Khotbah Minggu 04 Okt 2015. Kel 12 : 21 – 28. Perbuatan Allah Jadi Adat dan Budaya dalam Kehidupan

Khotbah Minggu 04 Okt 2015

Invocatio : I Korintus 8 : 6
Ogen : Mazmur 150 : 1- 6
Khotbah : Kel 12 : 21 – 28
Tema : “Perbuatan Allah Jadi Adat dan Budaya dalam Kehidupan”

Shalom.

Sebelum memulai khotbah ini, saya ingin mengatakan, jika seandainya kita di tanya, siapakah kita ? tentu kita akan menjawab, kita adalah anak – anak Tuhan, kita adalah pengikut Kristus, kita adalah murid Kristus, benar sekali dan jika itu adalah jawapan kita maka kita tentu akan juga hidup seturut dengan kehendak Tuhan. Karena ketika Yesus datang ke dunia Ia juga tidak hanya menjadi juru selamat manusia, tetapi juga hidup memberikan keteladanan dalam semua kehidupan.

Kita adalah anak – anak Allah dan murid Kristus yang lebih dari sekedar orang percaya yang diselamatkan tetapi juga harus seperti Dia yang benar-benar berfungsi sebagai terang dan garam dunia. Memang proses pembentukan untuk menjadi serupa seperti karakter Kristus tersebut memanglah tidak mudah, tidak terjadi secara instan. Tetapi walau demikian bukan itu yang menyurutkan semangat kita untuk hidup seperti yang dikehendaki Allah, karena kita tau juga bahwa setiap kita berkeinginan melakukan kehendak Allah, maka Ia juga bersama dengan kita dan marilah tetap berjuang untuk serupa seperti Kristus.

Serupa dan dibentuk menjadi lebih serupa dengan karakter ini jugalah yang menunjukkan kelebihan diri kita sebagai orang kristen dibandingkan dengan yang lain. Banyak agama mengutamakan jasa, kehebatan perbuatan dan kebaikan manusia, sehingga manusia bisa ditonjolkan dan mudah – mudahan mendapat tempat di sisi Tuhan. Kita bukanlah demikian, karena kita melakukan segala perbuatan baik kepada sesama manusia bukan karena menginginkan jasa atau mendapatkan tempat disisi Tuhan, tetapi karena kita memang adalah anak Tuhan yang memiliki jiwa dan karakter seperti Bapa dan inilah yang dimaksudkan tema ibadah kita pada minggu ini diaman perbuatan – perbuatan Allah menjadi adat dan budaya dalam Kehidupan kita sehari – hari sebagai anak – anak Allah.

Bahan khotbah minggu ini Kel 12 : 21 – 28, meperlihatkan kepada kita bahwa bangsa Israel mematuhi segala perintah yang diberikan Allah kepada mereka dan menjadikan peritiwa pelepasan dari Mesir itu menjadi kebiasan mereka dan mewariskannya sebagai sebagai sejarah kepada anak cucu mereka dan menjadi sebuah perayaan keagamaan sebagai tanda kepatuhan kepada Allah (Ibr 11 : 28). Ada pun beberapa tindakan Allah yang dapat kita lihat dalam peristiwa pelepasan Israel dari Mesir, dimana tindakan dan perbuatan Allah itu menjadi teladan dalam kehidupan kita pada jaman ini anatara lain :

