SAYA BAPA KELUARGA

SAYA BAPA KELUARGA

IMG_20140705_212927 - CopySaya Bapa Keluarga. Itu adalah prinsip yang sangat pegang, mengetahui artinya sebagai Bapa Keluarga dan oleh itu sangat mengemban fungsi dan tanggung jawab sebagai Bapa di dalam keluarga. Dan sangat bersyukur kepada Tuhan karena dianugrahi tiga orang anak yang menjadi kebahagian kami di dalam keluarga, dua putra dan satu putri adalah kebahagaian yang tiada taranya dari kasih yang diberikan Tuhan.

Saya dan istri saya bukan lahir dari keuarga yang kaya, sejak menikah saya tau istri saya tidak memiliki pekerjaan dan tidak memiliki banyak keahlian, dia tidak sepandai wanita lainnya yang hebat berkarya, wanita karir, memiliki pekerjaan atau pandai berkerja menambah pendapatan keuangan keluarga. Tetapi saya sangat menaruh hormat kepadanya dengan segala kekurangannya, terlepas apa kata orang lain tentang dirinya, bagiku dia adalah istri yang baik, dia telah menjadi ibu bagi anak – anak kami, melakukan pekerjaanya sebagai seorang ibu rumah tangga dan tidak banyak banyak menuntut ini –  itu. Dia adalah kebahagian kami memiliki seorang ibu yang baik dan juga mengerti akan kelebihan dan kekurangannya.

Jika berkarta tentang anak – anak. Anak – anak saya juga, tidak begitu luar biasa, mereka juga di didik menjadi menjadi orang yang tau diri dan sangat bersyukur mereka mengetahui keberadaan kami sebagai orang tuanya dan bagi kami mereka putra – putri kami dan harta kami yang sesungguhnya, dan untuk mereka kami akan selalu ada dan akan selalu memberikan yang terbaik bagi mereka.

Saya Bapa Keluarga, selalu merasa berhutang jika tidak dapat membahagiakan keluarga, merasa berhutang jika tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga, oleh itu mencukupi kebutuhan keluarga  bagi saya adalah sebuah tanggungjawab yang tidak bisa di lalaikan. Dan tentunya sebagai orang tua dan bagaimana umumnya orang tua yang memiliki harapan besar terhadap anak – anaknya, demikian jugalah harapan besar kami terhadap putra – putri kami, yang berharap emnjadi orang penuh hikmat dan kebijaksanaan, memiliki pengetahuan dan memiliki masa depan yang baik.

Saya sebagai Bapa keluarga akan melakukan apa saja untuk mencukupi kebutuhan keluarga saya, karena memang tidak mau anak – anak saya menjadi orang yang tidak memiliki masa depan yang baik, tidak memiliki pekerjaan, hidup dengan terlunta – lunta, saya mau mereka kelak dapat hidup baik, oleh itu saya memang kerja keras, ya kerja keras buat mereka dan keluargaku.

Dalam kerja keras saya, memang saya melakukan pekerjaan melayani sebagai tuntutan dari pekerjaan saya dan juga menjadi distributor sebagi side job saya. Apakah itu salah, apakah saya tidak memiliki iman, apakah saya tidak percaya kepada Tuhan ? sehingga harus melakukan side job yang lain.  Jangan bertanya soal itu, saya sangat percaya kepada Tuhan dan juga jika ditanya soal iman ? saya sangat beriman kepada Tuhan. Lalu kenapa saya harus memiliki side job ?

Mungkin saya akan menjawab dengan judul tulisan ini ‘Saya Bapa keluarga’. Saya tahu dan sangat mengetahui apa yang dibutuhkan keluargaku, apa yang harus saya berikan bagi mereka. Lalu apakah tidak percaya akan kasih dan anugrah Tuhan ? saya menjawab sangat mempercayainya, tetapi  saya juga tidak hanya mau memanfaatkan kata beriman sehingga tidak melakukan apa – apa dan juga memang sangat tidak mau mengkomersialisasi pelayanan saya.

Tuhan memberi kita kemampuan dalam hidup dalam berbagai kemampuan diri dan sangat bersyukur, Tuhan memberi saya berbagai kemampuan, oleh itu saya mengembangkan diri  dengan tidak hanya bersyukur dan mensyukuri saja, tetapi juga harus mengembangkan dan memberdayakan diri di dalam segala hal. Saya Bapa Keluarga dan sangat mencintai keluarga saya dan tidak mau mereka hidup dengan kekurangan, karena saya memang bisa mencukupkan keperluan mereka dengan segala kemampuan yang Tuhan berikan kepada saya.

Pekanbaru. 10 Des 2017.

SEMINGGU ERCAKAP – CAKAP KERNA DEWASA

SEMINGGU ERCAKAP – CAKAP KERNA DEWASA

Seminggu  ercakap – cakap kerna “dewasa” ibas erbage – bage tema, alu pengarapen reh dewasana kerina kegeluhenta ibas kai – kai pe. Mbue pengertin ntah pe defenisi kata “dewasa”, saja banci simpulken, kalak sidewasa eme kalak si enggo ndatken kematangen ibas kerina kegeluhen, eme kalak singgeluh alu dem hikmat ras kebijaksanaan ibas kerina prilaku, cara berpikir ras bertindak. Ibas pengertin sibage rupana melala ungkapen kerna “dewasa” digen  rusur ibelasken ibas erbage – bage ungkapen ntah ibas aktifitas kegeluhen, umpamana :

“Selamat ulang tahun ya, semoga panjang umur, sehat dan apa yang kamu cita – citakan tercapai, juga tambah dewasa”

 “Lampas kam mbelin janah tambah dewasa kam ibas kerina kegeluhen”,”Adi enggo mbelin ula nai bage anak – anak”

 “Jong nguda e pe adi iparaken metua ka nge dungna”

Lit piga – piga ukuren kedewasaan, banci iktaken dewasa secara Fhisik, Moral, Sosial ras dewasa secara Spiritual, umpamana, secara hukum Perdata kalak dewasa ikataken adi umurna enggo 21 thn, erkiteken ianggap enggo mampu mpertanggungjawabken kerina perbahanenna i mata hukum,  ibas undang – perkawinen ikataken 18 thn  enggo dewasa dingen banci erjabu erkiteken lanai ibawah kekuasan orang tua ras menurut ilmu Psikologi sekalak ahli si tergelar Hurlock ngatakenca lit 3 tingkaten menuju kedewasaan ntah ikataken sekalak enggo dewasa 3 eme :

Masa dewasa awal / Young adult : Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, priode isolasi sosial, priode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Kisaran umurnya antara 21 tahun sampai 40 tahun.

Masa dewasa Madya / Middle adulthood : Masa dewasa madya ini  berlangsung dari umur empat puluh sampai enam puluh tahun. Ciri – ciri yang menyangkut pribadi dan sosial antara lain; masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri – ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu priode dalam kehidupan dengan ciri – ciri jasmani dan prilaku yang baru. Perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang – kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan social.

Masa usia lanjut / masa tua/older adult : Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai mati, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Adapun ciri – ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosialnya adalah sebagai berikut ; perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, peruban kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi psikologis, perubahan dalam sistem syaraf, perubahan penampilan.

