ia bertopengkan keprihatinan dan pembelaan kepentingan orang-orang miskin.

Dari keterangan-keterangan yang dapat dikumpulkan dan analisis kita, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi-motivasi yang menceburkan Judas ke dalam perangkap iblis dan menjadi pengkhianat ialah kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut. (1) Cinta terhadap uang: materialisme. (2) Kecemburuan terhadap sesama murid-murid Yesus? (3) Harapan- harapannya semula yang mendorongnya mengikuti Yesus ternyata meleset dari perhitungannya. (4) Memperhitungkan bahwa Yesus akan mati di kayu salib, ia terburu-buru mengkhianatinya guna mengelakkan pembalasan Sanhedrin atas dirinya sebagai murid Yesus.

Sebaliknya ada juga interpretasi yang mengatakan bahwa Judas seakan-akan memak- sakan Yesus supaya di hadapan maut penyaliban, Ia (Yesus) menggunakan kuasa-Nya dan mengungkapkan diri-Nya sebagai Mesias Yesus membentuk kembali Kerajaan Daud. Yang paling jelas ialah bahwa baik dalam keterangan Lukas (22: 3) maupun dalam Yohanes (13: 27), iblis memasuki hati Judas.

Judas Iskariot memang termasuk dalam daftar 12 murid Yesus, tetapi benarkah ia murid (Mathetes–bahasa Yunani) yang belajar dari Yesus sebagai Anak Allah, Tuhan, dan Juruselamat dunia? Banyak mahasiswa theologia yang pernah menjadi mahasiswa seorang profesor atau dosen, tetapi tidak pernah menjadi murid (disciple) guru besar tersebut. Di mana letak soalnya? Pada mahasiswakah atau pada guru besar tersebut? Atau, pada kedua belah pihak karena baik si mahasiswa maupun si dosen tidak pernah menjadi murid (disciple) Yesus?

Titel yang tertinggi yang pernah diucapkan Judas Iskariot dalam kesaksiannya, hubungannya, dengan Yesus ialah Rabi ‘Guru’ (Matius 26: 25), dan rupanya Judas tidak pernah menerima Yesus sebagai Tuhan-nya, Juruselamat-nya. Judas Iskariot pernah menyesali perbuatannya, ia mengembalikan uang yang 30 potong perak itu dan mengatakan, “Aku telah berdosa” (Matius 27: 1-10), tetapi pernahkah ia bertobat? Dalam banyak norma susila yang kita kenal, salah satu problema etis dalam kebudayaan ialah antara shame culture dan guilt culture. Adat Batak mirip kepada penyelesaian masalah “dosa-dosa” atau “kesalahan” dengan suatu tata tertib penebusan dengan pembayaran secara ritus dan ketentuan adat. Terdorong oleh rasa malu dan dipermalukan, baik secara pribadi maupun marga, maka adat penyelesaian terpaksa dilaksanakan. Di mana tempat pertobatan, pengakuan salah di hadapan Tuhan dan sesama manusia, dan perubahan hati secara metanoia?

8. Secara pendek, bertobat berarti meninggalkan yang jahat serta mengubah sikap tujuan hidup dan hubungan asasi supaya berarah kepada keselamatan dari Tuhan dan hidup dari rahmat-Nya.

Pertobatan yang sejati selau berhubungan dengan keselamatan yang dibawakan oleh dan dalam Yesus Kristus. Sebelum Yesus naik ke surga, pesannya kepada murid-murid-Nya ialah supaya “dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa” dan supaya para apostel menjadi saksi dari semuanya ini (Lukas 24: 47-48). Pertobatan erat hubungannya dengan kepercayaan: “bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan” (Kisah Para Rasul 20: 21).

Perbedaan besar antara Judas Iskariot dan Petrus yang kedua-duanya pernah mengkhianati Yesus ialah bahwa Judas putus harapan atas pengampunan dosa, sedangkan Petrus berpegang kepada pertobatan dan pengampunan dosa serta pembaharuan hidup oleh Roh Kudus. Maka, setiap penyelesaian kesalahan atau ritus-ritus pengampunan dalam upacara-upacara adat pun memerlukan pertobatan di hadapan Tuhan, percaya kepada keselamatan yang dibawa oleh Yesus Kristus, dan memberi kesaksian kepribadian yang diperbaharui dengan bimbingan Roh Kudus, dengan menjauhkan yang jahat serta membuahkan yang baik. Dalam adat Batak, penebusan dengan upacara adat menyelesaikan persoalan atau kesalahan. Dalam ajaran Kristen, hidup ini terus-menerus dalam pertobatan.

III. Beberapa Catatan mengenai Judas-Judas Modern Masa Kini
1. Pada umumnya manusia masa kini tidak banyak beda dengan enam pribadi Judas dalam Perjanjian Baru. Ada yang mirip dengan Judas dari Galilea, dengan nasionalisme fanatik yang bercampur aduk dengan fanatisme keagamaan. Banyak peramah seperti Judas dari Damsyik, yang suka memberikan tumpangan, ada kecemasan tentang perasaan kurang aman. Tipe Judas ini tidak menutup pintu gerbangnya secara mutlak dengan plakat “Awas anjing galak” sekalipun tidak pernah memiliki anjing.