  • Kel 12 : 21 – 28 memang mengisahkan tentang perayaan Paskah yang dilakukan oleh Israel atas perintah Tuhan. Dimana perayaan itu dilakukan sebelum tulah kesepuluh dijatuhkan atas Mesir, Tuhan memerintahkan Israel untuk menyembelih anak domba dan memakannya bersama dengan roti yang tidak beragi. Perayaan Paskah ini dilakukan sebagai ucapan syukur atas perbuatan Tuhan bagi Israel, yang akan membebaskan mereka dari Mesir. Kekuasaan Tuhan yang luar biasa ini telah disaksikan oleh Israel, mulai dari tulah yang pertama sampai tulah kesembilan. Peringatan ini merupakan peringatan baru dalam kehidupan orang Israel. Namun demikian, peringatan ini harus dilakukan terus-menerus agar nantinya keturunan Israel senantiasa mengingat kuasa Tuhan yang telah mengeluarkan nenek moyang mereka dari perbudakan di Mesir. Dalam Perayaan Paskah ini orng Israel melihat kekuasan Allah. Tapi apakah hanya kuasa Allah ? tidak ! karena di dalam kuasa Allah itu sebenarnya ada yang paling utama yaitu “KASIH” yang diberikan Allah kepada umatNya. Allah memiliki kasih yang sangat besar sehingga Ia melakukan segala hal untuk melepaskan bangsaNya yang tertindas, jadi kasihNya-lah yang mendasari Allah melepaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir.
  • Bangsa Israel dilepaskan dari Mesir, menunjukkan sifat Allah yang “PEDULI” terhadap orang – orang yang menderita. Dimana sifat peduli itu telah mengubah secara drastis kehidupan bangsa Israel yang menderita di Mesir dari perbudakan menjadi bangsa yang bebas dari penindasan dan penderitaan. Dimana sikap peduli itu juga tidak berhenti hanya pada sikap peduli tetapi juga di diwujudkan dalam “TINDAKAN” menuntun bangsa Isarel menuju kebebasan baru setelah ratusan tahun diperbudak.
  • Dengan keluarnya bangsa Israel dari Mesir, hal ini juga memperlihatakan bahwa Alllah menunjukkan diriNya adalah Allah yang “MENGAMPUNI” yang mengampuni segala kesalahan orang Israel yang telah melupakan Allah sebagai Allah mereka ketika hidup di Mesir, yang melupakan mereka adalah keturunan dar Jusuf yang sangat takut akan Tuhan. Namun walau demikian Allah tetap menunjukkan diriNya adalah sebagai Allah yang mengampuni sehingga Allah tidak mengingat akan dosa – dosa bangsa Israel.
  • Setelah diperbudak selama empat ratus tiga puluh tahun, Allah mendatangkan sembilan kali tulah yang memerdekan Israel dari Mesir. Disini Allah yang disembah orang Israel memperlihatkan diriNya sebagai Allah yang sangat cinta akan keadilan untuk orang yang tertindas. Oleh itu jugalah yang diperlihatkan dalam peristiwa keluaran ini sebagai Allah “PENEGAK KEADILAN”.
  • Sifat Allah yang lain dalam bahan khotbah kita minggu ini, memperlihatakan kepada kita bahwa Allah sangat menentang sikap “PERBUDAKAN” dan dengan pembebasan bangsa Israel dari Mesir ini kita melihat bahwa Allah menghendaki agar manusia bisa saling mengasihi satu dengan yang lainnya sehingga tidak ada sistem perbudakan (bd. Kel 21 : 2 ; 21 : 7 -11).
    Tema kita pada minggu ini “Perbuatan Allah Jadi Adat dan Budaya dalam Kehidupan”. Tema ini benar dan mengingatkan fungsi dan tugas panggilan kita sebagai orang kristen, karena hidup kita sebagai anak Allah memang harus menggenapkan rencana-Nya, mengerjakan pekerjaan-Nya. Dengan demikian tema minggu ini sekaligus menjadi sebuah tantangan kepada kita dengan berkata “sifat Allah adalah sifatku dan aku akan melakukan segala pekerjaan yang Engkau perintahkan”.

Kita memang tidak dapat memungkiri bahwa seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, banyak terjadi perubahan kebudayaan dalam masyarakat dari berbagai sisi, seperti dari segi kebiasaan, pola pikir, prilaku, gaya hidup, cara berinteraksi atau gaya berinteraksi dan berbagai macam perubahan realitas sosial. Namun apakah perubahan itu harus merubah diri kita menjadi sama seperti dunia ?