Jadi menurut pakar Psikologi enda maka lit sada perdalanen si nggedang menuju kedewasaan. Ibas gerejanta ungkapen kedewasaan pe situhuna teridah arah kategorial si lit ibas gerejanta KA –  KR, PERMATA, MORIA – MAMRE ras LANSIA (Zaitun). Tapia min bage gia maka la kita banci terlepas ukuren usia enggo ngatakenca sekalak dewasa sebab lit ungkapen ngatakenca nina “Setiap orang pasti akan tua. Tapi dewasa itu pilihan dan tidak semuanya mampu ke sana” ertina maka kedewasaan sekalak jelma labo iukur arah usia, sebab melala ka kel nge si idah sekalak singuda dengan bertindak ras berprilaku sebage kalak sidewasa.

Pustaka Si Badia pe melala ngerana kerna kata “dewasa” umpmana : Kej 34 : 24, II Taw 15 : 13, Neh 10 : 28, Yoh 9 : 21, Rom 2 : 20, IKor 3 : 1 ;  I Kor 13 : 11,  I Kor 14 : 20, Ef 4 : 13, Ef 4 : 12, Heb 5 : 14, rsd. Alu bage maka Pustaka Si Badia pe ngerana kerna dewasa, erkiteken memang penting kel kedewasaan ibas kerina kegeluhen terlebih – lebih ibas kegeluhen spiritualta.

Sada minggu kita ngerana kerna “dewasa” alu pengarapen kita semakin dewasa ibas kerina kegeluhen  ibas kai – kai pe, seh maka arah kedewasannta tuhu ermulia Tuhan, ija kita semakin dewasa secara rohani (Heb 5 : 11 – 14), dewasa ibas kerina perkataan (I Kor 13 : 11, Kuan – kuanen 16 : 24 ; 17 : 27 – 28), deawasa ibas pengertin, pikirien ras tindaken (I Kor 14 : 20), la merasa lebih hebat asangken kalak sideban (Flp 2 : 3 – 4).

Sulitkah ? labo memang menukah jadi kalak sidewasa, ibas melaskenca memang cukup menukah banci jadi mesera kel ibas mpraktekkenca, tapi ngarap kita ibas kita ercakap – cakap kerna dewasa ibas sada minggu enda semakin mengalami pertumbuhen kedewasanta ibas kai – kai pe sehku tingkat kedewasaan si sempurna ibas Kristus, erkiteken persadanta ras kristus (Kol 1 : 1 8 ; 2 : 7)       .

Selamat menjadi kalak si dewasa ibas kerina kegeluhen, Tuhan simasu – masu. Pekanbaru. Selasa 21 November 2017

PAGI INI SAYA BERDOA TENTANG MUJIZAT YANG LAIN

PAGI INI SAYA BERDOA TENTANG MUJIZAT YANG LAIN

Saya memperhatikan banyak orang berdoa, mulai dari jemaat biasa bahkan sampai kepada hamba Tuhan berdoa untuk mendapatkan mendapatkan mukjizat. Doa meminta mukjizat supaya lepas dari berbagai persoalan kehidupan, doa mendapatkan mujizat semoga menjadi orang sukses, doa mendapatkan mujizat semoga sembuh dari segala penyakit, doa mendapatkan mujizat semoga disukai bos dan naik jabatan, doa mujizat supaya dan supaya ….

Pagi ini saya mulai berdoa tentang mujizat yang lain, berdoa memohon mujizat itu nyata pada diriku sendiri, berdoa memohon kepada Tuhan menjadikanku mujizat itu sendiri, kehadiranku di kehidupan ini, seluruh yang ada padaku menjadi sebuah mujizat bagi setiap orang, uangku mejadi mujizat nyata bagi yang mebutuhkannya, talentaku mejadi mujizat bagi orang lain, kiranya selama aku hidup, hidupku benar – benar mujizat bagi setiap orang dan itulah mujizat yang nyata bagiku.

Sedikit tulisan pagiku hari ini merenung kembali tentang arti hidup yang sesungguhnya bersama dengan Dia, Tuhan yang benar – benar mujizat bagi setipa kehidupan manusia.

Pekanbaru. Kamis 16 Nov 2017.

LUGU BAK NASRUDIN

LUGU BAK NASRUDIN   
(Ini salah satu ilustrasi yang saya suka dan ilustrasinyasering saya pakai dalam khotbah – khotbah saya)

Nasrudin dikunjungi seorang teman yang membawa seekor bebek. Maka nasrudin pun memasak sop bebek dan menyantapnya berdua. Sekitar sejam setelah temannya pulang, datanglah seorang yang sama sekali tidak di kenal Nasrudin. Orang itu berkata, “Aku adalah teman dari teman yang membawa bebek tadi.” Memang masih ada sisa sop bebek itu, namun hanya sedikit sekali. Cepat – cepat Nasrudin menambah air lalu menyajikannya. Sejam kemudian datang lagi seorang yang tidak dikenal dan berkata, “Aku adalah teman dari teman dari teman yang membawa bebek.” Nasrudin bingung. Sisa kuah sop itu sudah tinggal sedikit sekali. Maka Nasrudin menambah lagi air lalu menyajikannya. Baru saja orang itu mencicipi ujung sendok, ia membentak, “Sop apa ini?” Dengan tenang Nasrudin menjawab, “Ini adalah sop bebek dari sop bebek dari sop bebek.”

Pada kesempatan lain Nasrudin sedang berjalan ke kota. Beberapa anak nakal ingin memperdaya dia dan mencuri sandalnya. Mereka berpura-pura meminta Nasrudin mengajar mereka memanjat pohon. Nasrudin pun melepaskan sandal, memasukkan sandalnya ke dalam saku, lalu mulai memanjat pohon. Anak-anak menjadi bengong dan berteriak, “Kenapa sandalnya dibawa?” Nasrudin menjawab, “Barangkali di puncak pohon ada jalan. Aku ingin belajar berjalan di situ.”

Pada suatu hari Nasrudin meminjam sebuah panci besar dari tetangga yang terkenal licik dan serakah. Ketika ia mengembalikan panci itu, dimasukkannya sebuah panci baru yang kecil. Ia berkata, “Pancimu ternyata hamil dan semalam melahirkan anak.” Tanpa mengucapkan apa-apa tetangga itu mengambil kedua panci itu. Seminggu kemudian Nasrudin meminjam lagi panci besar itu. Esok harinya ketika tetangga itu menagih, Nasrudin berkata, “Pancimu semalam telah meninggal dunia.” Tetangga itu marah, “Mustahil, mana ada panci meninggal dunia!” Nasrudin menjawab, “Ketika pancimu hamil dan melahirkan, kamu tidak bilang apa-apa; sekarang pancimu meninggal dunia kamu bilang mustahil.”

Siapa Nasrudin ? Konon ia adalah seorang sufi di Turki pada abad ke – 14. Ada ratusan anekdot tentang Nasrudin yang merupakan paduan humor dan satire (gaya sastra sindiran). Dalam bahasa Inggris saja, ada hampir seratus buku yang berisi koleksi dan analisis cerita Nasrudin.