Kesetiaan seperti yang diperlihatkan oleh Judas, Murid Yesus, Judas Barsabas: tanpa banyak bicara tetap setia melaksanakan tugas. Memang ada juga yang seperti Judas, adik Tuhan Yesus , yang lama sekali baru yakin dan percaya sekalipun Yesus abangnya sendiri. Sayang, banyak pula yang sedikit-banyak mirip dengan Judas Iskariot. Mungkin sekali keenam tipe Judas tersebut muncul dalam beraneka situasi dan kondisi dalam kehidupan seseorang. Judas modern masa kini secara umum tidak banyak berubah dari para Judas dalam Perjanjian Baru. Akan tetapi, mungkin perlu dibahas secara pendek beberapa titik krisis yang menonjol pada masa kini dalam masyarakat kita dan, untuk ini, kita akan membatasi diri kepada image atau gambaran peran Judas Iskariot. Kita sangat bergembira dan mempunyai optimisme terhadap kesungguhan pemerintah dalam pembangunan total tahap sekarang ini serta usaha mengikis korupsi dan kejahatan sekalipun banyak sifat Judas Iskariot yang berjalan terus.

2. Gambaran-gambaran Judas Iskariot modern mungkin dapat diuraikan sebagai berikut. Materialisme dan gaya-hidup yang materialistis secara singkat dapat dirumuskan sebagai (a) suatu teori atau pengajaran bahwa soal-soal jasmaniah adalah realitas yang sejati, seakan-akan semua yang ada dan perwujudan (kejadian) dapat diterangkan sebagai manifestasi atau hasil proses jasmaniah; (b) suatu pengajaran bahwa nilai-nilai tertinggi atau tujuan utama terdapat dalam kenikmatan atau kesenangan secara material dan kemajuan dalam kelengkapan material. Sekalipun tidak pernah ada secara menyeluruh gejala-gejala seperti dirumuskan di atas, suasana yang demikian itu banyak dihadapi pada masa kini disebabkan sulitnya kemajuan-kemajuan di bidang pendidikan dan stratafikasi sosial. Tanpa alat-alat pelicin—seperti uang, pengaruh kedudukan—bagaimana bisa maju? Juga oleh pengaruh dan percobaan hidup modern sekarang ini, yang memperagakan segala macam kenikmatan dan kebutuhan untuk kesenangan, maka pengaruh materialisme semakin terasa dalam segi kehidupan.

Perlu sekali kesempatan yang luas untuk maju dan dihargai di bidang pendidikan, usaha atau jabatan berdasarkan prestasi kerja, dan ketrampilan tanpa banyak “tulang belakang”. Apakah tidak terdapat kecenderungan besar di kalangan pemuda memilih jurusan di perguruan tinggi bukan karena bakat atau keinginan yang bersungguh-sungguh, melainkan didorong oleh proyeksi bahwa jurusan tersebut, setelah tamat belajar, akan memberi pendapatan yang paling besar?

Cara-cara dalam kehidupan modern banyak mirip dengan sistem barter: pelayanan secara persekutuan hidup solidaritas, disiplin kerja dan norma cinta-kasih, sudah dipenuhi oleh “apa yang kau dapat berikan supaya saya memberi pelayanan kepada Saudara”? Apakah hidup ini berjalan dengan sistem barter saja?

Pengaruh materialisme dapat juga dilihat dalam gejala familiisme, sukuisme, kawanisme: keputusan-keputusan demi keadilan dan kasih dikaitkan dengan hubungan-hubungan secara famili, marga, suku, dan teman, bukan prestasi kerja.

3. Materialisme bertalian pula dengan masalah yang dihadapi di sekitar problema seks dan narkotika. Sebagian dari problema seksualitas di luar perkawinan yang sah didorong oleh kemiskinan dan sebagian lagi ialah materialisme, terutama bagi lelaki, yang merasa bahwa segala sesuatu dapat dibeli dengan benda, uang, materi. Tentu soal nafsu, moral terdapat di dalamnya.

Soal narkotika banyak dipengaruhi oleh ketidakpuasan dengan realita-realita sekitar hidup seseorang dan keinginan melarikan diri ke dunia khayal dan impian. Pemakaian narkotika dan bentuk-bentuk perangsang sering terdapat pada kalangan orang-orang berpunya, yang sudah cukup menikmati hasil pembelian dengan materi, tetapi ternyata tak dapat memuaskan dirinya. Frustrasi yang demikian banyak mendorong ke arah mencari pembiusan diri dan pelarian kepada kenikmatan palsu. Terhadap pengaruh materialisme dan pengaruh-pengaruh sampingannya, Alkitab memperingatkan: “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Matius 4: 4).