Gereja kita GBKP menamai tahun 2015 ini sebagai “Tahun Peningkatan Sosial Ekonomi dan Budaya Jemaat” sesuai dengan Garis Besar Pelayanan (GBP) GBKP 2010 – 2015. Dalam hal ini tentu kita tidak hanya akan berbicara tentang budaya dan melestarikan budaya meperlihatkan tradisi – tradisi Karo seperti yang kita perlihatkan sekarang ini dalam kegiatan – kegiatan gerejawi. Tetapi kita harus melihat lebih jauh dari itu !. Bukankah kita melihat sekarang ini telah terjadi menipisnya rasa solidaritas dalam kehidupan, menguatnya kecendrungan melakukan nepotisme, fanatisme kelompok (primordial), kolusi, gampang pecah dan banyak hal lagi yang telah menjadi budaya yang kurang baik dalam kehidupan bergereja. Bukankah seharusnya kita melakukan hal yang lebih dari itu dengan memperlihatkan ciri kehidupan Allah dalam kehidupan kita sehari – hari dengan meningkatkan nilai – nilai keadilan sosial, peduli, solidaritas berdasarkan potensi yang kita miliki. Artinya kita tidak hanya ingin berbicara tentang budaya dan memperdebatkan apakah budaya yang mempengaruhi agama atau agama yang mempengaruhi budaya seperti yang dituliskan Helmut Richard Niebuhr (1894-1962) seorang etikus dari Yale University, Amerika Serikat yang menyebut ada lima bagan tentang sikap kekristenan terhadap kebudayaan dalam bukunya “Christ and Culture” yaitu : Paralel, Kontradiksi, Akomodatif, Transformatif, Asimilatif. Kita sering hangat membicarakan pandangan ini padahal sebenarnya kita hanyalah berusaha memperdamaikan kekristenan dengan kebudayaan. Sebenarnya bukan itu yang diperlukan saat ini, sebab sebenarnya yang perlu adalah bagaimana kita memperlihatkan “Perbuatan Allah Jadi Adat dan Budaya dalam Kehidupan” kita sebagai warga GBKP.

Amin.
Pekanbaru 01 Okt 2105.

Suplemen Khotbah Minggu GBKP 31 Mei 2015 “I jenda aku suruhlah Tuhan” Yes 6 : 1 – 8

Invocatio : Jeremia 1 : 5
Ogen : Ket 4 : 1 – 11
Khotbah : Yes 6 : 1 – 8
Tema : I jenda aku suruhlah Tuhan

Shalom.

Ope menaken khotbah ibas minggu enda, ateku maka ras kita ngendeken lagu si lit ibas KEE 102 : 4 “O Tuhan bre man kami krina KesahNdu si Badia simpar min. Ijenda kami sikap krina. Endalanisa nge si man dahin. Tah katawari pe erkata kam Tuhan, i jenda kami suruhlah Tuhan”. Lagu enda cukup populer ibas gerejanta dingen rusur pe iendeken sebage pengajuk man banta guna mertitaken berita si meriah ras tentu seh ngayak genduari pendilo lagu enda nggeluh ibas dirinta, emaka nintalah dage lebe ras – ras melaskenca kerina kita, ninta dage ras – ras : “TAH KATAWRI PE TUHAN. ERKATA KAM I JENDA KAMI SURUHLAH TUHAN”. Sibelasken kita e me komitmenta ras Tuhan dingen katawari pe kita siap sedia i pake Tuhan. Amin …. ? sebab pendilo guna meritaken berita si meriah, lanai bo hanya terbatas man pejabat gereja saja tapi pendilo e seh man banta kerina kalak kristen si enggo ndatken penebusen Kristus dingen pendilo e si jabab ibas kerina aspek kita nggeluhken kegeluhenta.