Tiap anekdot Nasrudin menyimpan sebuah kebenaran. Kebenaran itu sering kali menusuk, namun dikemas sedemikian rupa sehingga pembaca tidak menjadi gusar, melainkan tertawa bahkan menertawakan diri sendiri.

Bagaimana dengan karakter Nasrudin ? Ia digambarkan sebagai seorang yang meyakini suatu keyakinan yang jelas. Cara meyakininya itu selalu bersifat lugu, artinya wajar dan apa adanya. Dengan demikian keyakinannya terungkap dengan sederhana, singkat-padat dan jelas.

Bukankah begitu sebetulnya hakikat sebuah kesaksian ? Kita bersaksi tentang apa yang telah dan tengah diperbuat Allah dalam Kristus. Kita bersaksi tentang sebuah kebenaran yang bernama Kristus. Kita bukan pemilik kebenaran itu. Kita hanyalah “anekdot” yang mengangkut atau mentransportasi kebenaran itu.

Supaya kebenaran itu tiba di alamat dengan jitu. “anekdot’-nya harus jitu pula. Nasrudin menjadi anekdot yang jitu karena sifatnya yang lugu, yaitu wajar dan apa adanya. Ia tidak dibuat-buat.

Ketika Tuhan Yesus menyapa persoalan tentang sumpah seorang saksi kebenaran, ia menegaskan bahwa yang penting bukanlah sumpahnya, melainkan kebenarannya. Ia berkata, “Jika ya, hendaklah kamu katakan : ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan : tidak …” (Mat. 5:37). Apa faedahnya ber sumpah demi ini atau demi itu, kalau kesaksiannya tidak benar. Yang perlu adalah bahwa kesaksian kita sungguh-sungguh benar. Kristus tidak merasa perlu di perindah, di perbesar dan di perhebat dalam kesaksian kita. Apa adanya saja. Wajar saja. Lugu saja. Justru kesaksian yang lugu bisa menjadi kesaksian yang ampuh.

Keluguan itu pula yang membuat pesan kebenaran Nasrudin menjadi ampuh. Coba simak anekdot ini. Nasrudin sedang berdiri di depan pasar yang ramai dengan orang berlalu-lalang. Temannya bertanya, “Mengapa tidak diatur saja berjalan ke satu arah yang sama ?” Nasrudin menjawab, “Kalau semua orang berjalan ke arah yang sama, dunia ini akan miring dan berat sebelah.” Kebenaran apa yang tersembunyi di balik anekdot ini? Bahwa keselarasan tercipta bukan melalui penyeragaman, melainkan justru melalui kemajemukan.

Anda ingin mendengar lagi cerita Nasrudin ? Tidak mungkin semua diceritakan di sini. Tetapi tambahan satu lagi boleh saja. Ini dia.

Nasrudin sedang duduk di tepi danau. Tiba – tiba ada orang tenggelam dan berteriak, “Tolong, tolong !” Langsung orang-orang berteriak, “Berikan tanganmu !” Tetapi orang itu tidak mau mengulurkan tangannya. Lalu Nasrudin mendekat dan berteriak, “Ambil tanganku !” Ketika itu juga orang tadi meraih dan memegang erat tangan Nasrudin. Semua orang heran dan bertanya, “Nasrudin, mengapa dia tidak mau menanggapi teriakan kami ?” Nasrudin Menjawab, “Orang ini terkenal kikir. Ia tidak mau memberi, Ia hanya mau mengambil.”

Apa ? Anda mau satu lagi? Baiklah. Anggap saja ini bonus. Tetapi ini yang terakhir. Ada seorang pemuda makan sebutir telur rebus di warung. Sesudah makan ia pergi tanpa membayar. Setahun kemudian ia kembali lagi untuk membayar. Tetapi pemilik warung berkata, “Memang uangmu ini pas untuk sebutir telur rebus. Tetapi kamu harus bayar seratus kali lipat, sebab dalam waktu setahun telur itu bisa menetas menjadi ayam dan ayam itu bertelur dan telur itu menjadi ayam lagi!” Pemuda itu tidak bisa menerima alasan tersebut. Dibawalah persoalan ini ke pengadilan. Lalu pengadilan memanggil Nasrudin untuk memberi kesaksian. Lama sekali Nasrudin ditunggu, ia sangat terlambat. Hakimpun menegur, “Nasrudin, mengapa kamu terlambat ?” Nasrudin menjawab, “Maaf, Tuan Hakim, aku terlambat karena aku sedang merebus benih gandum untuk ditanam.” Hakim itu langsung menegur, “Aneh betul, masakan benih gandum yang sudah direbus bisa ditanam dan menghasilkan gandum ?” Nasrudin menjawab, “Memang aneh, sama anehnya dengan sebutir telur yang sudah direbus tapi bisa menetas menjadi ayam.”

Nah, itu cerita yang terakhir. Lain kali diteruskan. Apa? Anda minta ekstra lagi ? Wah, rupanya Anda sudah ketagihan cerita Nasrudin. Kalau begitu baiklah. Tapi ini betul-betul yang terakhir.

Nasrudin melakukan perjalanan bersama dua orang kawan. Ia lapar dan ingin membagi roti satu-satunya yang dimilikinya. Tetapi kedua teman yang belum lapar itu berkata, “Besok sajalah! Malam ini kita langsung tidur. Barangsiapa yang mimpinya paling bagus, dia boleh makan roti ini.” Keesokan harinya seorang teman berkata, “Mimpiku sangat bagus. Aku melihat nabi.” Temannya yang lain berkata, “Mimpiku lebih bagus lagi. Aku melihat Tuhan.” Sekarang giliran Nasrudin, Dengan suara perlahan dan kepala menunduk Nasrudin berkata, “Aku tidak melihat nabi dan juga tidak melihat Tuhan. Yang kulihat adalah Istriku. Ia menyuruh aku memakan roti itu. Lalu aku segera bangun dan langsung memakan roti itu. Sekarang roti itu sudah habis.”

Dari buku, Andar Ismail “Selamat Berkiprah”, semoga bermanfaat bagi kita. Tuhan memberkati

PKU. Selasa 08 Feb 2017.

HIDUP SENDIRI TAPI BUKAN UNTUK DIRI SENDIRI

HIDUP SENDIRI TAPI BUKAN UNTUK DIRI SENDIRI

Banyak orang sejak kecil sudah beranggapan bahwa menjadi dewasa berarti menjadi suami atau istri dan ayah atau ibu. Akibatnya, mungkin ia menjadi gelisah atau merasa diri kurang ketika ia belum menikah pada usia dewasa. Lalu orangtuanya mulai bingung dan para tante mulai berbisik – bisik menawarkan jasa baik untuk menjadi “emak comblang”.

Apakah menjadi dewasa berarti harus menikah ? Memang menurut kitab Kejadian, ketika Tuhan menciptakan manusia, Ia pun menciptakan lembaga pernikahan. Tuhan memungkinkan dan memberkati pernikahan. Namun sebuah kemungkinan bukan merupakan keharusan dan tidak selalu harus digunakan. Misalnya, Tuhan memberi kemungkinan kepada manusia untuk berenang. Apakah itu berarti bahwa kita semua harus cakap dan gemar berenang ?

