Khotbah Minggu 04 Okt 2015. Kel 12 : 21 – 28. Perbuatan Allah Jadi Adat dan Budaya dalam Kehidupan

Khotbah Minggu 04 Okt 2015

Invocatio : I Korintus 8 : 6
Ogen : Mazmur 150 : 1- 6
Khotbah : Kel 12 : 21 – 28
Tema : “Perbuatan Allah Jadi Adat dan Budaya dalam Kehidupan”

Shalom.

Sebelum memulai khotbah ini, saya ingin mengatakan, jika seandainya kita di tanya, siapakah kita ? tentu kita akan menjawab, kita adalah anak – anak Tuhan, kita adalah pengikut Kristus, kita adalah murid Kristus, benar sekali dan jika itu adalah jawapan kita maka kita tentu akan juga hidup seturut dengan kehendak Tuhan. Karena ketika Yesus datang ke dunia Ia juga tidak hanya menjadi juru selamat manusia, tetapi juga hidup memberikan keteladanan dalam semua kehidupan.

Kita adalah anak – anak Allah dan murid Kristus yang lebih dari sekedar orang percaya yang diselamatkan tetapi juga harus seperti Dia yang benar-benar berfungsi sebagai terang dan garam dunia. Memang proses pembentukan untuk menjadi serupa seperti karakter Kristus tersebut memanglah tidak mudah, tidak terjadi secara instan. Tetapi walau demikian bukan itu yang menyurutkan semangat kita untuk hidup seperti yang dikehendaki Allah, karena kita tau juga bahwa setiap kita berkeinginan melakukan kehendak Allah, maka Ia juga bersama dengan kita dan marilah tetap berjuang untuk serupa seperti Kristus.

Serupa dan dibentuk menjadi lebih serupa dengan karakter ini jugalah yang menunjukkan kelebihan diri kita sebagai orang kristen dibandingkan dengan yang lain. Banyak agama mengutamakan jasa, kehebatan perbuatan dan kebaikan manusia, sehingga manusia bisa ditonjolkan dan mudah – mudahan mendapat tempat di sisi Tuhan. Kita bukanlah demikian, karena kita melakukan segala perbuatan baik kepada sesama manusia bukan karena menginginkan jasa atau mendapatkan tempat disisi Tuhan, tetapi karena kita memang adalah anak Tuhan yang memiliki jiwa dan karakter seperti Bapa dan inilah yang dimaksudkan tema ibadah kita pada minggu ini diaman perbuatan – perbuatan Allah menjadi adat dan budaya dalam Kehidupan kita sehari – hari sebagai anak – anak Allah.

Bahan khotbah minggu ini Kel 12 : 21 – 28, meperlihatkan kepada kita bahwa bangsa Israel mematuhi segala perintah yang diberikan Allah kepada mereka dan menjadikan peritiwa pelepasan dari Mesir itu menjadi kebiasan mereka dan mewariskannya sebagai sebagai sejarah kepada anak cucu mereka dan menjadi sebuah perayaan keagamaan sebagai tanda kepatuhan kepada Allah (Ibr 11 : 28). Ada pun beberapa tindakan Allah yang dapat kita lihat dalam peristiwa pelepasan Israel dari Mesir, dimana tindakan dan perbuatan Allah itu menjadi teladan dalam kehidupan kita pada jaman ini anatara lain :