Minggu enda isingetken me man banta kerna pendilo nabi Yesaya si encidahken man banta maka nabi Yesaya tuhu – tuhu encidahken ketutusenna ibas ngaloi pendilo Tuhan dingen ndahiken dahin si isuruh Tuhan, alu nina ngaloi Tuhan “I jenda aku Tuhan suruhlah aku” padahal ibas paksa sie dahin e tuhu – tuhu memiliki tantangen si mberat erkiteken ibas masa e, kegeluhen bangsa Yehuda lit ibas keadaan krisis secara Spiritual, Sosial ras Politik. Lit pe tujun pendilo Tuhan si isehkenNa man Yesaya eme guna mengubahken situasi kegeluhen bangsa Tuhan, gelah bangsa e tetap nggeluh ibas teruh undang – undang Tuhan. Guna lebih jelasna mari sinen pendilo si isehken Tuhan man Yesaya e erpalsaken bahan khotbahta ndai Yesaya 6 : 1 – 8 sinuriken :

  • Pendilo e bermula kenca kematen raja Uzia, sekalak raja simehuli sierbahanca kegeluhen kalak Yehuda nggeluh ibas kemakmuren, tapi kenca kematen raja Uzia, kalak Yehuda nggeluh nggeluh erbana – bana, erkiteken lanai lit pemimpin bagi raja Uzia ulina. Ibas masa kegeluhen sibage me Yesaya ndatken pengenehenen dingen ngidah kemulian Tuhan i rumah pertoton si ikelilingi malekat Serafim alu muji – muji Dibata alu ngataken “Badia, badia, badia ! Tuhan simada kuasa badia kap ! doni enda dem salu kemulianNa” (Yes 6 : 1 – 3).
  • Ibas pengenehenen e Yesaya ngerasaken ras mengakui keberadan dirina sebage kalak perdosa, dingen la iakapna ia metunggung ngidah kemulian Dibata dingen sitik pe lalit pembenaren diri si isehkenna man Dibata, tapi nina “Cilaka aku, lanai lit arapen man bangku. Sebab alu matangku enggo kuidah Raja, Tuhan simada kuasa, adi tep –tep ranan simentas arah biberku dosa kerina, janah aku pe ringan i tengah bangsa ija tep – tep kata si ibelaskenna dem alu dosa” (Yes 6 : 5). Ibas pengakun Yesaya nandangi dirina sebage kalak perdosa, Dibata ncidahken kuasa ras keleng ateNa alu mbersihken Yesaya ibas kerina kesalahen ras dosa – dosana nari ija malekat Serafim muat rara si lit ibas batar – batar persembahen jenari ngkuitkenca ku biber Yesaya. Sie me jandi tanda maka Yesaya enggo bersih ibas dosa – dosana nari. Ertina rara api e me jadi lambang pembersihen dosa – dosa Yesaya (Yes 6 : 6 – 7). Ertina ibas ayat enda Yesaya pe sekaligus mengakui dirina sebage kalak perdosa ras memerluken pengampunen ibas Dibata nari. Kuakap ntah kita pe perlu nge mengaku dosa man Dibata bagi Yesaya enda, adi lit kin dosa si ibahan ningku sendah siakukenlah gelah sidat pengalemi dosa, gelah kita pagi bagi iblis si la pernah ndatken pengampunen ibas Dibata nari. Ilustrasi : Sekali jadi Iblis protes man Tuhan, nina ; O Tuhan kam pe labo Dibata si adil, kerina manusia si ngelakoken kejahaten ras tuhu – tuhu erdosa tetap ialemiNdu ras ialokenNdu jadi anakNdu. Aku iblis, engkai maka la pernah ialemiNdu kesalahenku ? kenca Iblis dung nehken protesna man Dibata. Emaka nina Dibata man iblis alu sederhana, nina : Pernah kin kam mindo ampun ras mindo pengalemi dosa man bangku ? la kap kam pernah mindo ampun ras pengalemi dosa, maka Aku pe la pernah ngaloken kam nari jadi warga kinirajan surga …. hehehehe.. kepeken payo tuhu, sejarah Alkitab memang nuriken iblis memang la pernah nuriken mindo ampun ras pengalemi dosa man Dibata. Arah ilustrasi enda ateku motong bahan khotahta, ateku ngatakenca man banta maka Dibatanta e memang tuhu maha pengampun, emaka adi lit kin kesalahen akukenlah man Dibata gelah ialemiNa bagi Ia ngalemi dosa Yesaya erkiteken pengakunna, maka bage ka me Dibata minter mbersihken kerina dosa si lit ibas dirinta adi lit kin dosa ras kesalahenta, jadi labo man timanken ula keras kepala bage iblis … akukenlah, sebab Dibata memang tuhu erkeleng ate man kalak si nggit ngakui kerina kesalahenna.
  • Kenca pembersihen e, Dibata nungkun ras sekaligus menantang Yesaya alu ngataken “Ise ndia Kusuruh ? ise ndia nggit maba berita ibas Aku nari ?” kalimat enda labo saja kalimat perintah tapi sekaligus kalimat si menantang Yesaya, nggit ntah lang Yesaya ndahiken dahin si endesken Dibata man bana. Malem ate Dibata sebab Yesaya ngaloi pendilo ras tantangen Tuhan e alu ngaloi “Aku, sueruhlah aku” (Yes 6 : 8).