Banyak pula orang melihat keadaan hidup membujang hanya dari segi negatifnya saja, misalnya rasa sepi atau ketidakpastian akan hari depan. Tetapi sebetulnya dalam hidup berkeluarga pun rasa sepi dan ketidakpastian itu dapat terjadi.

Jarang orang melihat bahwa hidup membujang pun ada segi positifnya. Hidup membujang dapat berarti lebih banyak waktu, tidak terikat pada kewajiban – kewajiban sebagai anggota keluarga, lebih banyak kesempatan pengembangan diri untuk karier, profesi, pelayanan kepada gereja atau pengabdian kepada masyarakat.

Pakar psikologi perkembangan, Erik Erikson mengatakan bahwa salah satu ciri kedewasaan adalah sifat generativitas. Yang dimaksud bukanlah berproduksi atau berkembang biak secara biologis, melainkan mengembangkan mutu hidup bagi generasi selanjutnya. Orang yang membujang pun bersifat generatif. Sama seperti orang yang berkeluarga, orang yang membujang pun dapat mewariskan atau menyalurkan kecakapan, pengetahuan dan nilai – nilai hidup kepada generasi selanjutnya. Bahkan orang yang membujang mungkin dapat melakukan pewarisan itu dengan lebih ampuh dan dengan jangkauan yang lebih luas.

Dari sudut itu kita melihat peran orang yang hidup membujang yang membaktikan hidupnya untuk kesejahteraan manusia, seperti Tuhan Yesus, Rasul Paulus, Nabi Yeremia, Pascal, Jean d’Arc, Florence Nightingale, Erasmus, Ibu Theresa dan banyak lainnya. Orang-orang itu hidup sendiri, tetapi mereka tidak hidup untuk diri sendiri, melainkan untuk kalangan yang lebih luas. Siapa yang dapat menyangkal besarnya peranan mereka untuk umat manusia.

Segi – segi positif itu diperlihatkan Rasul Paulus ketika ia menulis, “… Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya. Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya, dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya.” (I Korintus 7 : 32 – 34). Bahkan dalam pasal yang sama Paulus mengatakan bahwa hidup membujang adalah karunia dari Tuhan (ayat 7).

Memang kebanyakan orang dewasa menempuh hidup menikah. Tetapi itu bukan berarti bahwa hidup membujang adalah penyimpangan. Sebagaimana masyarakat mempunyai ruang untuk mereka yang menempuh hidup nikah, demikian juga masyarakat perlu menyediakan ruang bagi mereka yang hidup membujang. Salah satu sifat kemajemukan berlaku di sini: masyarakat kita terdiri dari orang yang menikah dan orang yang membujang. Kehadiran orang membujang perlu diperhitungkan, misalnya dalam liturgi responsive janganlah jemaat dikategorikan sebagai suami atau ayah melainkan pria, sebab tidak semua pria adalah suami atau ayah.

Baik hidup menikah maupun membujang adalah hidup yang utuh, penuh dan wajar. Karena itu orang yang hidup perlu mendapat perlakuan yang wajar. Mereka tidak perlu dikasihani, tetapi tidak perlu pula dikagumi. Mereka tidak usah ditanya mengapa mereka tidak menikah. Hidup membujang bukan tanda hina dan bukan juga tanda mulia. Arti hidup manusia bukan diukur dengan hal menikah atau tidak.

Di Matius 19 : 12, Tuhan Yesus bersabda, “… Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga.”

Dari buku Pdt. DR. Andar Ismail “SELAMAT RIBUT RUKUN”.

PKU. Kamis 09 Feb 2017.

 

TEOLOGI SUKSES

TEOLOGI SUKSES

Saya tertarik kembali membaca ulang buku Ir. Herlianto. MTh tentang “Teologi Su16650422_1903766159909830_694862259_nkses”. Keinginan membaca kembali buku ini, karena sepertinya “Teologi Sukses” secara pelan dan berangsur memasuki gereja – gereja yang sangat memahami pengajaran tentang “Teologi Sukses”.

Beberapa alasan yang menguatkan pandangan saya itu akan saya sebutkan disini walaupun tidak melalui penelitian yang khusus, tetapi rasanya memang paham “Teologi Sukses” telah sukses mempengaruhi banyak Pelayan Tuhan, Jemaat bahkan gereja sendiri sepertinya tidak mempersoalkan itu antara lain yang dapat saya sebutkan :

  • Dalam beberapa pengalaman saya mejadi seorang pendengar dan mendengarkan khotbah banyak sekali saya mendengar khotbah yang disampaikan Pendeta/Penatua/Diaken, sepertinya pengkhotbah tersebut sangat menekankan aspek “kesuksesan dan kemakmuran.
  • Terprakteknya doa – doa, penyembuhan, doa pelepasan, doa yang kemasukan roh, dsb, dimana doa tersebut lebih menekankan aspek mukjizat.
  • Demikian juga halnya dengan berkembangnya model – model ibadah seperti “kebangunan Rohani” walau dengan istilah yang berbeda, tetapi sepertinya model ibadah itu dilakukan lebih mendekati kepada model ibadah “Teologi Sukses”, aspek – aspek liturgy bukanlah lagi suatu hal yang penting.

Ada beberapa hal yang sangat ditekankan oleh gerakan penganut “Teologi Sukses” antara lain yang saya kutip melalui buku ini, antara lain :

