SUPLEMEN PJJ ; BERKOMITMEN TETAP BERADA DI DALAM PERSEKUTUAN ORANG – ORANG BERIMAN

BERKOMITMEN TETAP BERADA DI DALAM PERSEKUTUAN ORANG – ORANG BERIMAN

Ada beberapa hal yang dapat kita sebutkan kenapa kita selalu rindu berada di dalam gereja hidup bersama di dalam persekutuan orang – orang beriman :

1. Kita memahami bahwa kita adalah gereja yaitu orang – orang yang dipanggil keluar dari hidupnya yang lama yang tak mengenal Tuhan (Yunani: ekklesia –> diserap menjadi igreya, ecclesia, gereja) untuk menjadi komunitas milik Tuhan (Yunani : kuriake –> diserap menjadi kirke, kerk, church). Oleh itu gereja bukanlah gedung atau struktur organisasi, tetapi komunitas, ya, komunitas orang – orang beriman.

2. Berikutnya, gereja merupakan komunitas belajar mengajar. Belajar apa ? macam -macam ! Tentunya belajar mengenal iman Kristen. Lalu belajar memahami makna gereja dan peranan kita dalam gereja. Memperluas wawasan tentang berbagai pandangan yang ada dalam gereja. Lalu juga belajar peduli, belajar menghargai dan menerima orang dan komunitas lain, terlepas dari apapun ras, agama dan pandangan politik.

3. Sebagai anggota gereja di dalam persekutuan yang kudus maka di di dalamnya kita dapat memainkan peranan kita sebagai anggota gereja. Dapatkah orang menjadi Kristen tanpa mengikatkan dirinya pada gereja ? Tidak dapat ! Pengakuan iman memang adalah hal pribadi, tetapi “kita semua adalah tubuh Kristus dan kita masing – masing adalah anggotanya”. Bagaimana mungkin kita menjadi anggota tubuh kalau tidak mau menyatu dengan tubuh tersebut ? dan bagaimana mungkin kita dapat memainkan peranan kita tanpa persekutuan yang kuat ?.

4. Dan lebih dari point ke 3, didalam gereja dan di dalam setiap persekutuan kita tang ada kita dapat semakin dapat mengembangkan sikap kepedulian karena gereja atau persekutuan adalah komunitas yang peduli, sesuai dengan hakekatnya sebagai satu Tubuh, yaitu Tubuh Kristus.

5. Gereja atau persekutuan kita mungkin mengecewakan … membosankan … melakukan kesalahan. Namun seenggan – enggannya perasaan kita dan sejauh – jauhnya kita pergi, kita pulang kembali ke gereja, sebab gereja adalah rumah milik Kristus yang tersedia sebagai tempat tinggal kita. Di situlah kita tinggal karena disitu kita serumah dengan Kristus.

6. Dan dibalik semua itu, apa sebab kita semakin menguatkan komitmen kita untuk tetap hadir di dalam persekutian kita ? Hal itu tergantung kepada spiritulitas seseorang.

Spiritualitas berasal dari akar kataspare (Latin) yang memiliki arti : menghembus, meniup, mengalir. Dari kata kerja spare terjadi pembentukan kata benda spiritus atau spirit, yang memiliki arti: hembusan, tiupan, aliran udara. Kata itu kemudian mengalami perkembangan arti menjadi : udara, hawa yang dihisap, nafas hidup, nyawa roh, hati, sikap, perasaan, kesadaran diri, kebesaran hati, keberanian.

Dalam Alkitab, spirit ditulis dalam bahasa asli : ruakh (Ibrani) dan pneuma (Yunani). Arti kata ruakh atau pneuma dalam Alkitab adalah “nafas atau udara yang menggerakkan dan menghidupkan”. Pengertian ini sama dengan pengertian spirit yang sering kita pakai sesehari, yaitu ‘semangat’. Semangat atau spirit yang kita butuhkan untuk bergerak dan hidup. semangat atau spirit ini hanya kita miliki di dalam Roh Kudus.

Jadi, dari kata itu sendiri, spiritualitas dapat dipahami sebagai sumber semangat untuk hidup, bertumbuh, dan berkembang dalam semua bidang kehidupan di dunia ini, baik secara pribadi maupun bersama orang lain, yang kita peroleh di dalam perjumpaan dengan Allah, sesama dan diri sendiri.

Selamat berkomitmen dan selamat menjadi gereja, selamat hidup bersama di dalam persekutuan orang – orang beriman, hal inilah yang dapat saya artikan dalam Ibrani 10 : 22 – 25, malam ini dalam PJJ. Sektor Kanaan, GBKP. Pekanbaru.

Pekanbaru. Selasa 08 Feb 2017.