Ibas awal ndai menaken khotbah enda enggo ndai kuajak kita ngendeken KEE 102 : 4 “ … Tah katawari pe Tuhan, erkata Kam i jenda kami suruhlah Tuhan” ras enggo si belasken pe “TAH KATAWRI PE TUHAN. ERKATA KAM I JENDA KAMI SURUHLAH TUHAN” emaka isungkun denga me kita kerina si pulung ibas wari sendah enda, Uga dage ninta …. ?

Dage arah nats enda ras tema enda melala kel siman dahinta, ibas sie piga – piga sibanci isingetken man banta ibas paksa enda eme :

  • Ibas kinata kegeluhenta uga dage ninta ? adi si idah kegeluhen kalak si tuhu – tuhu memprihatinken, sitading ibas rumah – rumah sila layak huni, itepi kali, iteruh kolong jembatan, daerah pinggiren rel, tunduh hanya beralasken koran, lit ka pe kalak si lanai tersekolahkenna anakna erkiteken biaya pendidiken si mahal, pengemis ras gelandangen, ibas kecibal sideban lit ka pe sipinakiten silanai tertambari erkiteken enggo keri sinasa lit, seh maka guna encukupi kegeluhenna pe enggo gali lobang tutup lobang, seh dungna maka lobangna me igali. Ninta kap rusur “Saya di berkati untuk memberkati“, me si praktekken dage gaya kegeluhen “saya di berkati untuk memmberkati e ? sebab guna sie me kita idilo, emaka perlu kuakap kita mengambil sikap ngelakoken tindakan sinyata, alu nungkun kempak dirinta kai dage si banci kubahan. Kristus reh ku doni enda guna krina manusia dingen kita me siterpilih guna ndahiken dahin sie, emaka mari si pakeken kerina kengasupenta guna ngelakoken perbahanen simehuli man kalak situhu – tuhu membutuhken kehadirenta sebage orang kristen yang peduli sebage gereja yang peduli.
  • Ibas sisi sideban secara pribadi pe sendah isingetken pe man banta kubas kai si isingetken Yesaya sebage dosa inti ibas nats khotbah enda eme “Cilaka aku, lanai lit arapen man bangku. Sebab alu matangku enggo kuidah Raja, Tuhan simada kuasa, adi tep –tep ranan simentas arah bibeiku dosa kerina, janah aku pe ringan i tengah bangsa ija tep –tep kata si ibelaskenna dem alu dosa”, ayat 5 enda ngerana kerna “Kenajisan Bibir” ertina Yesaya menyadari kel maka biber pe sebagai salah satu sumber dosa simengeriken erkiteken memang ibas paksa sie mbue kel “basa – basi” sindarat ibas babah kalak Yehuda nari sierbahanca nembeh ate Dibata. Alu bage kepeken maka situhuna lanai bo perlu kel mbuesa ngerana tapi marilah si pebue tindaken – tindaken sinyata sebab memang adi cakap saja labo lako (bd. Yes 1 : 1 – 29).