  • “Tuhan ingin kamu kaya”. “Teologi Sukses” menekankan moto ini, “Tuhan menginginkan Anda menjadi orang kaya.” Penekanan ini membuat pendengarnya sangat ingin menjadi kaya. Guna mendukung ajaran Teologi Sukses khususnya untuk mendukung ajaran hidup yang kaya dan berkelimpahan, beberapa ayat favorit digunakan dengan tafsiran salah adalah seperti berikut :“Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yohanes 10:10), “Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja” (3 Yohanes 2),“Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinannya” (II Korintus 8 : 9). Ayat – ayat di atas diartikan sebagai petunjuk bahwa umat Kristen berhak menjadi kaya, hidup dalam segala kelimpahan materi dan duniawi yang berarti banyak uang, hidup berkelimpahan, dan hidup dengan segala kenikmatan. Jelas sekalai para penganut paham “Teologi Sukses” telah melepas konteks dari ayat Alkitab itu sendiri.
  • Berpikir positif. “Berpikir Positif atau Positive Thinking adalah juga merupakan pengajaran yang sangat ditekankan sebagai salah satu metode yang dipraktekkan di kalangan Teologia Sukses, seperti Norman Vincent Peale, Robert Schuller, Paul Yonggi Cho, dsb. Positive Thinking mengajarkan bahwa pikiran manusia memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menghasilkan apa yang ia inginkan. Pada prinsipnya dalam positive thinking ada anggapan bahwa pikiran kita mempunyai kekuatan dalam diri sendiri, dan kekuatan itu dapat dikembangkan untuk mencapai potensi yang penuh. Di sini kekuatan itu dianggap sudah inheren dalam diri manusia, jadi segala sesuatu bisa terjadi atau tidak terjadi bila kita menggunakan kekuatan pikiran. Dalam positive thinking iman sering diberi pengertian yang berbeda dari arti iman dalam Alkitab. Dalam positive thinking, iman diberi pengertian yang artinya kemampuan mengolah kekuatan pikiran atau kekuatan batin (inner power). Pengajaran ini jelas melupakan apa yang di ingatkan oleh Alkitab bahwa, tidak ada ayat dalam Alkitab yang mengajarkan bahwa berpikir positif akan menghasilkan sesuatu apapun yang diinginkan. Alkitab mengajarkan untuk bersandar kepada Tuhan dan bukan pada pengertian diri kita sendiri “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri” (Amsal 3:5).
  • Hal ini juga hampir seluruhnya diajarkan dalam pemahaman “Teologi Sukses”. Visualisasi adalah suatu pengajaran bahwa jikalau seseorang ingin memperoleh sesuatu ia harus mampu membayangkan apa yang diinginkan. Hal ini dapat diumpamakan dengan pekerjaan seorang arsitektur. Seorang Arsitek harus mampu melihat bahwa dalam mengembangkan gagasan rencananya, dia membuat bayangan visualisasi rencana yang dicita-citakan. Ajaran mengenai kekuatan pikiran dan visualisasi menunjukkan dengan jelas sinkretisme dengan ajaran psikologi baru dan perdukunan atau kebatinan, sebab justru praktek-praktek demikianlah yang banyak dipraktekkan dalam psikologi modern, hipnotisme.
  • Kata-kata sugesti. Kata-kata Sugesti adalah metode ketiga di samping berpikir positif dan visualisasi. Para pelopor ajaran sukses seperti Norman Vincent Peale maupun Robert Schuller seiring dengan ajaran psikologi modern, mempopulerkan bahwa “kata – kata yang kita ucapkan mempunyai kekuatan magis.” Kata – kata maupun kalimat-kalimat tertentu bila diucapkan berulang-ulang akan mendatangkan khasiat tertentu bagi yang mengucapkan.
  • Manipulasi ayat – ayat Alkitab. Lebih parah lagi bahwa pengajaran “Teologi Sukses” juga sangat pandai memanipulasi ayat – ayat Alkitab dan sebenarnya ayat – ayat Alkitab yang dikutip lebih banyak digunakan sebagai slogan yang diartikan secara harfiah dan di luar konteksnya, bahwa sering berlawanan dengan arti sebenarnya yang dimaksudkan oleh konteks ayat itu. Jadi ayat Alkitab dijadikan menjadi pendukung ajaran luar yang dimasukkan ke dalam pengajaran kekristenan demi untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
  • Mengajaran pengajaran “Tidak ada yang mustahil”. Pengajaran ini selalu didasarkan oleh kutipan ayat Alkitab seperti ; “Adakah sesuatu apapun yang mustahil bagi TUHAN ?” (Kejadian 18 : 14a), “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin” (Matius 19 : 26) “Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya” (Markus 9:23b), “Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil” (Lukas 1:37), “Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah” (Lukas 18:27),“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan keapadaku” (Filipi 4:13), “Sesungguhnya, Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan lengan-Mu yang terentang. Tiada suatu yang mustahil untuk-Mu” (Yeremia 32:17), “Sesungguhnya, Akulah TUHAN, Allah segala makluk; adakah sesuatu yang mustahil untuk-Ku” (Yeremiah 32:27). Dalam Markus 9 : 23b, Yesus mengatakan kepada ayah anak yang dirasuk setan, bahwa “Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya,” ini menunjuk pada kuasa Yesus yang akan diterima keluarga itu apabila mereka percaya. Jadi bukan “kepercayaan mereka yang dapat mengusir roh itu, tetapi “kepercayaan” mereka memohon belas kasihan Yesus untuk menyatakan kuasa-Nya.
  • Berilah dan Mintalah. Penganut paham “Teologi Sukses” mendasarkan pengajarannya ini berdasarkan ayat Alkitab, antara lain : “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan ituke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahKu dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan” (Maleakhi 3:10),“Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan tumpah keluar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu” (Lukas 6:38),“Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menua sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga” (2 Korintus 9:6). Ya, ayat – ayat ini dipakai untuk memotivasi orang untuk memberikan persembahan, sebab persembahan berarti investasi supaya nanti memperoleh laba atau berkat yang berlipat-lipat.
  • Ibadah dan penyembahan. Dalam ibadah “Teologi Sukses” juga sangat menekankan “Pujian dan penyembahan kepada Allah”, sehingga penekanan pada pujian penyembahan mengakibatkan sedikit tempat untuk menyelidiki firman Tuhan, pleh itu jangan heran penganut paham ini sangat dangkal dalam memahami firman Tuhan dan memang sudah malas mendengar firman karena sudah kelelahan dalam nyanyian penyembahan, sehingga pelayan Tuhan yang menyampaikan firman bisa dengan santai memberitakan firman tanpa harus menggali Alkitab dengan yang sebenarnya.

Ada banyak hal lain yang di ungkapkan oleh Ir. Herlianto. MTh, dalam bukunya tentang pengajaran “Teologi Sukses” dan saya rasa ada baiknya kita memiliki buku ini, sehingga kita dapat memahami apa, bagaimana sebenarnya “Teologia Sukses” … eh, tapi jangan minta sama saya ya … hehehe, saya juga hanya memiliki satu buku dan semoga tulisan kecil ini bermanfaat bagi kita dan bagi pemahaman kita tentang teologia sesuai dengan tahun kita pada saat ini “Belajar Dan melakukan” sehingga dalam memahami Alkitab kita semakin mampu sesuai dengan kehendakNya, Tuhan yang berfirman dalam kitab – Nya.

Pekanbaru. Kamis 08 Feb 2017.

DOA ITU BUKAN MANTRA

DOA ITU BUKAN MANTRA
Dalam cerita “Ali Baba dan 40 Penyamun”, dikisahkan tentang sebuah gua rahasia tempat menyimpan harta hasil rampokan. Gua itu terbuka dan tertutup kembali secara ajaib bila diucapkan kata mantra.
Mantranya berbunyi, “Sesame, engkau pintu bersakti, terbukalah.” Pada suatu hari, Kassim, yang terkenal serakah, berhasil menguping mantera itu. Begitu ada kesempatan, ia pun mencoba. Benarlah, batu gua itu bergeser. Ia mengambil uang emas sebanyak-banyaknya. Tetapi ketika ia ingin keluar lagi, ia lupa bunyi mantera itu. Ia berteriak, “Sesame, pintu sakti, terbukalah.” “Sesame, terbukalah”.
Bermacam – macam kalimat diucapkannya. Tetapi tidak ada satu pun yang tepat dengan mantra. Goa itu tetap tertutup, dan ia mati di situ. Itulah mantera.
Apa itu mantra (Karo : Tabas – Tabas) ? Mantra adalah perkataan atau kalimat yang dapat mendatangkan kuasa gaib. Mantera beda dengan Doa. Mantera harus dihafal dan memiliki kata kata khusus dan unik.
Tapi sering juga kita menganggap doa juga adalah mantra. Kita berdoa seolah olah membaca mantra, dimana dengan kata kata khusus dan unik, tiba tiba doa kita manjur dan langsung dijawab seperti kata – kata gaib yang terdapat di dalam mantra. Doa bukanlah mantra karena kekuatan doa tidak terletak pada kalimat yang di dalamnya atau oleh pengucapan kata – kata, melainkan terletak pada Tuhan sang pemilik doa.
Cuplikan dari buku Pdt. Dr. Andar Ismail “Selamat Pagi Tuhan”. Semoga dapat menjadi refrensi bagi kita. Tuhan memberkati.
Pekanbaru. Jumat 03 Feb 2017.