  • Kel 12 : 21 – 28 memang mengisahkan tentang perayaan Paskah yang dilakukan oleh Israel atas perintah Tuhan. Dimana perayaan itu dilakukan sebelum tulah kesepuluh dijatuhkan atas Mesir, Tuhan memerintahkan Israel untuk menyembelih anak domba dan memakannya bersama dengan roti yang tidak beragi. Perayaan Paskah ini dilakukan sebagai ucapan syukur atas perbuatan Tuhan bagi Israel, yang akan membebaskan mereka dari Mesir. Kekuasaan Tuhan yang luar biasa ini telah disaksikan oleh Israel, mulai dari tulah yang pertama sampai tulah kesembilan. Peringatan ini merupakan peringatan baru dalam kehidupan orang Israel. Namun demikian, peringatan ini harus dilakukan terus-menerus agar nantinya keturunan Israel senantiasa mengingat kuasa Tuhan yang telah mengeluarkan nenek moyang mereka dari perbudakan di Mesir. Dalam Perayaan Paskah ini orng Israel melihat kekuasan Allah. Tapi apakah hanya kuasa Allah ? tidak ! karena di dalam kuasa Allah itu sebenarnya ada yang paling utama yaitu “KASIH” yang diberikan Allah kepada umatNya. Allah memiliki kasih yang sangat besar sehingga Ia melakukan segala hal untuk melepaskan bangsaNya yang tertindas, jadi kasihNya-lah yang mendasari Allah melepaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir.
  • Bangsa Israel dilepaskan dari Mesir, menunjukkan sifat Allah yang “PEDULI” terhadap orang – orang yang menderita. Dimana sifat peduli itu telah mengubah secara drastis kehidupan bangsa Israel yang menderita di Mesir dari perbudakan menjadi bangsa yang bebas dari penindasan dan penderitaan. Dimana sikap peduli itu juga tidak berhenti hanya pada sikap peduli tetapi juga di diwujudkan dalam “TINDAKAN” menuntun bangsa Isarel menuju kebebasan baru setelah ratusan tahun diperbudak.
  • Dengan keluarnya bangsa Israel dari Mesir, hal ini juga memperlihatakan bahwa Alllah menunjukkan diriNya adalah Allah yang “MENGAMPUNI” yang mengampuni segala kesalahan orang Israel yang telah melupakan Allah sebagai Allah mereka ketika hidup di Mesir, yang melupakan mereka adalah keturunan dar Jusuf yang sangat takut akan Tuhan. Namun walau demikian Allah tetap menunjukkan diriNya adalah sebagai Allah yang mengampuni sehingga Allah tidak mengingat akan dosa – dosa bangsa Israel.
  • Setelah diperbudak selama empat ratus tiga puluh tahun, Allah mendatangkan sembilan kali tulah yang memerdekan Israel dari Mesir. Disini Allah yang disembah orang Israel memperlihatkan diriNya sebagai Allah yang sangat cinta akan keadilan untuk orang yang tertindas. Oleh itu jugalah yang diperlihatkan dalam peristiwa keluaran ini sebagai Allah “PENEGAK KEADILAN”.
  • Sifat Allah yang lain dalam bahan khotbah kita minggu ini, memperlihatakan kepada kita bahwa Allah sangat menentang sikap “PERBUDAKAN” dan dengan pembebasan bangsa Israel dari Mesir ini kita melihat bahwa Allah menghendaki agar manusia bisa saling mengasihi satu dengan yang lainnya sehingga tidak ada sistem perbudakan (bd. Kel 21 : 2 ; 21 : 7 -11).
    Tema kita pada minggu ini “Perbuatan Allah Jadi Adat dan Budaya dalam Kehidupan”. Tema ini benar dan mengingatkan fungsi dan tugas panggilan kita sebagai orang kristen, karena hidup kita sebagai anak Allah memang harus menggenapkan rencana-Nya, mengerjakan pekerjaan-Nya. Dengan demikian tema minggu ini sekaligus menjadi sebuah tantangan kepada kita dengan berkata “sifat Allah adalah sifatku dan aku akan melakukan segala pekerjaan yang Engkau perintahkan”.

Kita memang tidak dapat memungkiri bahwa seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, banyak terjadi perubahan kebudayaan dalam masyarakat dari berbagai sisi, seperti dari segi kebiasaan, pola pikir, prilaku, gaya hidup, cara berinteraksi atau gaya berinteraksi dan berbagai macam perubahan realitas sosial. Namun apakah perubahan itu harus merubah diri kita menjadi sama seperti dunia ?

Gereja kita GBKP menamai tahun 2015 ini sebagai “Tahun Peningkatan Sosial Ekonomi dan Budaya Jemaat” sesuai dengan Garis Besar Pelayanan (GBP) GBKP 2010 – 2015. Dalam hal ini tentu kita tidak hanya akan berbicara tentang budaya dan melestarikan budaya meperlihatkan tradisi – tradisi Karo seperti yang kita perlihatkan sekarang ini dalam kegiatan – kegiatan gerejawi. Tetapi kita harus melihat lebih jauh dari itu !. Bukankah kita melihat sekarang ini telah terjadi menipisnya rasa solidaritas dalam kehidupan, menguatnya kecendrungan melakukan nepotisme, fanatisme kelompok (primordial), kolusi, gampang pecah dan banyak hal lagi yang telah menjadi budaya yang kurang baik dalam kehidupan bergereja. Bukankah seharusnya kita melakukan hal yang lebih dari itu dengan memperlihatkan ciri kehidupan Allah dalam kehidupan kita sehari – hari dengan meningkatkan nilai – nilai keadilan sosial, peduli, solidaritas berdasarkan potensi yang kita miliki. Artinya kita tidak hanya ingin berbicara tentang budaya dan memperdebatkan apakah budaya yang mempengaruhi agama atau agama yang mempengaruhi budaya seperti yang dituliskan Helmut Richard Niebuhr (1894-1962) seorang etikus dari Yale University, Amerika Serikat yang menyebut ada lima bagan tentang sikap kekristenan terhadap kebudayaan dalam bukunya “Christ and Culture” yaitu : Paralel, Kontradiksi, Akomodatif, Transformatif, Asimilatif. Kita sering hangat membicarakan pandangan ini padahal sebenarnya kita hanyalah berusaha memperdamaikan kekristenan dengan kebudayaan. Sebenarnya bukan itu yang diperlukan saat ini, sebab sebenarnya yang perlu adalah bagaimana kita memperlihatkan “Perbuatan Allah Jadi Adat dan Budaya dalam Kehidupan” kita sebagai warga GBKP.

Amin.
Pekanbaru 01 Okt 2105.