Dage, selamat ngaloken pendilo ibas Tuhan nari, mari sidahiken dahin meritaken berita si meriah ibas tindaken – tindaken sinyata. Gerejanta GBKP jelas kel ngueken pendilo Dibata e alu nulisken Yes 6 : 8 ibas logo GBKP ras memang la banci si pungkiri, maka enggo me melala si lakoken ibas menjawab pendilo e ibas sie tentu pe iarapken tuhu – tuhu dukungenta sebage warga GBKP guna mensuksesken kerina program gerejanta alu si tatang – tatangen ras saling mendukung gelah alu bage arah gerejanta pe tetap ermulia Dibata.

Amin.
Pekanbaru 27 Mei 2015.

“Labo Lit Si Metahat Ibas Tuhan” Lukas 1 : 26 – 38

Introitus : “Lit Kin Si Metahat Ibas Tuhan” (Kej 18 : 14a)
Ogen : 2 Sam 7 : 1, 11 – 16
Khotbah : Lukas 1 : 26 – 38
Tema : “Labo Lit Si Metahat Ibas Tuhan”

Syalom.
Selamat Minggu Advent.

Ibas kegeluhenta sitep-tep wari, enggo me semal silakoken ngalo-ngalo, terlebih – lebih ibas kerja-kerja, maka sukut si mada kerja enggo me nge ngaturken gelah sikap ia ngalo-ngalo temue janah biasana pe ibahan tanda-tandana subuk e ibas acara meriah ukur ntahpe sanga erceda ate. Alu litna singalo – naglo maka sikap kel iakap temue ibas kerehenna dingen i hagaken kel me iakapna ia.

Minggu enda enggo kita seh kubas minggu Adven si peempatken. Janah ibas setiap minggu Adven i singetken man banta gelah kita lebih mempersiapken hati, pikiren ras kinitekenta nandangi kuasa Dibata ibas diri kristus dingen mempersiapken diri nandangi kerehen Kristus si peduakaliken “sebagai Hakim Agung“, emaka perlu kel sirenungken uga sikapta ibas ngalo-ngalo kerehen Tuhan Yesus enda. Sebage persinget man banta ; maka ibas kita ersikap ngalo – ngalo, e perentahNa kap, janah ibas klimaks kerehenNa pagi merupaken kesimpulen terakhir kerna keberadanta ilebe-lebe Dibata, apakah kita ngaloken keselamaten ntah lang. Alu bage maka ibas minggu – minggu advent enda tetaplah si persiapken dirinta ngalo – ngalo Kristus, dingen megah kel me min pagi iakap Tuhan ibas sikapna dirinta ngalo – naglo kerehenNa, erkiteken memang kita enggo ersikap ndauh – ndauh wari ope Ia reh.