DOANYA MAKIN ANEH SAJA ?

DOANYA MAKIN ANEH SAJA  ?

Beberapa minggu yang lalu dalam khotbah saya menyinggung sedikit tentang doa – doa orang Kristen yang makin aneh saja, ya saya sebut “Doanya Makin Aneh Saja”. Dan sesuai dengan konteks GBKP tahun ini “Belajar Dan Melakukan” dalam kesempatan ini, saya akan menuliskan sedikit tentang “Doa” yang sekarang menjadi umum dikalangan orang Kristen.

Tentu tidak asing bagi kita mendengar orang – orang Kristen berdoa saat ini dengan menyapa Tuhan dengan “Selamat pagi Tuhan, Selamat Siang Tuhan, Selamat malam Tuhan” yang bermula dari tulisan Pdt. DR. Andar Ismail dalam buku seri selamatnya “Selamat Pagi Tuhan” dan yang kemudian pemahaman pembaca menjadi sedikit kurang jelas dengan tulisan tersebut sehingga muncullah sekarang ini ungkapan doa – doa seperti tersebut diatas dan semakin berkembang dengan populernya nyanyian rohani Nikita yang berjudul “Selamat Pagi Bapa” yang mengakibatkan banyak orang orang kristen yang akhirnya berdoa dengan menyapa Tuhan, “Selamat Pagi Tuhan, Selamat Siang Tuhan, Selamat Malam Tuhan”, dan mungkin akan menjadi semakin aneh ketika nantinya ada yang menyapa Tuhan dengan ungkapan, selamat bobok Tuhan … hehehe.

Pdt. DR. Andar Ismail memang telah mengklarifikasi tulisannya dalam buku seri selamatnya, dan maaf saya sendiri juga lupa dengan judul buku seri selamat bapak Pdt. DR. Andar Ismail tersebut yang telah memberikan penjelsaan tulisannya tentang “Selamat pagi Tuhan” dan mungkin penjelasannya itu itu tidak lagi dibaca oleh banyak orang dari penggemar Seri Selamat sehingga sampai saat ini ungkapan itu semakin trend dikalangan pendoa orang kristen yang sendiri berkata bahwa hal tersebut telah mengakibatkan ada pemahaman yang kurang benar dalam berdoa kepada Tuhan.

Dalam kaitan tersebut, saya akan mencoba sedikit menjelaskannya dalam kesempatan ini, karena hal itu saya sebut juga dalam khotbah saya dalam minggu lalu dan mungkin ada jemaat yang tidak memahami yang dimaksudkan, sehingga saya kira ada baiknya saya jelaskan dalam tulisan tentang apa yang sering di ungkapkan orang Kristen dalam doanya, sehingga doa – doa itu tidak semakin aneh saja.

Untuk menjelaskannya, saya kira kita harus memulai dengan pertanyaan “Siapakah Allah bagi kita ?” dalam kesempatan ini kita akan melihat “Siapakah Allah ?” menurut Pengkhotbah 4 : 17. Dalam uraiannya Pengkhotbah mengesankan bahwa Allah itu adalah Allah yang menakutkan, begitu kuat dan berkuasa ia dan di dalam Pengkhotbah 3 : 14, Pengkhotbah juga menggambarkan Allah itu sebagai Allah yang sewenang – wenang. Arti yang dimaksudkan Pengkhotbah Allah yang sewenang – wenang adalah  supaya manusia takut kepada – Nya. Bagi kita yang memahami Allah yang penuh kasih maka sangat jelas kita akan menolak apa yang dikatakan oleh Pengkhotbah bahwa Allah itu adalah Allah yang menakutkan dan Allah yang sewenang – wenang dan dengan alas an lain mungkin kita akan berkata bahwa itu adalah gambaran Allah di dalam PL yang dimana Allah digambarkan sebagai Allah yang suka menghukum dan yang menyeramkan.

Dan mungkin juga kita akan berkata Allah yang di kenal di PB bukanlah seperti Allah yang dikenal di dalam PL, Allah yang kita kenal di PB adalah Allah yang penuh kasih bukanlah Allah yang menakutkan dan Allah yang sewenang – wenang. Benar sekali apa yang kita ungkapkan bahwa Allah yang kita kenal di PB adalah Allah yang penuh kasih tetapi kita harus mengingat bahwa Allah yang kita kenal di PB adalah Allah yang dipertahankan ke Allahannya seperti yang kita ketahui di PL. Bacalah Matius 18 : 17 yang mencatat peristiwa penting setelah Yesus bangkit, dalam kisah itu dikisahkan bahwa murid – murid Yesus sampai tiarap menyembah Yesus.

Kembali kepada apa yang dikatakan Pengkhotbah tentang “Siapakah Allah ?” dan mengapa Allah disebut sebagai Allah yang menakutkan dan Allah yang sewenang – wenang ? Di dalam sejarahnya Pengkhotbah sangat mengecam orang yang melakukan ibadahnya kepada Allah dengan “Sok Akrab dengan Allah” oleh itu Pengkhotbah berkata demikian.

Sikap ibadah seperti itulah yang sangat di tentang oleh pengkhotbah, yang mengkritik orang – orang yang sok akarb dengan Tuhan, yang hamper sama dilakukan oleh orang – oraang Kristen pada jaman ini baik itu secara pribadi aatau di dalam persekutuan – persekutuan gereja yang sebentar – sebentar mengucap dan menyebut “Dalam Nama Yesus” seperti sebuah obralan murahan dan seperti kebiasaan saja, dengan penjelasan lain, bisakah kita mengasihi Allah tanpa rasa hormat dan kegentaran ? tidak bisa ! sebab jika wujud ibadah  kita tanpa rasa takut dan gentar kepada Allah.

Dalam hal berdoa sapaan “Selamat Pagi Tuhan, Selamat siang Tuhan” dan “Selamat Malam Tuhan” juga adalah sebuah sapaan “Sok Akrab” dengan Tuhan. Alkitab dengan secara dengan sangat jelas menggambarkan “Siapa Itu Allah”. Dalam bukunya “Allah Yang menderita”, Choan Sen Song juga mengungkapkan bahwa Allah itu adalah “Allah Yang Bertegangan Tinggi” artinya bahwa Allah itu bukanlah Allah yang main – main yang bisa diperlakukan dengan sembrono. Lalu apakah ungkapan dalam doa “Selamat Pagi Tuhan, Selamat Siang Tuhan, Selamat Malam Tuhan” adalah sebuah ungkapan yang sembrono. Secara pribadi saya mengatakan “Ya” ungkapan itu adalah ungkapan yang sembrono kepada Tuhan.