Masalah iklim kehidupan dalam rumah tangga atau keluarga. Secara pendek keluarga dapat digariskan dalam tiga ragam kegunaan: (a) pembibitan dan pengasuhan atau pendidikan; (b.) pergaulan dan kehidupan bermasyarakat atau bersahabat; dan (c) tempat perlindungan terhadap beraneka ragam ketegangan dan badai hidup dari luar. Yang hendak dikemukakan di sini ialah bahwa krisis yang banyak terdapat sekarang ini dalam kehidupan rumah tangga—sekalipun prinsip-prinsip yang dikemukakan dalam a, b, c, tetap menjadi tugas dan aspirasi kehidupan rumah tangga, dalam kenyataannya, kehidupan rumah tangga menggambarkan aneka-ragam corak cinta-kasih dan atau kebencian, pengasuhan yang bersungguh-sungguh dan atau ketidakpedulian, kedamaian serta pendamaian dan atau percekcokan perkelahian.

Apa yang dipelajari anak-anak dari iklim kekeluargaan sekarang ini? Dalam kehidupan modern ini, dengan berlipat-gandanya kebutuhan serta kesibukan (ibu bapa sering penuh-sesak mencari nafkah, rapat-rapat, dan aktivitas lainnya), masihkah ada sempat waktu untuk bergaul dan mengerti terhadap suka-duka dan frustrasi anak-anak? Bukankah orang-orang tua menjadi guru-guru atau pendidik yang paling penting bagi perkembangan anak-anak dan pemuda-pemudi? Bagaimana pula tentang individualisme yang sekarang sudah mulai memasuki hidup kesatuan kekeluargaan? Bagaimana dengan jiwa materialistis yang sudah menghinggapi rumah-tangga? Bagaimana dengan pengaruh korupsi yang sudah dilihat mata dan didengar telinga anak-anak?

Sehubungan dengan ini adalah pengaruh masyarakat dengan kekakuan-kekakuan struktural dan dinginnya suhu persahabatan. Mungkinkah demikian juga dalam kehidupan gerejani? Timbul demikian banyak kumpulan, sekte, atau “kelompok-kelompok” rohani yang seakan-akan mau melepaskan diri dari organisasi gereja-gereja formal mungkin erat hubungannya dengan ketidakpuasan fungsi-fungsi a, b, c, tersebut.

Akhirnya sekadar tentang korupsi. Tidak banyak yang perlu diungkapkan lagi. Majalah-majalah dan surat-kabar sudah banyak menulis tentang hal ini, tetapi komersialisasi jabatan berupa korupsi pada umumnya memperdagangkan jabatan dan sangat membebani hidup masyarakat.

Judas ialah orang terhormat: seorang murid Yesus atau, dalam bahasa sekarang, yang paling dekat kepada bos; pemegang kas, seorang bendaharawan; dan paling dekat dengan kuasa kerohanian (Yesus) dan kuasa atas materi (uang). Korupsi terbesar terletak pada sifat dan watak antara percakapan Judas dan para imam kepala: “Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” (Matius 26: 14-16). Itulah sistem barter, komersialisasi jabatan, dan pada prinsipnya korupsi ala Judas Iskariot: memperdagangkan kedudukan dan sumpah setia demi keuntungan dan kepentingan pribadi atau rencana pribadi tanpa memedulikan derita orang lain serta nilai-nilai kebenaran, kesetiaan, keadilan, dan kasih. Juruselamat dibarterkan oleh Judas! Alat-alat guna membangun rohani dan materiil, alat-alat membangun manusia pembangun, alat-alat untuk melepaskan manusia sedikit demi sedikit dari kemiskinan, kebodohan, dari belenggu kemelaratan dibarterkan oleh siapa?

4. Sebagai penutup, sekiranya ada titik-titik persamaan kita dengan Judas Iskariot dan para Judas-Judas modern masa kini, ingatlah bahwa Yesus, Anak Allah, Tuhan dan Juruselamat Dunia tetap berseru, “Datanglah kepadaku, bertobatlah, Saya tetap mengasihi engkau.” Etika yang memperbaharui jiwa manusia dan tetap kekal ialah etika berdasarkan iman, pengharapan, dan kasih di tengah semua goncangan, pencobaan, dan tantangan moder- nitas, ilmu dan teknologi dalam usaha membangun manusia pembangun.

Iman, pengharapan, dan kasih bukan hanya konsep telogis atau filosofis, melainkan keaslian atau kemurniaannya mencakup juga realita pelaksanaannya dan kelaksanaannya. Jadi, kasih umpamanya mencakup tindakan, perbuatan kita dalam kesatuan motivasi atau alasan dan dorongan hati untuk berbuat dan cara hati berbuat. Dalam keseluruhan dan kesatuan motivasi dan cara berbuatlah terdapat nilai etis secara etika Kristen yang sekaligus mencakup perbuatan hakiki di hadapan Allah (coram Deo) dan di tengah sesama manusia. Secara sederhana etika digambarkan sebagai usaha untuk melakukan yang baik [dan melawan yang jahat], melakukan yang benar [dan melawan yang salah] secara relevan problema-problema hidup yang dihadapi.