Kai kin si man dahinta ibas ngalo-ngalo/nimai kerehen Tuhan? Tentu labo hanya sekedar menghadiri pertemuan-pertemuan ibadah (er-Natal), rsd, tapi si isi waktu-waktu nimai kerehen Tuhan e, alu tetap nggit ngalemi kalak si ersalah man banta, nggit rusur ngukuri guna kiniulin kalak sideban, encidahken kesetian ibas jabunta, ncidahken keleng ate nandangi orangtua,erkeleng ate nandangi kalak sideban, ernalem man Dibata ibas kerina kiniseran, perbeben bagepe ibas keriahen-keriahen si lit, termasuk ibas ngerencanaken dahin-dahinta, rsd. Alu bage maka ibas kerehenNa pagi, kita la ketunduken sanga ngadi-ngadi ntah sanga la ngelakoken kai si ngena ate Tuhan.

Minggu enda kita  pegegehi alu kata Dibata si seh man erpalasken Lukas 1 : 26 – 38. Mari dage si uri kai si ituriken arah bahan khotbahta enda guna banci jadi penjemba man banta gelah tetap nggeluh setia ibas Tuhan ras ngidah belinna keleng ate Tuhan nandangi kegeluhenta :

  • Kisah si terjadi si ituriken ibas kitab Lukas enda kenyataan, ertina labo terjadi secara “kebetulan” tapi fakta sejarah si jadi erkiteken kuasa Dibata.
  • Kisah e menggemparken seluruh dunia sebab beritana labo berita lokal ntah hanya sebagai fenomena simenggemparken sesaat saja dungna masap.
  • Kisah Jusuf ras Maria la banci sinen hanya sepintas saja sebagai cerita natal, sebab ibasa melala hal sibanci jadi perenungen man banta. Jusuf sebagai kalak si bujur (Mat 1 : 19), ngaloken kerina rencana Dibata si jadi man bana, seh maka tetap ibuatna Maria jadi ndeharana sebab ia yakin maka kerina si jadi e rencana Dibata kap. Bagepe Maria si “Mengaminken” kai siterjadi man bana, erkiteken perkataan malekat man bana “Sabab la lit si metahat ibas Tuhan” (Luk 1: 37). Alu bage banci si kataken maka Maria ras Jusup berbangga hati sebab duana ia ntah keluargana i pake Dibata jadi “Perwujudan” keselamaten Dibata nandangi manusia.
  • Perkataan malekat “Sabab la lit si metahat ibas Tuhan” (Luk 1: 37) enda pe situhuna sekaligus ngataken “maka la lit ka si metahat (mustahil) man kalak si tek” Maria ibas ngaloken kerina si jadi man bana tentu e i dasari ibas kinitekenna man Dibata, sebab la mungkin ia ngueken kerina perkataan malekat man bana adi la kin ia tek.
  • Bageme isingetken kerna kuasa Dibata si jadi man Maria ras Jusuf, janah kerina e jadi i luar dugaan kalak enda entah i luar perencanaan, tapi jadi erkiteken Dibata makeken kuasaNa. Alu bage bage maka arus ka pe si yakini ibas kegeluhenta kai pe banci jadi adi Dibata makeken kuasaNa.

Ibas bahasa kinitekenta rusur kel ibelasken maka “La lit si metahat ibas Dibata (Tiada yang mustahil Bagi Allah)”, tentu kata e siyakini kel sebage kalak si tek, erkiteken memang “kuasa Dibata la terbatas erkiteken situasi ntah keadaan”. Tapi amin bage gia maka mekatep ibas kegeluhenta enda erkiteken kurangna kinitekenta, lanai kita erpengarapen man Tuhan, mungkin e erkiteken :

  • Penakit si la malem – malem gia enggo latih siakap ertambar.
  • Usaha ntah bisnis si mengalami kerugian si mbelin si erbahanca kita gulung tikar.
  • Lalap lenga lit anak i pupus i tengah jabu.
  • Perbulangen si lenga merubah sikap burukna, erjudi, minem – minem, rsd.
  • Anak – anak si la megiken ajar orang tua, rsd.