Dalam tradisi Alkitab, nama Allah itu sangat kudus dan oleh itu tidak sembarangan di dalam memanggil dan menyebut Tuhan dan oleh itu juga Tuhan berkata janganlah menyebut nama Tuhan dengan sembarangan (Bd. Kel 20 : 7). Oleh itu hendaklah pengenalan dan penghayatan kita kepada Allah selalu dengan rasa hormat, takut dan gentar kepada – Nya, sebagai Tuhan yang maha kuasa dan bandingkan juga ketika Musa menghadap Tuhan Allah di gunung Sinai sehingga Musa harus menyembah sambil membungkuk dan tidak bernai melihat Allah (Kel 32 – 35) dan saya kira kita perlu di ingatkan juga tentang cerita Uzia yang mati ketika menyentuh Tabut Allah (II Sam 6 : 6 – 10).

Nah kembali kepada judul diatas “Doanya makin Aneh Saja” dan berkembangnya sapaan kepada Tuhan dengan ungkapan “Selamat pagi Tuhan – Selamat Siang Tuhan dan Selamat malam Tuhan”. Sedikit penjelasan sederhana akan hal itu. Kalau kita bertanya ; Siapakah yang menguasai pagi, siapakah yang menguasai siang dan siapakah yang menguasai malam ? kita mengetahui secara bersama bahwa sepanjang sejarah Alkitab, tidak seorangpun yang berani memanggil Tuhan dengan semberangan, bahkan Pe – Mazmur yang dikenal dalam Alkitab sebagai pendekar doa juga tidak pernah atau tidak berani menyapa Tuhan dengan ungkapan yang demikian rupa, bahkan kitab injil juga tidak pernah menyapa Tuhan dengan ungkapan “Selamat Pagi Tuhan, Selamat Siang Tuhan, Selamat Malam Tuhan” dan yang ada hanya salam rasuli yaitu “Salam Sejahtra Di Dalam Nama Tuhan Yesus”.

Dengan penjelasan lain lagi. Pantaskah kita sebagai manusia yang hanya sebagai ciptaan “Memberkati” Allah dengan ucapan selamat ?. Bukankah keselamatan itu hanya datangnya dari Tuhan Allah ? kalau mengucapkan selamat kepada sesama manusia itu sangat baik dalam arti kata memberkati sesamanya supaya selamat. Tetapi jika itu memberkati Allah maka hal itu adalah sangat salah dan apakah hak kita memberkati Allah dengan mengucapkan kata selamat kepada – Nya. Sekali lagi kita di ingatkan bahwa sumber segala keselamatan itu datangnya dari Tuhan Allah kita.

Masih beranikah menyapa Tuhan dengan ungkapan yang “Sok Akrab” itu, jika ya, silahkan, tetapi sebenarnya itu adalah sapaan yang kurang benar kepada Allah, karena seseorang yang akrab biasanya tindakannya juga akan semena – semena kepada yang dia anggap sebagai kawan akrab. Lalu kita harus bagaimana berdoa ? saya kira kita harus berdoa dengan penuh hikmat dan kebijaksanaan dan kenalilah Allah, siapakah Dia sebagai Allah, Dia adalah Allah yang maha agung dan yang maha kuasa, menghadaplah kepada – Nya dalam doa dengan penuh rasa hormat jangan sekali – sekali “Sok Akrab” dengan Tuhan dan sekali lagi “Sok Akrab” itu dapat menimbulkan tindakan dan ungkapan  yang semena – mena serta kita diingatkan sekali lagi, siapakh kita yang bisa “Memberkati Tuhan Allah dengan ungkapan selamat ?. Dia yang kita panggil Tuhan adalah sumber dari segala keselamatan dan mulailah kembali bedoa dengan benar dengan ungkapan  “Ya Tuhan kami yang maha kuasa, maha pengasih dan maha pemurah …”.

Semoga tulisan sederhana ini dapat memberikan pengertian dan memberikan sedikit pemahaman tentang doa yang sering kita sebutkan “Selamat Pagi Tuhan, Selamat Siang Tuhan, Selamat malam Tuhan”, serta berharap doa – doa kita tidak semakin aneh.

Pekanbaru, Jumat 27 January 2017.

GEREJA DAN DIAKONIA

Salah satu tugas pokok gereja ialah berdiakonia, yakni memberikan pelayanan sosial berupa bantuan karitatif atau juga bersifat transformative, yaitu usaha menanggulangi penyebab penderitaan.

Tugas ini bukanlah sebuah kewajiban melainkan hakekat gereja yang hidup di dalam panggilan Allah sebagai agen Kerajaan Allah. Oleh itu gereja selayaknya menghadirkan Kerajaan Allah di muka bumi.

Kesadaran ini pada gilirannya akan menggerakkan pelayanan secara praktis ; seperti yang dilakukan oleh lembaga – lembaga penginjilan pada masa lalu, berupa pendirian sekolah, rumah sakit, penampungan penderita kusta, panti asuhan dan juga penyuluhan pertanian sebagai upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat yang dilayani.

Dalam bentuknya pelayanan diakoni bisa saja serupa dengan aksi – aksi philantropik-humanis, yaitu usaha meringankan beban sesama yang berangkat dari rasa kemanusiaan. Kegiatan philantropik – humanistis ini bisa saja dilakukan oleh siapa saja yang sadar akan keberadaan sesamanya. Seorang beragama atau tidak dapat saja melakukan hal itu.

Namun harus sangat dijaga bahwa diakoni tidak berangkat dari rasa kemanusiaan, tetapi melampaui kemanusiaan itu sendiri. Diakoni (Yunani) yang secara etimologis berarti pelayan meja ; atau Shamas (Ibrani) yang berarti pembantu diberi makan teologis, bahwa setiap orang Kristen dipanggil untuk menjadi pelayan, pembantu, diaken bagi sesama dan juga ciptaan lainnya.

Berdiakoni ialah usaha untuk meniru Kristus sendiri, atau pada sisi lain sebagai ungkapan iman bahwa memberikan pertolongan terhadap sesame manusia yang paling kecil sekalipun sama dengan memberi pertolongan terhadap Tuhan sendiri (Matius 25).

Gereja purba menerapkannya langsung dengan mengangkat petugas yang berjumlah tujuh orang untuk memelihara para janda dan anak yatim – piatu yang berada di lingkup jemaat awal itu. Para rasul yang sibuk dengan tugas pekabaan injil harus dibantu oleh para petugas ini sehingga tugas marturia sejalan dengan tugas diakonia.

Berdasarkan I Yohanes 4 : 7 – 21 setiap orang Kristen dipanggil untuk menampakkan kasih, berupa kasih agave sebagai bukti bahwa Allah hadir di mana kasih dipraktekkan (ubi caritas et amor ubi caritas Deus ibi est). Tidak mungkin seorang mengasihi dan melayani Allah bila saudaranya sendiri yang berada di depan matanya tidak ia kasihi dan layani. Perbuatan dan pengakuan seperti itu hanya sebuah tipuan terhadap Allah dan diri sendiri.

Setiap orang Kristen juga dipanggil untuk menjadi diaken, berarti setiap orang adalah diaken fungsional dalam arti sekalipun tidak diangkat sebagai menduduki jabatan diaken dalam struktur oranisasi gereja namun seseorang itu adalah diaken pada dirinya sendiri sejauh dia mengaku sebagai Kristen.

Pemahaman seperti ini tentunya akan sangat mempengaruhi pola tindak pelayanan orang Kristen dan bagaimana kesiap – sediaannya memberikan pertolongan bagi siapa saja yang membutuhkannya. Apakah dia seorang Imam atau seorang Lewi atau seorang Samaria tergantung pemahaman seseorang bagaimana diakoni itu harus dijalankan.

Keselamatan yang dibawa Yesus tidak hanya mengenai hati manusia (Penyelamatan jiwa – jiwa) melainkan keselamtan manusia seutuhnya. Khabar baik yang yang di Khotbahkan Yesus di Nazaret (Lukas 4 : 18 -19) menjelaskan kedatanganNya ke dunia tidak cukup di artikan rohani semata tetapi juga jasmani. Khabar tentang pembebasan simiskin, buta, tertindas, tertawan baik secara arti rohani dan kenyataannya.

Dalam pekerjaanNya Yesus memberitakan kedatangan kerajaan sorga melalui khotbah dan pengajaranNya dan juga melalui perbuatanNya dan Ia mengatakan jangan kuatir tentang kebutuhan sehari – hari (Mat 6 : 25 – 34 ) tetapi Dia juga menyuruh murid – muridNya untuk memberi makan orang banyak (Mrk 6 : 37).

Yesus menjajikan hidup yang kekal bagi orang tekun dalam iman, namun Ia juga menyembuhkan orang yang sakit, bahkan menghidupkan orang yang sudah mati, semuannya Ia lakukan untuk menghadirkan “tanda – tanda kehadiran kerajaan Allah“ di dunia.

Sejak dahulu kala Diakonia dilihat sebagai pelayan kasih (Charity) seperti yang kita lihat dalam Kisah Para Rasul 6 yang menunjukkan bidang kebutuhan kehidupan sehari – hari serta ajakan rasul Paulus kepada jemaat Korintus untuk mengambil bagian dalam hal pelayanan kasih bagi jemaat di Judea agar ada keseimbangan (II Kor 8 : 13 – 15).

Melalui pemahaman diatas maka gereja juga harus bertanggung jawab terhadap bidang kehidupan secara jasmani, beberapa hal yang perlu dilakukan gereja adalah :

  • Yesus menyembuhkan orang sakit, maka gereja juga harus mengunjungi orang sakit dan berusaha mendirikan Rumah sakit/Poliklinik sesuai dengan kesanggupan gereja tersebut serta mengadakan pastoral terhadap orang sakit dan pendampingan kepada orang yang berpenyakit yang tidak bisa disembuhkan, dan mengadakan kunjungan pastoral terhadap para janda, orang tua lanjut usia dan mereka yang terpenjara, dan dalam bidang karikatif tidak mengabaikan mereka yang terkena bencana alam (Kebakaran, gempa, banjir) dan korban kekerasan.
  • Banyaknya lembaga khusus yang profesional yang melayani pelayanan kasih (termasuk pemerintah) maka sering kali tugas Diakonal diabaikan oleh gereja, namun kelirulah jika gereja membebankan tugas Pelayanan Diakonal kepada instansi pemerintah atau lembaga – lembaga kemanusian karena sebenarnya gereja harus lebih berperan dalam hal itu. J. Moltman mengatakan “Pendelegasian diakonia kepada lembaga – lembaga profesional dengan tenaga – tenaga bayaran akan membuat jemaat sakit dalam hal Diakonia maka Moltman menekankan “Jemaat perlu di di – dakoniakan dan diakonia perlu di jemaatkan“

Selamat PJJ dan Selamat ber – Diakonia.
PKU. Selasa 26 Okt 2016.

SI – IZEBEL YANG BIKIN “ZEBEL”. I Raja – raja 21 : 7 – 14

SI – IZEBEL YANG BIKIN “ZEBEL”

Bahan PA Mamre kali ini sangat menarik perhatian saya, I Raja – raja 21 : 7 – 14, ternyata ada si – IZEBEL seorang wanita yang yang cocok disebut wanita pembuat “ZEBEL”.

Kenapa Izebel membuat “ZEBEL” ? ia memang seorang ratu yang kejam, pemuja berhala, pembunuh banyak nabi, orang yang rela mengorbankan saudara – saudaranya untuk ambisi pribadinya dan semakin membuat kita mungkin semakin “ZEBEL”, ternyata IZEBEL adalah wanita yang sangat pandai “MENGHASUT”, ia pandai “MENGHASUT” suaminya raja AHAB untuk meninggalkan Tuhan Allah dan berbalik memuja dewa – dewa, karena ia sendiri memang pemuja setan.

Wow … lebih ngeri lagi wanita ini juga ternyata memperlihatkan dirinya sebagai seorang wanita yang “POWERFUL” karena ia memiliki stempel tersendiri selain stempel raja yang sah, oleh itu wanita ini kapan saja boleh mengeluarkan titahnya.

Kengeriannya berlanjut karena ia mendukung suaminya AHAB, yang ingin memiliki kebun anggur NABOT, ia mendukung suaminya dengan membuat persidangan yang penuh intrik, menyewa dua orang saksi dusta yang mengakibatkan Nabot dibunuh dan merampas ladang NABOT setelah kematian NABOT.

Nah, kembali kepada yang saya sebut diatas, wanita ini memang “POWERFUL”, bayangkan saja bahwa ketika si “IZEBEL” melakukan rencana jahatnya, suaminya hanya diam, suami yang seoarang raja benar – benar tidak berkutik, sehingga sang raja hanya nurut, ahhh … kalau istilah sekarang pria ini memang berkuasa tetapi berada dibawah pengaruh istri atau lebih tepatnya dibawah ketiak istri … hehehe.

Dan ternyata wanita ini juga memiliki keturunan yang sama seperti dia, anaknya yang bernama ATALYA juga menjadi seorang ratu dari raja YORAM anak raja AHAZIA dan ibarat pepatah “BUAH TIDAK JAUH DARI BATANGNYA” maka ratu ATALYA juga sangat kejam, kekejamannya terlihat ketika ia sangat berambisi naik tahta membuatnya buta akan kasih, kebenaran dan keadilan, sehingga ia rela membunuh seluruh orang – orang yang memiliki hubungan dengan garis keturunan raja.

Ah … IZEBEL memang benar seorang wanita yang membuat “ZEBRL” sesuai dengan namanya … hehehe, kekejamannya, ambisimya, kehausannya akan kuasa, kehebatannya sebagai penghasut, memang luar biasa dan lebih luar biasa ia juga berhasil melahirkan generasi penerus yang sama seperti dia.

Iinilah sedikit catatan tentang si Izebel, wanita yang membuat Tuhan “ZEBEL” dan akhirnya si – IZEBEL juga mati (II Raja2 : 30 – 37).

Ah … ternyata, si – IZEBEL memang bikin “ZEBEL” dan jangan – jangan kita juga selalu bikin “ZEBEL” orang – orang di sekitar kita … Hehehe.

Dan marilah kita bertobat jika masih suka buat “ZEBEL” supaya Tuhan tidak “ZEBEL” kepada kita.

Amin.
PKU. Jumat 07 Okt 2016.