Siakap tempa kai si jadi bagi si enggo isingetken i datas ndai, lanai banci berubah, seh maka kita pe pasrah ras berusaha menerima situasi sijadi, padahal ibas Tuhan la lit si metahat. Ertina ibas waktu sekejap persoalen kegeluhenta e banci min kita berubah. Ibas Pustaka si Badia pe melala ituriken kerna kuasa mujizat Tuhan siterjadi man kalak si erkemalangen man baNa, umpamana :

  • Abraham ras ndeharana Sarai si ndatken anak ibas umurna si enggo metua.
  • Zakaria pe ermeriah ukur dingen mujiken Tuhan erkiteken ibas umurna si enggo metua, maka ndeharana Elisabet, mehuli kulana janah melahirken sekalak si meblin eme Yohanes Peridiken.
  • Hana si melahirken nabi si mbelin eme Samuel.
  • Bagepe mujizat – mujizat Tuhan nandangi kalak si sakit si menahun, si setanen, kerina i pepalem Tuhan Yesus.

Dage, adi “ibas Tuhan la lit si metahat” uga nge dage ninta ndatken kerina kuasa ras keleng ate Tuhan e, tentu e jadi pergumulenta ? lit pe piga – piga si arus silakoken ras siyakini sebage kalak si tek eme :

  • Nggeluhlah alu tuhu – tuhu erkemalangen man Tuhan, erkiteken kerina persoalen kegeluhenta e kitik kel kap adi ibas Dibata, sebab Dibata memiliki 1001 satu jalan guna nampati kita.
  • Ula kel sekali – kali kita membatasi kuasa Dibata. Ibas sienda ateku ngatakenca maka kita manusia memang hanya memiliki kemampuan menyelesaiken persoalen/perbeben kegeluhenta kidekah persoalen e banci si logikaken tapi arus ka pe sisadari maka kita enda secara manusia terbatas kel kap baik e secara fhisik, jiwani ntah pikirenta ras erkiteken sie maka kita tetap membutuhken pertolongen janah pertolongen si tepat kel eme si rehna ibas Tuhan simada kuasa. Sebge contoh ibas pengalamen kegeluhenta, perdiatekenlah maka ibas kegeluhenta mekatep denga kel jadi hal – hal si iluar kemampuanta, la terduga, mustahil tempa siakap tapi si mustahil e me jadi, alu bage jelas dage man banta maka manusia memiliki kelemahenna tapi Dibata tuhu – tuhu erkuasa.
  • Kita pe arus tek Tuhan tetap nge mperdiateken krina kegeluhen anak – anakNa terlebih – lebih si ernalem tuhu – tuhu man baNa saja. La pernah menduaken Tuhan Dibata.  (Kel 20 : 3 bd, Jakup 4 : 5).

Alu bage, endeskenlah dage kerina perbebenta man Dibata saja arah pertotonta, sebab ietehNa kel nge kerina kelemahen ras keterbatasenta, la lit Dibata lebihen asangken kuasaNa, la lit Dibata erkeleng ate bagi keleng ateNa, dingen kerina padanNa man banta pasti i genepiNa bagepe labo pernah ipediatNa si ikelengiNa erdalan si sada, emaka si perlu man banta eme tetap tek, ernalem nandangi kuasa ras keleng ate Tuhan, erkiteken kuasa ras keleng ate Tuhan e nge ngenca simampu menjawab “kemustahilan/simetahat” ibas pengakap manusia.

Minggu enda minggu Adven si peempatken, tentu enggo pe sipersiapken kerina dirinta guna ngalo – ngalo kerehen Tuhan, bagepe tentu enggo ersikap kita, guna natal si iperingeti sebage perayaan grejawi, ibas sie kerina meriahlah siakap ibas perayaan natal e, sebab Tuhan pe pasti mereken keriahen man kalak si kelsehen, kesusahen, kesehaten man kalak si sakit, mujizat man kalak si ngarapken tuah ibas jabuna, keriahen man kalak si sulit secara ekonomi erkiteken “ibas Tuhan memang la lit si metahat”.

Amin.